Jumat, 07 Agustus 2020

Kenali Berbagai Jenis Velg Mobil

Kenali Berbagai Jenis Velg Mobil - Velg merupakan komponen yang vital bagi keselamatan dalam pengemudian, sehingga harus cukup kuat menahan beban vertikal dan beban samping, gaya pengendaraan dan pengereman, serta berbagai gaya yang menumpunya. 

Velg juga harus seringan mungkin dan harus balance sehingga dapat berputar dengan mulus pada kecepatan tinggi, dengan rim yang dirancang dengan tepat agar dapat menahan ban dengan kuat. Velg pada mobil juga salah satu bagian yang paling sering disoroti dalam eksterior sebuah mobil.

Berikut Ini Jenis - Jenis Velg Mobil


1. Spoke Wheel

Spoke Wheel

Pelek jenis ini sudah dikenal dan populer sejak dulu. Velg Spoke Wheel (SW) merupakan velg dengan tipe rims jari-jari. Dilihat dari bentuknya velg ini memang unik, karena terdiri dari rangkaian rangka baja yang disusun dengan sudut tertentu.

Tipe ini memililki keunggulan kuat dan nyaman saat dikendarai. Karena terbuat dari rangka baja maka saat melewati jalanan yang tidak rata pelek ini bisa menimbulkan efek yang empuk meski tidak besar.

2. Press Kaleng / Velg Baja (Steel)

Press Kaleng / Velg Baja (Steel)

Velg jenis ini lebih dikenal dengan nama velg kaleng karena bentuknya mirip kaleng. Padahal velg jenis ini terbuat dari bahan baja dengan perpaduan material besi dan karbon. Velg kaleng ini akan lebih sering anda jumpai pada mobil - mobil niaga seperti pick-up atau truk.

Velg jenis ini memiliki fleksibilitas desain yang minim dengan bentuk rata dan hanya meninggalkan lubang - lubang kecil di permukaan rim sebagai ventilasi.

Teknik pembentukan jenis rim ini yakni dengan sistem press, dimana sebuah besi atau baja lempengan di press menggunakan cetakan berbentuk seperti pelek dan dalam sekejap jadilah sebuah rim.

Karena proses pembentukannya tergolong mudah, hal ini membuat harga jual velg kaleng menjadi lebih murah dibandingkan dengan velg jenis lain. Sehingga untuk menekan harga jual mobil, jenis velg ini banyak digunakan pada mobil - mobil niaga dan mobil - mobil murah.

Soal kekuatan, tergantung dari bahan yang dipress. Untuk mobil sekelas truk atau bus maka menggunakan besi dengan ketebalan yang lebih besar sementara untuk mobil-mobil sekelas LCGC biasanya terbuat dari paduan baja dan aluminium.

3. Alloy Wheel / Velg Almunium

Alloy Wheel / Velg Almunium

Velg jenis alloy wheel proses pembuatannya menggunakan teknik casting. Velg alloy wheel terbuat terdiri dari paduan alumunium, magnesium dan nickel yang memungkinkan ketahanan velg menjadi lebih kuat dengan bobot velg yang ringan.

Kelebihan lain dari alloy wheel terletak pada fisiknya yang mengkilap. Karena velg jenis ini memiliki bobot ringan, velg ini biasa digunakan pada mobil kelas MPV atau sedan.

4. Iron Cast Wheel / Velg Magnesium

Iron Cast Wheel / Velg Magnesium

Jika pada sepeda motor mungkin anda pernah membaca / mendengar kata "CW". Dua huruf tersebut merupakan kepanjangan dari "Cast Wheel" yang artinya "Velg Cetak". Proses pembuatan velg iron cast wheel ini menggunakan teknik casting dengan bahan magnesium yang dituangkan atau dicetak.

Pada teknik casting, material velg dipanaskan sampai meleleh setelah itu dituangkan ke dalam cetakan velg. Setelahnya dilakukan finishing yaitu membersihkan permukaan yang kasar kemudian mengaplikasikan cat.

