Jumat, 19 Juni 2020

Tang Ampere (Clamp Meter) : Fungsi, Jenis, Bagian Dan Cara Kerjanya

Tang Ampere (Clamp Meter) : Fungsi, Jenis, Bagian Dan Cara Kerjanya - Tang ampere atau clamp meter merupakan salah satu alat ukur elektrik karena untuk menggunakan alat ini memerlukan sumber arus lisrik.

Fungsi Tang Ampere (Clamp Meter)


1. Untuk Mengukur Tegangan Listrik Bolak - Balik (ACV)
Tang ampere dapat digunakan untuk mengukur arus bolak - balik (AC) 1fasa dan 3fasa. Besaran 1fasa umumnya pada angka 220 Volt - 230 Volt. Sedangakan pada besaran listrik 3fasa yaitu 380 Volt - 400 Volt.

2. Mengukur Tegangan Listrik Searah (DCV)
Tang ampere juga dapat digunakan untuk mengukur arus listrik searah (DC). Tegangan kecilnya mulai dari 1,5 Volt DC - 50 Volt DC.

3. Mengkur Arus Listrik Bolak - Balik
Untuk mengukur arus listrik, tang ampere hanya dapat membaca arus listrik AC. Umumnya tang ampere mampu mengukur besaran arus hingga ribuan ampere tergantung kapasitasnya. Besaran maksimal bisa dilihat di buku manual atai di nameplate tang tersebut.

4. Mengukur Nilai Tahanan (Ohm)
Biasanya digunakan untuk mencari titik yang terjadi konsleting pada kabel listrik.

5. Mengukur Frekuensi, Kapasitansi Dan Suhu.
Pada beberpa tipe tang ampere dapat digunakan untuk mengukur tang ampere mengukur frekuensi, kapasitansi dan suhu.

Jenis - Jenis Tang Ampere (Clamp Meter)

1. Tang Ampere Analog
Tang Ampere Analog

Tang ampere model ini menggunakan sistem analog. Setelah arus mengalir dalam kumparan dengan tegangan tertentu maka akan langsung diolah oleh komponen-komponen penyusun Clamp Meter (Tang Ampere) Analog dan di kirim ke Display.

Prinsip kerja Display ini adalah menggunakan prinsip kerja alat ukur kumparan putar. Alat ukur kumparan putar ialah alat ukur yang berkerja atas dasar prinsip dari adanya suatu kumparan listrik, yang ditempatkan pada medan magnet, yang berasal dari suatu magnet permanen.

Arus yang di alirkan melalui kumparan akan menyebabkan kumparan tersebut berputar. Ketika kumparan berputar maka jarum penunjuk berputar sesuai dengan besarnya arus listrik yang masuk kedalam kumparan pada alat ukur kumparan putar.

2. Tang Ampere Digital
Tang Ampere Digital

Tang amper model ini menggunakan sistem Digital. Setelah arus mengalir dalam kumparan dengan tegangan tertentu maka akan langsung diolah oleh komponen-komponen penyusun Clamp Meter (Tang Ampere) Digital.

Induktor merupakan clamp yang menerima input berdasarkan hukum Faraday. Tegangan yang diukur perlu dimasukkan ke dalam sebuah rangkain buffer karena masalah impedansi yang tepat. Hal ini bertujuan untuk menghindari drop tegangan pada sistem. Karena tegangan yang dihasilkan kecil, maka perlu dikuatkan oleh sebuah amplifier.

Tegangan yang dihasilkan sampai tahap ini masih berupa AC, padahal ICL 7107 (ICL 7107 adalah sebuah ADC/Analog Digital Converter yang keluarannya dapat langsung ditampilkan ke 3� 7- segment. IC ini menerima input tegangan maksimal 2V) hanya menerima sinyal DC. Dengan adanya kondisi ini, diperlukan sebuah penyearah.

Penyearah yang dipakai harus menggunakan precision rectifier karena apabila menggunakan diode saja akan terdapat tegangan yang hilang. Selain itu 
sinyal yang terukur juga termasuk kecil.

Bagian - Bagian Tang Ampere Dan Fungsinya


1. Clamp
Clamp berfungsi untuk melingkupi Konduktor

2. Centering marks
Centering marks berfungsi untuk mempermudah penempatan konduktor tepat berada di tengah clamp

    3. Barrier (Hand Guard)
    Barrier berfungsi untuk melindungi tangan agar tidak tersentuh dengan konduktor

    4. Peak Hold 
    Peak hold berfungsi untuk menahan tampilan digital display agar tidak berubah. Peak Hold hanya dapat digunakan pada pengukuran tegangan dana Arus AC dan DC

    5. Pengungkit 
    Pengungkit berfungsi untuk membuka dan menutup rahang clamp

    6.  Function Switch
    • A : Ampere DC/AC (Autoranges 400 A atau 1000 A)
    • V : Volt DC/AC (Autoranges 400 V atau 600 V
    • 400 ? : Resistansi batas pengukuran sampai 400 ?
    • kHz : Frekuensi (Autoranges 4 KHz, 40 KHz, 400 kHz, atau 4 MHz : Dioda Test

    7. OFF
    Tombol off berfungsi untuk memutuskan power dari batereke alat ukur

    8. DC A Zero Adjustment Switch
    Berfungsi untuk mensetting nilai nol pada saat mengukur arus DC

    9. Display
    Liquid Crystal Display (LCD) menampilkan hasil pengukuran

    10. DC/AC
    Switch yang berfungsi untuk memindahkan pengukuran DC atau AC

    11. COM (Common terminal)
    Pada semua pengukuran kabel pengukuran yang berwarna hitam dimasukkan ke common terminal, kecuali pengukuran arus.

    12. 600 V MAX
    Maksimal tegangan DC dan AC yang diukur adalah 600 Volt

    13. V Hz (Volt, Ohm, Diode test dan frekuency input terminal)
    Kabel Pengukuran yang berwarna merah dimasukkan ke terminal ini untuk mengukur tegangan DC/AC, Resistansi, continuity test, diode test dan pengukuran frekuensi.

    Prinsip Kerja Tang Ampere (Clamp Meter)

    Tang Ampere (Clamp Meter) menggunakan prinsip induksi Magnetik untuk menghasilkan pengukuran non kontak terhadap arus listrik AC. Arus Listrik yang mengalir pada kabel konduktor akan menghasilkan Medan Magnet. Arus AC merupakan arus dengan polaritas yang bolak-balik, hal ini akan menyebabkan fluktuasi dinamis dalam medan magnet yang sebanding dengan aliran arus listriknya.

    Sebuah Transformator yang terdapat di dalam Clamp Meter/Tang Ampere akan merasakan fluktuasi magnet tersebut dan kemudian mengkonversikannya menjadi nilai Ampere (arus listrik) sehingga kita dapat membacanya di layar Clamp Meter.

    Cara Pengukuran dengan teknologi ini sangat mempermudahkan kita dalam mengukur arus listrik AC terutama pada arus listrik AC yang tinggi. Tang Ampere (Clamp Meter) merupakan salah satu alat ukur listrik yang dapat digunakan untuk mengukur arus listrik tanpa perlu memutus ataupun mengupas kabel pada jalur arus listrik.

    Tang ampere atau clamp meter ini juga dapat digunakan untuk mengukur tegangan listrik atau voltase, mengukur nilai tahan dan juga resistor. Alat ukur ini sangat praktis digunakan dan mudah untuk dibawa , karena memiliki ukuran yang kecil dan tidak terlalu berat.

    Alat ukur ini memiliki �rahang penjepit� yang sudah terintegrasikan ke meteran listrik sehingga memudahkan pengguna untuk melakukan pengukuran karena hanya perlu menjepit di sekitar kawat, kabel ataupun konduktor lainnya di setiap titik sistem listrik dan bisa langsung  mengukur tanpa perlu melepaskan atau mengupas lapisan kabelnya.

    Sabtu, 30 Mei 2020

    Fungsi Feeler Gauge & Cara Menggunakannya

    Fungsi Feeler Gauge & Cara Menggunakannya - Feeler Gauge merupakan alat ukur alat ukur mekanik yang sering dipakai untuk memeriksa jarak-jarak yang kecil atau ukuran celah-celah diantara dua permukaan.

    Feeler gauge terdiri dari beberapa lembaran baja tipis dan pada setiap bagian lembaran baja tipis tersebut memiliki ukuran yang berbeda - beda. Ukuran ketebalan dari lembaran baja tipis tersebut ditulis di salah satu sisi lembaran.
    Feeler Gauge

    Fungsi Feeler Gauge


    Feeler gauge berfungsi untuk mengukur celah antara 2 permukaan yang rata. Karena daerah antara kedua permukaan ini sangat sempit sehingga diperlukan alat ukur tidak berskala yang bisa dipakai untuk menentukan ukuran tersebut.

    Feeler gauge memiliki tingkat ketelitian mencapai 1/1000 mm atau 0,01 mm. Tetapi pada umumnya untuk nilai ukur yang dapat diukur dengan alat ini hanya sebesar 0,05 mm sampai 1,00 mm.

    Alat ini dipakai secara luas dalam bidang pemesinan, fitting dan otomotif. Contoh penggunaannya yaitu untuk :
    • 1 Menyetel posisi alat
    • 2. Menyete ukuran celah platina
    • 3. Menyetel ukuran celah katup
    • 4. Menyesuaikan jarak (clearance) pada alat permesinan
    • 5. Memeriksa keausan di antara komponen-komponen
    • 6. Mengukur slot atau alur-alur kecil.

    Cara Menggunakan Feeler Gauge

    1. Sebelum melakukan pengukuran menggunakan feeler gauge, terlebih dahulu bersihkan feeler gauge, celah yang diukur dan tangan anda dari kemungkinan terdapat oli dan kotoran. Karena oli dan kotoran dapat menyebabkan kesalahan dalam pengukuran

    2. Pengukuran celah dilakukan dengan memasukkan salah satu feeler yang sesuai dengan celah yang di ukur. Jangan memaksakan feeler gauge yang tidak sesuai atau terlalu sesak karena dapat menyebabkan kaliper bengkok dan kemungkinan akan terjadi perubahan bentuk yang tetap.

    Jika feeler gauge terlalu tebal dapat dipilih feeler gauge lain dengan ukuran dibawahnya. Ketelitian pengukuran dapat didapatkan dengan menggabungkan beberapa lepengan. Jika sebuah kaliper dapat masuk dengan longgar, coba tambahkan dengan kaliper dengan ukuran terkecil.

    Feeler gauge tersebut dapat ditambahkan sehingga didapatkan ukuran yang pas. Ukuran celah adalah jumlah dari ukuran kaliper yang dapat masuk dengan pas tersebut.

    3. Ukur celah komponen dengan feeler gauge dengan posisi lurus, jangan sampai melengkung karena akan membuat hasil pengukuran yang tidak tepat. Selain itu, feeler gauge dapat bengkok dan rusak. Jika hal itu terjadi dan kemudian feeler gauge rusak maka buanglah feeler gauge dan jangan digunakan lagi.
    Menggukur Celah Menggunakan Feeler Gauge

    Cara Membaca Hasil Pengukuran Feeler Gauge
    Cara membaca hasil pengukuran feeler gauge sangatlah mudah yaitu dengan cara memasukkan Feeler Gauge pada celah tersebut, jika Feeler Gauge dapat masuk secara presisi maka itulah ukuran dari celah tersebut.

    Cara Merawat Feeler gauge

    Agar feeler gauge awet dan tidak mudah rusak, hendaknya dilakukan pemeliharaan
    atau perawatan. Perawatannya yaitu :

    1. Bersihkan Feeler Gauge dengan kain yang bersih sebelum dan sesudah
    pemakaian

    2. Setiap bagian-bagian feeler gauge harus dilumasi secukupnya dengan oli yang
    berkualitas tinggi agar tidak mudah terkorosi/ berkarat.