Teknik ini merupakan teknik yang sangat umum digunakan dalam membuat velg. Keuntungan dari teknik casting ini adalah tidak membutuhkan proses yang lama dan harga yang lebih murah. Tetapi velg yang dihasilkan memiliki berat yang lebih dibandingkan menggunakan teknik lainnya.

Pada mobil, velg jenis ini lebih kuat dan lebih ringan jika dibandingkan dengan alumunium. Velg magnesium juga lebih mampu meredam guncangan dan panas dari rem, sehingga banyak digunakan pada kendaraan berlabel  SUV. 

Velg model ini juga sering disebut sebagai pelek racing karena memang kebanyakan kendaraan racing menggunakan velg cast wheel.

Selain kekuatannya, pelek Casting juga lebih stylish. Karena model cetakan dibuat dengan gaya serta desain yang cukup dinamis, itulah mengapa jenis pelek ini sudah menjadi standar pelek kendaraan di Indonesia.

Kelemahan dari velg jenis casting wheel ini yaitu ketika terjadi bengkok maka dapat mengurangi kenyamanan saat berkendara. Karena velg jenis in tidak dapat di setel dan harus dipress untuk meluruskan nya kembali.

5. Velg Carbon

Velg Carbon

Jenis velg carbon merupakan velg kelas tertinggi berdasarkan material pembuatan nya. Carbon fiber sudah lama dikenal sebagai material yang ringan dan kuat biasa digunakan menjadi material chassis dan body dari mobil - mobil supercar. Proses pembentukan carbon fiber memang tidak semudah dan secepat logam seperti alumunium dan besi dan ditambah harganya yang mahal.

Sekarang ini material carbon fiber bukan hanya diaplikasikan pada chassis dan body mobil saja tetapi pada velg juga. Koenigsegg merupakan produsen yang pertama kali membuat velg carbon ini untuk mobil supercarnya.

Yang kemudian disusul oleh Ford dengan Mustang Shelby GT350R. Dan seakan tidak ingin ketinggalan, Porsche juga menjual 911 Turbo S Exclusive Series dengan opsi velg carbon dengan harga ratusan juta rupiah.

Kamis, 30 Juli 2020

Kenali Penyebab Suara Berisik Pada CVT Motor Matic

Kenali Penyebab Suara Berisik Pada CVT Motor Matic - Masalah yang umum ditemui oleh pemilik motor matic adalah saat terdengar bunyi kasar pada bagian CVT motor matic nya. Padahal motor secara rutin sudah servis di bengkel resmi setiap 3.000 km atau setiap 1 atau 2 bulan sekali.

Dan bukan hanya itu saja, penggantian oli gardan juga dilakukan setiap jarak tempuh 8 ribu km dan servis CVT setiap 2 atau 3 bulan sekali. Tetapi tetap saja suara kasar dari bagian CVT muncul.

Berikut Penyebab Suara Berisik CVT Motor Matic



1. V-Belt
Masalah pertama dapat disebabkan oleh komponen V-belt yang sudah aus, jika V-belt sudah aus maka menimbulkan suara berisik yang biasanya terdengar di rumah CVT, suaranya terdengar sama seperti suara rantai kendur.

Indikasi lainnya, V-belt sudah molor akibat aus dan mengakibatkan tutup CVT atau crankcase menjadi sering bergesekkan dengan V-belt.

Masalah pada V-belt ini dirasakan saat motor dipakai akselerasi awal terasa selip dan saat gas diputar tetapi tenaga yang dihasilkan tidak sesuai putaran.

2. Mangkok Kopling (Clutch Housing)
Jika terdapat bunyi berdecit pada bagian CVT saat motor di gas, penyebabnya terdapat pada clutch housing atau mangkok kopling. Hal tersebut karena kotor, sehingga menyebabkan kampas bergesekan dengan mangkok kopling sehingga habis dan mengeluarkan suara.

3. Roller
Jika terdengar suara "kretek... kretek..." saat motor di gas. Sumber suara tersebut dapat dipastikan dari roller yang sudah peyang. Tetapi biasanya, jika sudah sampai mengeluarkan bunyi seperti itu.

Setelah dibongkar roller sudah berubah bentuk yang semula berbentuk bulat menjadi hancur. Roller yang sudah peyang membuat performa motor menurun seperti saat gas motor seperti tesedat "ndut, ndut'an".

4. Slider
Suara berisik dibagian rumah CVT bukan hanya disebabkan oleh roller yang sudah peyang / hancur tetapi slider atau tutup rumah roller yang sudah aus juga dapat menimbulkan suara berisik.

Keausan dapat disebabkan oleh gesekan yang terjadi pada komponen tersebut, karena kerja komponen ini buka-tutup atau bergeser keluar-masuk seiring dengan putaran mesin.

Jika rongga sudah semakin besar maka dapat menimbulkan suara "klotok... klotok.." yang akan semakin keras terdengar berasal dari komponen ini. Jika kondisi seperti ini dibiarkan terus - menerus maka dapat menyebabkan getaran serta gerakan slider menjadi tidak stabil.

5. Kopling Sentrifugal (Clutch Carrier)
Bunyi berdecit pada CVT motor matic juga dapat disebabkan oleh komponen kopling sentrifugal atau kampas kopling ganda yang sudah aus atau tipis. Hal tersebut dapat ditadai saat motor di gas tidak mau jalan atau terasa seperti tertahan.

6. Pulley Sekunder (Secondary Sliding Sheave)
Penyebab bunyi / suara kasar di bagian CVT, juga dapat disebabkan oleh face set moveable driven yang sudah oblak. Komponen ini juga sering disebut dengan nama secondary sliding sheave.

Ketika komponen yang berfungsi mendorong pegas (per) CVT agar V-belt turun ini aus atau oblak, maka kerja sliding sheave menjadi tidak mulus dan perputaran berbenturan dengan pasangannya.

Biasanya disebut dengan istilah ceweknya aus dan oblak terkena part cowok. Selain menimbulkan bunyi, gejala lain yang diakibatkan oleh keausan komponen ini yaitu, saat motor mulai di gas terasa hentakan kecil.

7. Gir Box
Bearing atau laher yang terdapat pada gir box yang aus akan mengakibatkan celah antar mata gigi renggang atau tidak presisi lagi dan menimbulkan suara kasar. Laher gir box yang oblak dapat membuat gigi rasio menjadi renggang. Akibatnya saat roda deselarasi menimbulkan suara dengung keras di bagian belakang rumah CVT.

Bearing / laher gir box menjadi oblak dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti, karena usia pakai, jarang ganti atau cek oli atau membiarkan terjadi kebocoran pada ruang gir box sehingga pelumasan komponen menjadi kurang maksimal.

Air yang masuk ke dalam gir box juga menyebabkan suara berisik bagian CVT karena sil oli pada tutup oli gir box. Bisa juga terjadi kerusakan pada sil rumah gir box yang menyebabkan berkurangnya oli pada gir box. Oli yang sudah tercampur dengan air akan berubah warna menjadi putih susu atau kecokelatan.

Kamis, 23 Juli 2020

Ketahui Kelebihan Dan Kekurangan Mobil Sistem Penggerak Roda Depan (FWD)

Ketahui Kelebihan Dan Kekurangan Mobil Sistem Penggerak Roda Depan (FWD) - Mobil dengan sistem penggerak roda depan disebut tipe FF (Front-engine Front-wheel drive) atau juga sering dikenal dengan nama FWD (Front Wheel Drive)

Salah satu mobil kategori low MPV di Indonesia yang paling banyak peminatnya adalah Mobil Honda Mobilio. Mobil Honda Mobilio mengunakan sistem penggerak roda depan (FWD). Berbeda dengan Toyota Avanza yang mengunakan sistem penggerak roda belakang (RWD).