    Kamis, 16 April 2020

    Fungsi Scan Tool Atau Scanner

    Fungsi Scan Tool Atau Scanner - Scan tool atau Scanner EFI merupakan alat diagnosa profesional yang digunakan oleh seorang mekanik / teknisi kendaraan yang berfungsi untuk menemukan kerusakan pada mobil dengan cara scanning data yang tersimpan di dalam memori ECU (Electronic Control Unit), scan ini dapat dilakukan dengan cepat & akurat.
    Scan Tool Atau Sacanner EFI

    Electronic Control Unit (ECU) yang ditempatkan pada kendaraan ada beragam jenis dan memiliki berbagai fungsi, seperti : Electronic Control Unit pada mesin (EFI), Sistem Rem (ABS & EBD), Body Mobil (BCM), Sistem Transmisi (ECT / TCU / EGS), Sistem AC, Sistem kemudi (Power Steering), dan lain - lain.

    Ketika kerusakan terjadi pada sistem elektronik yang ada pada kendaraan, scanner inilah yang digunakan untuk mendeteksi kerusakan yang terjadi, terutama yang berhubungan dengan input sensor.

    Tetapi, jika terdapat kerusakan manual pada mobil seperti bunyi beredecit pada kampas rem, oli tersumbat, atau setir yang belum digerakkan secara elektrik, maka biasanya dicari sendiri oleh mekanik. Hal tersebut dikarenakan tidak semua bengkel resmi memiliki alat scanner.

    Selain harganya yang mahal, scanner universal memerlukan update untuk membaca teknologi terkini pada mobil - mobil yang beredar di pasaran. Data software dapat ditransfer dengan sistem dari semua merek dan tipe mobil.

    Tetapi scanner yanh digunakan untuk sistem EFI juga sudah dapat di akses melalui smart phone dengan menggunakan aplikasi scanner dan menggunakan OBD bluetooth.

    Fungsi Scan Tool / Scanner


    1. Memberikan informasi seputar nilai variabel dari sensor atau aktuator, atau bisa disebut dengan istilah current data yang tentunya akan membantu seorang mekanik untuk mendiagnosa kerusakan pada mobil.

    2. Memberikan informasi berupa kode kerusakan atau DTC (Data Trouble Code) yang terbaca oleh ECU (Electronic Control Unit). 

    3. Mengetes aktuator (actuator testing). Jadi dapat menyalakan atau mematikan (ON/OFF) sistem AC, memajukan sudut pengapian, memperbesar atau memperkecil semprotan bahan bakar, ON/OFF kipas sistem pendingin radiator, dan lain-lain. 

    4. Sebagai alat ukur lain berupa volt meter, osiloskop dan juga ada generator simulasi sinyal.

    Beberapa Istilah Yang Terdapat Pada Scan Tool / Scanner

    1. DTC (Diagnostic Trouble Code) 
    DTC yaitu kesalahan sistem elektronik yang disebabkan oleh sensor-sensor, atau bagian lain yang mungkin bisa di deteksi oleh ECU.

    2. Clear DTC / Erase DTC
    Clear DTC digunakan untuk menghapus DTC (Data Trouble Code) yang tersimpan didalam memori ECU atau lebih mudahnya untuk mereset ECU.

    3. Data Stream
    Data stream digunakan untuk mengeluarkan data digital dari sistem yang dicek (misal engine, rem, transmisi dsb).

    4. Function Test / Test Unit / Actuation Test
    Yaitu menu scan tool yang berfungsi untuk melakukan tes tertentu, contohnya :
    • Mematikan Injector
    • Mematikan Ingniton Coil (Koil pengapian)
    • Menjalankan Fuel pump (pompa bensin)
    • Menjalankan Radiator Cooling Fan  (Kipas Radiator)
    • Menjalankan ISC (Idle Speed Control)
    • Dan lain - lain.

    Sifat operasional dari tes ini bersifat sementara, karena hanya untuk memeriksa bahwa sistem tersebut dapat bekerja dengan normal atau tidak. Ada beberapa mobil yang menyediakan fungsi ini untuk mengatur CO, mengatur waktu dan juga mengatur rpm.

    Prinsip Kerja Scan Tool / Scanner

    Pada pripsipnya cara kerja scan tool ini sederhana, scan tool / scanner mendapatkan kode - kode angka berupa bilangan binner (0/1) yang dikirim oleh ECU, kemudian scanner menterjemahkan kode - kode tersebut ke dalam bentuk bilangan / angka - angka, grafik dan sebagainya.

    ECU (Electronic Control Unit) mengirim suatu kode - kode ke scanner, scanner mengartikan kode-kode tersebut menjadi informasi yang bisa kita pahami. Dan begitu sebaliknya ketika kita menekan tombol pada scanner, scanner mengirimkan kode - kode ke ECU yang bisa dipahami olehnya, kemudian ECU mengirimkan kembali kode - kode ke scanner.
    Diganosa Kerusakan, scanner menerima dan membaca data yang dikirim ECU

    Kode - kode binner yang dikirim atau diterima dari scanner ke ECU & dari ECU kembali ke scanner dilakukan secara bergantian, ini disebut komunikasi secara serial. Semua komunikasi pada kendaraan untuk dikoneksikan keluar menggunakan komunikasi serial.

    Pada prinsipnya terdapat 2 jenis komunikasi serial, yaitu komunikasi data serial secara sinkron dan komunikasi data serial secara asinkron.

    Pada komunikasi data serial sinkron, clock dikirimkan bersama dengan data serial, sedangkan komunikasi data serial asinkron, clock tidak dikirimkan bersama data serial, tetapi dibangkitkan secara sendiri-sendiri baik pada sisi pengirim (transmitter) maupun pada sisi penerima (receiver).

    Komunikasi data serial secara sinkron merupakan bentuk komunikasi data serial yang memerlukan sinyal clock untuk sinkronisasi. Sinyal clock tersebut akan tersulut pada setiap bit pengiriman data.

    Sedangkan komunikasi asinkron tidak memerlukan sinyal clock sebagai sinkronisasi. Pengiriman data pada komunikast serial pada mikrokontroler tertentu dilakukan mulai dari bit yang paling rendah (LSB) hingga bit yang paling tinggi (MSB).

    Perawatan Scan Tool / Scanner

    • Meletakan scantool pada tempat kering, terhidar dari tempat basah atau menghindarkan alat dari terkena air.
    • Menghindarkan scanner dari medan magnet.
    • Ketika akan menghidupkan kendaraan, scanner dimatikan terlebih dahulu.
    • Perlu diperhatikan juga kebersihan alat tersebut, sebelum dan sesudah pemakaian

      Senin, 30 Maret 2020

      Cara Mengukur Kebengkokan Poros & Run Out Menggunakan Dial Indikator

      Cara Mengukur Kebengkokan Poros & Run Out Menggunakan Dial Indikator - Untuk mengukur run out dengan mengukur kebengkokan menggunakan alat ukur mekanik Dial Indikator, alat ini mempunyai tingkat ketelitian yang sangat kecil 0,01 mm. Ini merupakan sesuatu yang sangat kecil, proses pengukuran yang tidak benar akan berdampak pada hasil pengukuran. Karena mengukur run out dan kebengkokan berbeda maka untuk rumus yang digunakan juga berbeda, harus dapat membedakan cara mengukur Run Out dan mengukur kebengkokan.


      Berikut Cara Mengukur Kebengkokan Poros Dan Run Out Menggunakan Dial Indikator


      Cara Mengukur Run Out Menggunakn Dial Indikator

      Run out adalah pengukuran keolengan benda yang diukur pada posisi samping pada benda - benda yang berputar. Contoh pengukuran run out pada komponen - komponen dimobil yaitu flywheel, piringan rem cakram dan sejenisnya.
      • 1. Siapkan dial indikator yang akan digunakan
      • 2. Bersihkan bahan atau benda kerja yang akan diukur
      • 3. Letakan dial indikator pada posisi yang tepat / pas (skala dial gauge dapat dibaca dengan jelas)
      Meletakan Dial Indikator

      • 4. Sentuhkan bidang sentuh dial gauge (spindel) pada permukaan benda
      • 5. Tekan dial gauge sampai jarum panjang bergerak 1 atau 2 x putaran penuh
      • 6. Kalibrasi alat dengan cara setting angka nol (putar angka nol ke arah jarum berhenti)
      • 7. Beri tanda titik atau strip menggunakan tipe x atau spidol pada benda yang diukur (digunakan sebagai acuan titik awal ketika memutar benda kerja)
      • 8. Putar perlahan benda yang sedang di ukur sebanyak 1x putaran 
      • 9. Perhatikan gerakan jarum panjang pada skala dial indikator

      Cara Membaca Hasil Pengukuran Run Out

      Perhatikan gambar dibawah ini :
      ( + ) + ( - )

      Keterangan :
      • ( + ) merupakan hasil jarum panjang putaran dial gauge tertinggi ke kiri
      • ( - ) merupakan hasil putaran jarum panjang dial gauge tertinggi ke kanan

      Contoh :

      Misal hasil pengukuran menggunakan Dial Indikator ke kiri adalah 0,10 mm. Sedangkan yang ke kanan adalah 0,10 mm. Maka pengukuran Run Out didapatkan hasil 0,10 mm + 0,10 mm = 0,20 mm.

      Cara Mengukur Kebengkokan Poros Menggunakan Dial Indikator

      Kebengkokan adalah pengukuran yang dilakukan untuk pada sebuah batang (poros) yang mempunyai gaya gerak aksial, perbedaannya dengan run out hanya pada gerak aksialnya (gaya keatas). Contoh pengukuran kebengkokan yaitu pada batang poros camshaft,  batang poros crankshaft dan sejenisnya. 
      • 1. Siapkan alat yang akan digunakan
      • 2. Bersihkan bahan yang akan diukur (Pastikan tidak ada karat ataupun kotoran yang menempel)
      • 3. Letakkan V - Block pada tempat yang rata
      • 4. Letakkan poros pada V - Block dengan baik dan benar (bila perlu coba diputar-putar menggunakan tangan)
      Meletakan Poros Pada V-Block

      • 5. Sentuhkan bidang sentuk dial gauge pada permukaan poros 
      • 6. Tekan sampai jarum panjang bergerak 1 atau 2 x putaran penuh)
      • 7. Setting angka nol (putar angka nol ke arah jarum berhenti)
      • 8. Beri tanda titik atau strip pada benda yang diukur
      • 9. Putar perlahan poros menggunakan tangan
      • 10. Perhatikan hasil pengukurannya pada dial gauge.

      Cara Membaca Hasil Pengukuran Kebengkokan Poros

      ( + ) + ( - )
      2
      Keterangan:
      • ( + ) merupakan hasil putaran jarum panjang dial gauge tertinggi ke kiri
      • ( - )  merupakan hasil putaran jarum panjang dial gauge tertinggi ke kanan

      Contoh :

      Misal hasil pengukuran menggunakan Dial Indikator ke kiri adalah 0,10 mm. Sedangkan yang ke kanan adalah 0,10 mm. Maka hasil pengukuran Run Out yaitu (0,10 mm + 0,10 mm) : 2  = 0,10 mm.

      Selasa, 24 Maret 2020

      Fungsi Dial Indikator & Cara Menggunakannya

      Fungsi Dial Indikator & Cara Menggunakannya - Dial indicator atau yang sering disebut juga Dial Gauge merupakan salah satu alat ukur mekanik yang biasa digunakan pada bengkel otomotif.