Simak Kelebihan Dan Kekurangan Mobil Sistem Penggerak Roda Depan / Front Wheel Drive (FWD)



Kelebihan Mobil FWD (Front Wheel Drive)

1. Biaya Produksi Pembuatan Mobil Sistem Penggerak Roda Depan Lebih Murah 
Jika dibandingkan dengan biaya produksi pembuatan mobil penggerak roda belakang (dengan kategori mobil yang sama). Hal tersebut dikarenakan spare part pada sistem penggerak roda depan ini lebih sedikit. Selain itu, pemasangan drivetrain pada mobil yang menggunakan penggerak roda depan, lebih mudah.

Drivetrain adalah rangkaian komponen yang berfungsi untuk memindahkan tenaga dari mesin sampai ke roda, sehingga mobil dapat bergerak. Dengan biaya produksi yang lebih sedikit, mobil dengan sistem penggerak roda mobil depan harga jual barunya juga lebih murah.

2. Komponen Mobil Sistem Penggerak Roda Depan Lebih Sedikit
Mobil sistem penggerak roda depan memiliki bobot yang lebih ringan. Dengan mobil yang lebih ringan akan secara signifikan maka dapat mempengarui efisiensi konsumsi bahan bakar.

3. Mobil Sistem Penggerak Roda Depan Memilik Pangsa Pasar Yang Bagus
Mobil penggerak roda depan (FF / FWD) lebih banyak diaplikasikan di mobil city car dan low MPV keluarga. Tipe mobil yang menggunakan sistem penggerak ini contohnya adalah Honda Jazz, Toyota Yaris, Mazda6, MINI Cooper dan masih banyak mobil lainnya.

4. Mobil Sistem Penggerak Roda Depan Memiliki Traksi Lebih Bagus Di Jalanan Licin
Karena roda depan yang menarik roda belakang bukan roda belakang yang mendorong roda depan. Selain itu berat mesin mobil yang berada di depan, membantu traksi roda depan saat hujan.

Kekurangan Mobil FWD (Front Wheel Drive)

1. Pengendalian / Handling Mobil Kurang Baik
Sistem penggerak roda mobil depan secara otomatis membuat bobot dibebankan di bagian depan. Hal ini membuat handling (pengendalian) mobil saat kecepatan tinggi dan mobil berisi penuh penumpang, akan lebih susah dikendalikan jika dibandingkan dengan mobil dengan sistem penggerak roda belakang (FR / RWD).

2. Mobil Sistem Penggerak Roda Depan Sulit Dikendalikan Saat Kecepatan Tinggi
Jika saat berakselerasi dengan cepat, maka mobil akan cenderung untuk bergerak kekiri atau kekanan, hal ini merupakan kelemahan mobil sistem penggerak roda depan.

Karena itu, sangat jarang mobil balap menggunakan sistem penggerak roda depan. Meskipun ada beberapa mobil balap yang menggunakan sistem penggerak roda mobil di depan, biasanya akan disematkan komponen kontrol traksi.

3. Mobil Sistem Penggerak Roda Depan Lebih Rawan Mengalami Kerusakan, Terutama Pada Bagian Kaki - Kaki
Kerusakan sering terjadi pada area penggerak roda bagian depan, jika terjadi benturan di jalanan yang rusak. Karena kemudi dan tenaga pendorong ada di roda yang sama. Sedangkan penggerak roda belakang lebih tahan terhadap benturan di jalanan yang rusak.

Selasa, 21 Juli 2020

Stabilizer Bar Pada Sistem Suspensi Mobil : Fungsi, Cara Kerja Dan Jenis - Jenisnya

Stabilizer Bar Pada Sistem Suspensi Mobil : Fungsi, Cara Kerja Dan Jenis - Jenisnya - Pada kendaraan terdapat banyak sekali komponen-komponen di dalamnya, salah satunya pada cassis kendaraan terdapat sistem suspensi. Baik pada kendaraan sepeda motor dan kendaraan mobil pasti dilengkapi dengan sistem suspensi.

Sistem suspensi pada mobil tersusun dari beberapa komponen, stabilizer bar merupakan salah satu dari komponen suspensi pada mobil, tetatpi tidak semua mobil menggunakan stabilizer bar.