      Fungsi Dial Indikator (Dial Gauge)


      Dial gauge atau dial indikator berfungsi untuk :
      • 1. Memeriksa penyimpangan yang sangat kecil dari bidang datar
      • 2. Memeriksa Benda bulat
      • 3. Memeriksa Benda permukaan lengkung
      • 4. Memeriksa kerataan dari permukaan benda
      • 5. Memeriksa penyimpangan eksentris
      • 6. Memeriksa kesejajaran permukaan benda
      • 7. Menyetel kesentrisan benda pada pencekam mesin bubut
      • 8. Memeriksa penyimpangan bantalan pada poros engkol.

      Bagian - Bagian Dial Indikator Dan Fungsinya

      Konstruksi dan komponen pada dial indikator dapat dilihat seperti gambar di bawah ini :
      Bagian - Bagian Dial indikator

      1. Outer Ring
      Bagian dial gauge yang berfungsi untuk kalibrasi (menempatkan skala jarum panjang pada angka nol). Outer ring dapat diputar ke kiri atau ke kanan untuk menentukan posisi angka nol yang tepat.

      Artinya posisi angka nol tidak pasti selalu berada di atas, tetapi bisa ada pada posisi di bawah atau disamping, tergantung pada posisi mana yang kita kehendaki pada saat porses mengukur benda kerja.

      2. Sekrup Pengunci (Fine Adjustment)
      Komponen ini berbentuk seperti sekrup untuk mengunci outer ring saat proses kalibrasi dial indikator. Sehingga saat dial gauge sudah dikalibrasi angkanya tidak berubah.

      3. Jarum Panjang (Jarum Penunjuk)
      Jarum panjang ini akan langsung bergerak saat bidang sentuh tertekan oleh benda kerja, nilai pergerakan dari jarum tersebut tergantung dari beberapa nilai skala dial gauge yang digunakan.

      Misalnya nilai skala dial gauge 0,01 mm, jika jarum panjang bergerak dari angka 0 - 10 berarti nilai pergerakan jarum panjang tersebut adalah 0,01 mm x 10 = 0,1 mm.

      4. Jarum Pendek (Jarum Penghitung Putaran)
      Jarum pendek akan bergerak satu ruas, jika jarum panjang bergerak dari angka nol sampai dengan angka nol lagi (satu putaran).

      5. Batas Toleransi
      Dua alat ini dapat digeser ke kiri atau ke kanan sampai dengan kehendak kita, untuk melihat batas pergerakan jarum panjang ke arah kiri dan kanan, pada saat proses pengukuran benda kerja.

      6. Stem
      Stem pada indikator yang berfungsi sebagai tempat spindle bergerak naik turun.

      7. Spindel
      Spindel terletak dibagian bawah dial indicator yang berfungsi sebagai input data ke dial indicator.

      8. Bidang Sentuh
      Alat ini akan bergerak naik dan turun saat bersentuhan dengan permukaan benda kerja.

      9. Magnetic Switch
      Magnetic switch digunakan sebagai base (landasan) magnet yang diletakan di atas meja pengukuran (papan besi). Agar saat melakukan pengukuran posisi alat tidak goyang atau rubah.

      Jenis - Jenis Dial Indikator (Dial Gauge)

      Dial gauge sendiri ada beberapa jenis sesuai dengan skala yang digunakan, yaitu :
      • 1. Dial gauge dengan nilai skala 0,01 mm, jenis ini dapat digunakan untuk mengukur dengan batas ukuran sampai dengan 10 mm.
      • 2. Dial gauge dengan nilai skala 0,01 mm, jenis ini mempunyai batas ukur sampai dengan 1 mm.
      • 3. Dial gauge dengan nilai skala 0,0005 mm, jenis ini mempunyai batas ukur sampai 0,025 mm.

      Cara Menggunakan Dial Indikator (Dial Gauge)

      Langkah 1 : Pemasangan dial gauge pada batang penyangga
      • Masukkan batang penyangga pada lubang tangkai dial indikator (bagian belakang alat). Kemudian kencangkan baut penguncinya / pengencangnya.

      Langkah 2 : Kalibarasi dial gauge (dial indikator)
      • 1. Letakkan bidang sentuk dial indikator pada permukaan benda kerja yang akan diukur dengan posisi alat tegak lurus dan spindle sedikit tertekan. 
      • 2. Jika posisi dial sudah tegak lurus dan spindle juga sedikit tertekan, selanjutnya kendorkan outer ring untuk melakukan kalibrasi.
      • 3. Amatilah skala untuk jarum panjang (skala utama). 
      • 4. Jika pada skala utama tidak menunjukkan pada angka 0 (nol), maka putarlah outer ring searah jarum jam atau sebaliknya, tergantung dari kebutuhan (sampai jarum skala utama menunjukkan pada angka nol "0").

      Langkah 3 : Melakukan pengukuran menggunakan dial indikator
      • 1. Nyalakan aliran magnet (memutar tombol magnetic switch) yang ada pada bagian bawah ke posisi on. Setelah itu bersihkan permukaan benda kerja yang akan diukur dari kotoran.
      • 2. Kemudian posisikan spinldel (bidang sentuh) tepat diaatas permukaan benda kerja sampai menyentuh atau terjadi gesekan antara bidang sentuh alat dengan benda kerja. (Lihat gambar dibawah)
      Posisi Dial Indikator

      • 3. Kemudian benda kerja digeserkan ke kanan atau ke kiri, jika jarum pada dial indikator itu berputar searah jarum jam maka benda kerja tersebut permukaanya cembung atau menonjol ke atas.
      • 4. Sedangkan jika jarum pada dial indikator berputar berlawanan dengan arah jarum jam maka benda tersebut cekung.

      Adapun metode pengukuran yang digunakan dial indikator adalah sebagai berikut :
      • Benda kerja yang dipindahkan, dial indikator tetap pada posisi diam.
      • Dial indicator yang dipindahkan, benda kerja tetap pada posisi diam.
      • Benda kerja diputar, dial indicator tetap pada posisi diam

        Yang perlu diperhatikan dalam menggunakan dial indikator adalah keadaan permukaan benda yang akan diukur harus bersih, posisi bidang sentuh tegak lurus pada permukaan komponen yang diperiksa, dan metode pengukuran yang digunakan.

        3. Membaca Hasil Pengukuran Dial Indikator
        Pada dial indikator terdapat 2 skala, yaitu :

        a. Skala besar (terdiri dari 100 strip)
        Pada skala besar tiap stripnya bernilai 0,01 mm. Jadi ketika jarum panjang berputar 1 kali penuh maka menunjukkan pengukuran tersebut sejauh 1 mm.

        b. Skala kecil
        Skala kecil merupakan penghitung putaran dari jarum panjang pada skala yang besar.

        Contoh : Jika jarum panjang pada skala besar bergerak sejauh 6 strip dan jarum pendek bergerak pada skala 3 maka artinya hasil pengukurannya adalah 3,06 mm.

        Pengukuran diatas diperoleh dari :
        • Skala pada jarum panjang dibaca : 6 x 0,01 mm = 0,06 mm
        • Skala pada jarum pendek dibaca : 3 x 1 mm = 3 mm
        • Maka hasil pengukurannya adalah 0,06 mm + 3 mm = 3,06 mm.

        Cara Penyimpanan & Perawatan Dial Indikator

        • 1. Suhu ruangan penyimpanan alat adalah 20� C supaya tidak terjadi perubahan fisik akibat meningkatnya suhu.
        • 2. Kondisi ruangan penyimpanan alat tidak terlalu lembab supaya tidak berkorosi (kelembaban udara 50 - 60 %).
        • 3. Setelah dipakai dimasukkan kembali ke kotak penyimpananya.
        • 4. Dipakai sesuai dengan fungsinya.
        • 5. Dipakai menurut petunjuk operasional dan keselamatan kerja yang telah ditentukan.
        • 6. Dial indikator jangan sampai jatuh atau terkena benturan keras.
        • 7. Bersihkan debu atau kotoran dari poros peraba atau batang pengukur sebelum dan sesudah pemakaian.
        • 8. Jangan melumasi poros peraba dengan minyak agar debu tidak melekat
        • 9. Cara menaikkan dan menurunkan poros peraba haruslah hati-hati, jangan menimbulkan sentakan mekanisme didalamnya.
        • 10. Penyimpanan dial indicator secara baik harus bebas dari sinar matahari secara langsung, kelembapan tinggi, dan debu atau kotoran.

        Selasa, 10 Maret 2020

        Fungsi Multimeter (Multitester)

        Fungsi Multimeter (Multitester) - Secara umum multimeter (multitester) adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur tegangan listrik, arus listrik, dan tahanan (resistansi). Maka ada yang menyebut alat ini dengan nama AVOmeter, AVOmeter adalah singkatan dari Ampere, Volt, dan Ohm. Karena dulu alat ini hanya dapat mengukur 3 jenis satuan listrik, yaitu : Ampere, Volt dan Ohm.

        Fungsi Multimeter (Multitester)


        Seiring dengan perkembangan teknologi, saat ini Multimeter (Multitester) atau AVOmeter ini tidak hanya berfungsi untuk mengukur Ampere, Voltage dan Ohm saja. Tetapi juga dapat digunakan untuk mengukur :
        • 1. Arus listrik (Ampere / Mili Ampere) 
        • 2. Tegangan listrik (AC Volt / DC Volt)
        • 3. Hambatan listrik (Ohm)
        • 4. Kapasitansi (Farad)
        • 5. Frekuensi (Hertz) 
        • 6. Induktansi (Henry)
        • 7. Pengukuran atau Pengujian Dioda
        • 8. Pengukuran atau Pengujian Transistor
        • 9. Mengukur suhu (pada beberapa jenis multimeter digital)

        Jenis - Jenis Multimeter (Multitester)


        A. Multimeter Analog
        Multimeter analog menggunakan kumparan putar untuk menggerakkan jarum penunjuk papan skala. Multimeter ini yang banyak dipakai karena harganya relatif terjangkau. pada multimeter analog hasil pengukuran dibaca lewat penunjukan jarum pada papan skala.

        Bagian - Bagian Multimeter / Avometer Analog
        Bagian - Bagian Multimeter Analog

        1. Papan Skala (Display)
        Digunakan untuk membaca hasil pengukuran. Pada papan skala terdapat skala : tahanan / resistan (resistance) dalam satuan Ohm (O), tegangan (ACV dan DCV), kuat arus (DCmA), dan skala lainnya 

        2. Jarum Penunjuk (Pointer)
        Berfungsi untuk menunjukan besaran nilai hasil pengukuran, umumnya pada multimeter analog pada pada papan skala ditambahkan cermin agar pembacaan pada pointer (jarum penunjuk) dapat lebih akurat.

        3. Saklar Pemilih (Selector)
        Pada multimeter analog saklar pemilih digunakan untuk menentukan posisi kerja multimeter, dan batas ukur (range). Saklar ini harus di posisikan sesuai dengan dengan benda kerja yang akan di ukur.

        Jika digunakan untuk mengukur nilai satuan tahanan (dalam O), saklar ditempatkan pada posisi O, demikian juga jika digunakan untuk mengukur tegangan (ACV-DCV), dan kuat arus (mA-�A).
        Penting : Jangan Salah memilih Skala Pengukuran.  

        4. Sekrup Pengatur Jarum (Preset)
        Sekrup ini dapat di putar menggunakan obeng (-) min, pada multimeter analog sekrup ini berfungsi untuk mengkalibrasi atau mengatur jarum agar kembali tepat pada angka 0 (sebelah kiri papan skala).

        Jika jarum tidak pada posisi 0 (nol) saat melakukan pengukuran dapat mengakibatkan hasil pengukuran yang kurang akurat, maka sebelum alat digunakan posisikan jarum pada angka nol.

        5. Kabel Probe Negatif (-)
        Kabel probe negatif berwarna hitam, kabel ini dipasang pada lubang kutub negatif (-) multimeter, kabel probe ini digunakan saat melakukan pengukuran benda kerja dengan cara menempelkan ujung kabel ke benda kerja yang diukur.