Umumnya stabilizer bar terpasang pada kedua lower arm yang berada pada sebelah kiri dan kanan melalui bantalan karet dan linkage. Pada bagian tengah stabilizer bar ini diikatkan ke frame melalui bushing. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar di bawah ini :
Stabilizer Bar Mobil


Fungsi Stabilizer Bar Pada Sistem Suspensi Mobil


1. Mengurangi Kemiringan Mobil Yang Disebabkan Oleh Gaya Sentrifugal Pada Saat Kendaraan Berbelok

Fungsi stabilizer bar yang pertama adalah untuk mengurangi body roll / limbung bodi kendaraan saat berbelok. Saat kendaraan bergerak cepat di tikungan (berbelok), maka akan muncul gejala body roll (rolling).

Body roll adalah sebuah gejala pada body mobil yang terjadi akibat adanya gaya sentrifugal yang muncul saat mobil menikung cepat.

Gaya sentrifugal yang terjadi ini embuat bodi mobil miring seakan terlempar keluar jalan. Kondisi ini akan membuat roda sisi dalam lintasan terangkat naik, sedangkan pada roda sisi luar lintasan akan semakin tertekan.

Body roll ini sangat berbahaya karena dapat membuat mobil menjadi terguling. Oleh sebab itu digunakanlah Stabilizer bar untuk mengurangi gejala body rol yang berlebihan pada kendaraan saat berbelok

2. Menjaga Mobil Agar Tetap Stabil Terutama Saat Kendaraan Berbelok

Fungsi stabilizer bar berikutnya adalah untuk menjaga kestabilan saat berkendara. Stabilizer bar tidak hanya digunakan untuk mengurangi body roll saat kendaraan berbelok, tetapi juga berfungsi untuk menjaga kestabilan saat berkendara dijalan bergelombang dengan kecepatan tinggi.

Saat mobil melaju cepat dijalan bergelombang, maka akan terjadi perubahan traksi pada permukaan ban dimasing-masing roda sesuai yang terjadi sesuai dengan kondisi jalan yang dilalui.

Ketika salah satu sisi ban melewati lubang pada kecepatan tinggi, ban akan mengambang diatas lubang. Kondisi ini akan mempengaruhi kecepatan putar serta tenaga yang dihasilkan oleh masing-masing roda pendorong.

Akibatnya, akan terjadi perbedaan putaran antara roda sisi kanan dan kiri sehingga akan mempengaruhi kestabilan pada kendaraan.

Untuk mencegah perubahan yang terjadi saat putaran ban saat ban kembali menyentuh permukaan jalan digunakanlah stabilizer bar, yang akan mempercepat proses kembalinya ban ke permukaan jalan dari lontaran sebelumnya.

Stabilizer bar yang dipasang diantara kedua sisi roda tersebut, maka akan meningkatkan kestabilan mobil saat berkendara dijalan bergelombang dengan kecepatan tinggi.

3. Meningkatkan Gaya Cengkram (Traksi) Ban Terhadap Permukaan Jalan Saat Mobil Berbelok / Bermanuver

Fungsi stabilizer bar yang terakhir adalah untuk meningkatkan daya cengkram traksi ban terhadap permukaan jalan bermanuver. Kondisi tersebut disebut oversteer atau understeer.

Oversteer adalah kondisi dimana ban belakang kehilangan daya cengkram nya sedangkan understeer adalah kondisi ban depan yang kehilangan traksi.

Gejala oversteer biasanya dialami oleh mobil penggerak roda belakang (RWD) sedangkan understeer dialami oleh mobil berpenggerak roda depan (FWD). Stabilizer bar yang dipasang pada bagian suspensi ini memiliki kecenderungan untuk menekan lower arm kearah bawah.

Lower arm yang menekan ke arah bawah ini secara otomotis juga akan menekan roda agar menapak lebih kuat ke permukaan jalan. Kondisi ini akan meningkatkan daya cengkram ban terhadap permukaan jalan.