        6. Kabel Probe Positif (+)
        Kabel probe positif berwarna merah, kabel ini dipasang pada lubang kutub positif (+) multimeter, fungsi kabel probe positif ini sama seperti kabel probe negatif yaitu digunakan saat melakukan pengukuran benda kerja.

        7. Pengatur Nol Ohm (Zero Ohm Adjusting)
        Digunakan untuk mengatur jarum penunjuk pada angka nol sebelum multimeter digunakan untuk mengukur nilai tahanan/resistan. Caranya atur saklar pemilih pada posisi Ohm, lalu ujung kabel penyidik (probe) dipertemukan, tombol diputar untuk memosisikan jarum pada angka nol.

        B. Multimeter Digital
        Pada multimeter digital hasil pengukuran langsung dapat dibaca dalam bentuk angka yang tampil pada layar display, nilai yang diinginkan dapat langsung terbaca asalkan pemasangan alat benar.

        Bagian - Bagian Multimeter Digital :
        Bagian - Bagian Multimeter Digital

        1. Papan Skala (Display)
        Berbeda dengan multimeter analog, pada multimeter digital angka hasil pengukuran akan ditampikan angka secara digital, lebih mudah untuk dibaca jika dibandingkan dengan multimeter analog.

        2. Saklar Pemilih (Selector)
        Selector berfungsi untuk memilih pengukuran yang akan dilakukan menggunakan multimeter. Misal jika akan mengukur tegangan (AC Volt / DC Volt) maka tinggal arahkan selector ke arah V.

        3. Kabel Probe Negatif (-)
        Kabel probe negatif pada multimeter digital sama yaitu berwarna hitam, kabel ini dipasang pada lubang kutub negatif (-) multimeter.

        4. Kabel Probe Positif (+)
        Kabel probe positif berwarna merah, kabel ini dipasang pada lubang kutub positif (+) multimeter, fungsi kedua kabel probe yaitu digunakan saat melakukan pengukuran benda kerja.

          Senin, 30 September 2019

          Fungsi Radiator Cup Tester Dan Cara Menggunakannya

          Fungsi Radiator Cup Tester Dan Cara Menggunakannya - Salah satau alat ukur yang sering digunakan ketika servis kendaraan adalah radiator cup tester atau juga disebut radiator tester.

          Fungsi Radiator Cup Tester


          Radiator Cup Tester merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tekanan katup pada tutup radiator dan juga dapat digunakan untuk mengetahui kebocoran pada sistem pendingin radiator.

          Penyebab terjadinya kebocoran pada sistem pendingin dapat dikarenakan pemakaian yang lama dan kurangnya perawatan teratur pada sistem pendingin, kebocoran pada sistem pendingin mesin akan mengganggu sirkulasi air pendingin.

          Pada radiator cup tester terdapat pompa yang berfungsi untuk menghasilkan tekanan dan juga dilengkapi dengan manometer yang berfungsi sebagai skala pengukuran untuk mengetahui tekanan yang dihasilkan oleh pompa.
          Radiator Cup Tester

          Cara Menggunakan Radiator Cup Tester Atau Radiator Tester Untuk Pemeriksaan Sistem Pendingin

          1. Pemeriksaan Tutup Radiator
          Pemeriksaa tutup radiator dilakukan untuk mengetahui bukaan katup tutup radiator. Karena pada tutup radiator terdapat dua katup yaitu pressure valve (katup tekan) dan vacuum valve (katup vakum).

          Ketika mesin panas maka suhu dan tekanan water coolant (air pendingin radiator) akan naik sehingga jika tekanan melebihi tekanan spesifikasi yang tertulis pada bagian tutup radiator (misalnya pada tutup radiator tertulis 1,1 bar).

          Maka katup tekan akan membuka yang menyebabkan sebagian air pendingin radiator akan disalurkan ke reservoir tank. Jika tekanan air pendingin radiator tidak dijaga pada tekanan kerja atau tekanan melebihi spesifikasi maka air pendingin radiator akan cepat mendidih.

          Ketika suhu mesin turun setelah mesin dimatikan maka lama kelamaan tekanan air pendingin di dalam radiator juga akan mengecil sehingga akan terjadi perbedaan tekanan antara tekanan di dalam radiator dengan tekanan di luar radiator (tekanan atmosfer). Di dalam radiator akan terjadi kevakuman karena tekanan kurang dari satu atmosfer sehingga akan membuka katup vakum.

          Karena katup vakum terbuka, air pada reservoir tank akan kembali mengisi radiator. Kelamaan tekanan pada radiator akan sama dengan tekanan atmosfer, ketika tekanan sama maka katup vakum akan menutup kembali.

          Kebocoran pada tutup radiator dapat diketahui dengan menggunakan radiator cup tester dengan tekanan pembukaan standar 74 - 103 k.Pa (0.75 - 1.05 kgf/cm�, 10.7 - 14.9 psi) dan dengan tekanan pembukaan minimum 59 k.Pa (0.6 kgf/cm�, 8.6 psi).

          Cara pemeriksaan tutup radiator menggunakan radiator cup tester dapat dilakukan dengan cara berikut :
          • 1. Buka tutup radiator, Hati-hati jika mesin dalam keadaan masin panas, tunggu hingga dingin, karena jika keadaan mesin masih panas cairan dan uap yang bersuhu tinggi bertekanan dapat saja menyembur keluar.
          • 2. Pilihlah adapter yang sesuai dengan ukuran tutup radiator. Kemudian pasang tutup radiator radiator cup tester.
          • 3. Tekan pompa radiator cup tester sehingga tekanan melebihi tekanan spesifikasi yang tertulis pada tutup radiator. Pada saat tekanan ini katup tekan akan terbuka.
          Tekan Pompa Radiator Cup Tester

          • 4. Perhatikan tekanan pada jarum penunjuk manometer, apakah terjadi penurunan tekanan atau tidak saat katup tekan terbuka.
          • 5. Jika terjadi penurunan tekanan, kemudian tekanan berhenti pada tekanan spesifikasinya maka keadaan katup tekan pada tutup radiator masih bagus. Setelah itu tetap perhatikan jarum penunjuk pada manometer.
          • 6. Setelah tekanan berada pada batas spesifikasinya tadi, maka tekanan harus tetap harus tidak boleh turun, tetapi jika masih turun maka hal tersebut menandakan adanya kebocoran pada tutup radiator.

          2. Pemeriksaan Kebocoran Sistem Pendingin Menggunakan Radiator Cup Tester
          Pemeriksaan kebocoran water coolant (air pendingin) radiator dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi kebocoran pada sistem pendingin di mesin atau tidak. Kebocoran air pendingin dapat terjadi pada sambungan selang, sambungan pompa, water jacket dan lain sebagianya.

          Untuk menemukan tempat yang mengalami kebocoran dilakukan dengan cara tes tekanan sistem pendingin menggunakan radiator cup tester. Dengan radiator cup tester maka dapat diketahui tempat kebocoran yang akan diperbaiki. Bila tidak ada kebocoran luar, mungkin kebocoran terjadi pada blok silinder dan kepala silinder (cylinder head).

          Pemeriksaan kebocoran water coolant (air pendingnin) radiator dapat dilakukan dengan cara berikut :
          • 1. Isilah radiator dengan coolant water (air pendingin), kemudian pasanglah radiator cap tester pada lubang pengisian air pendingin radiator.
          • 2. Tekan pompa radiator sampai tekanan spesifikasi. Jangan menekan pompa melebihi tekanan spesifikasi karena dapat merusak sambungan - sambungan pada sistem pendingin, contohnya sambungan selang.
            Pemeriksaan kebocoran pada sistem pendingin

            • 3. Perhatikan apakah terdapat kebocoran atau rembesan air pendingin pada sambungan - sambungan radiator apa tidak.
            • 4. Bagian - bagian yang rawan bocor adalah pada sambungan pipa air dan bak penampung. Jika tidak ditemukan kebocoran pada komponen tersebut, maka perlu diperiksa blok silinder dan kepala silinder.

            Senin, 23 September 2019

            Fungsi Compression Tester Serta Cara Menggunakannya

            Fungsi Compression Tester Serta Cara Menggunakannya - Compression tester atau alat tes kompresi merupakan salah satu dari macam - macam alat ukur yang digunakan saat melakukan servis kendaraan.

            Fungsi Compression Tester


            Compression Tester

            Compresion tester adalah alat untuk mengetahui besarnya kompresi pada suatu kendaraan. Biasanya orang awam mengecek kompresi hanya dengan jempol yang ditutupkan pada lubang busi dan bila jempol terlempar berarti baik, belum tentu juga sebenarnya.

            Untuk itu alat yang paling tepat adalah compresion tester. Alat ini dibedakan menjadi pengukur tekanan kompresi untuk motor bensin dan pengukur tekanan kompresi motor diesel.

            Manometer (skala pengukuran) pada alat ini berfungsi untuk menunjukkan besar tekanan kompresi silinder ketika dilakukan pengukuran. Di dalam manometer terdapat jarum penunjuk dan skala tekanan kompresi dalam beberapa yaitu Bar, Kg/cm2 dan PSi. 

            Cara Menggunakan Compression Tester

            • 1. Melepas kabel tegangan tinggi (kabel busi) dan kabel tegangan tinggi koil.
            • 2. Melepas kabel tegangan tinggi dari coil, tujuannya adalah agar terjadi rangkaian tertutup pada sistem pengapian, sehingga coil tetap awet.
            • 3. Memasukkan ujung compression tester / ujung selang ke rumah busi, pastikan alat terpasang dengan benar dan tidak miring agar alat ataupun ulir pada kepala silinder tidak rusak.
            • 4. Starter mesin 5 - 10 detik saja (baterai dalam keadaan normal). Gas penuh / buka katup throttle penuh, tujuannya adalah agar udara yang masuk maksimal, sehingga hasil yang ditunjukan alat adalah data falid.
            • 5. Baca tekanan kompresi pada manometer, baca sampai jarum pada alat menunjukan angka tertinggi, bila sudah diangka tertinggi hentikan starter.
              Baca hasil pengukuran kompresi

              • 6. Bandingkan hasil pengukuran tekanan kompresi hasil dengan tekanan kompresi spesifikasi mesin tersebut.
              • 7. Lakukan pengukuran tekanan kompresi pada setiap silinder mesin.
              • 8. Setelah selasai melakukan cek tekanan kompresi, cabut compression tester lalu kalibrasi alat agar siap di gunakan lagi.
              • 9. Kalibrasi compression tester dengan cara hilangkan tekanan pada compression tester dengan menekan tombol (dop) pada compression tester untuk menghilangkan tekanan dan hasil pengukuran awal.
              • 10. Compression tester siap digunakan lagi untuk pengukuran tekanan kompresi pada silinder yang lainnya.
              • 11. Memasang kembali busi, kabel tegangan tinggi (kabel busi) dan kabel tegangan tinggi koil dengan benar.

              Jika saat melakukan tekanan kompresi tadi tekanan kompresi kurang dari nilai spesifikasinya mesin tersebut maka carilah penyebab terjadinya kebocoran kompresi tersebut.

              Jika selisih antara masing masing silinder lebih dari 1 kg/cm� berati kondisi kompresi mesin tidak sempurna

              Kobocoran kompresi / nilai kompresi yang rendah disebabkan karena ring piston yang aus, packing kepala silinder (cylinder head) yang telah rusak, penyetelan celah katup yang terlalu renggang, terdapat goresan pada dinding silinder dan lain sebagainya.

              Jika telah ditemukan penyebab kebocoran kompresi maka segera lakukan langkah perbaikan, setelah diperbaik lakukan pengetesan kompresi sekali lagi untuk memastikan tekanan kompresi mesin sesuai dengan nilai spesifikasinya.