Cara Kerja Stabilizer Bar Pada Sistem Suspensi Mobil

Ketika roda kanan dan kiri bergerak ke arah atas dan ke arah bawah secara bersamaan dengan jarak dan arah yang sama pula maka seharusnya stabilizer bar tidak akan mengalami puntiran.

Sedangkan ketika kendaraan membelok baik ke arah kiri maupun ke arah kanan maka pegas roda bagian luar (outer spring) akan tertekan dan pegas roda pada bagian dalam (inner spring) akan mengembang sehingga stabilizer bar akan terpuntir karena salah satu ujung dari stabilizer bar tertekan ke atas dan ujung satunya tertekan ke bawah.

Stabilizer bar ini akan menahan terhadap puntiran yang terjadi sehingga dapat mengurangi terjadinya body roll dan dapat menjaga kemiringan body pada posisi yang aman.

Lalu apa akibatnya jika stabilizer bar ini rusak? 

Jika stabilizer bar pada kendaraan rusak maka akan mengakibatkan kendaraan terasa bergoyang apalagi digunakan untuk membelok. Stabilizer bar ini dapat rusak jika kendaraan mengalami benturan yang keras contohnya saat kendaraan mengalami kecelakaan maka stabilizer bar dapat rusak.

Selain itu, stabilizer bar ini dihubungkan ke lower arm atau frame dengan menggunakan bantalan karet, komponen karet ini dapat rusak karena umur pakai, maka jika karet ini rusak gejalanya akan terdengar bunyi dibagian bawah saat kendaraan berjalan. Komponen stabilizer ini memiliki berbagai jenis dan macamnya.

Jenis - Jenis Stabilizer Bar Pada Sistem Suspensi Mobil

1. Strut Bar

Pemasangan strut bar atau front bar pada mobil berfungsi untuk menambah rigiditas mobil pada saat bermanuver, khususnya di tikungan. Saat mobil berbelok, muncul tekanan dari permukaan jalan. Strut bar ini bekerja menjaga tekanan dari kedua sisi supaya mobil lebih stabil dan seimbang.

Modifikasi mobil menggunakan strut bar juga mengurangi body roll atau limbung pada mobil saat bermanuver. Komponen stabilizer ini biasanya dipasang pada sisi kanan dan kiri strut tower yang menjadi mounting point dari shock breaker ke bagian sasis mobil.

2. Front Lower Bar & Rear Lower Bar

Stabilizer bar yang dipakai pada sebagian modifikasi mobil adalah front lower bar dan rear lower bar. Fungsi dari lower bar ini adalah sebagai penghubung lower arm dengan sasis. Hal tersebu dapat membuat kinerja lower arm lebih baik dan performa dari mobil semakin meningkat. Lower arm sendiri memiliki fungsi untuk mengendalikan roda.

3. Anti Roll Bar / Sway Bar

Seringkali mobil mengalami oversteer atau understeer saat bermanuver. Untuk mengurangi gejala oversteer dan understeer digunakan anti roll bar. Pemasangan anti roll bar biasanya dipasang pada komponen suspensi belakang.

Fungsi Transfer Case Pada Kendaraan Dan Jenis - Jenisnya

Fungsi Transfer Case Pada Kendaraan Dan Jenis - Jenisnya - Sebuah kendaraan penggerak empat-roda (4WD) memiliki daya dan traksi lebih baik, karena keempat rodanya sebagai roda penggerak. Untuk itu powertrain memerlukan sebuah transfer case. Bodi transfer case dipasang pada bagian belakang transmisi. Hal ini dapat dilakukan dengan gigi, hidrolik, atau rantai.

Pada beberapa kendaraan, seperti truk 4-Wheel Drive (4-WD) atau kendaraan yang ditujukan untuk penggunaan off-road, konstruksi ini dikendalikan oleh pengemudi. Pengemudi dapat memfungsikan transfer case untuk "2-wheel-drive" atau "4-wheel-drive". Hal ini dilakukan dengan cara shifter (secara manual) mirip dengan di transmisi manual.

Pada beberapa kendaraan dapat dioperasikan secara elektronik oleh sebuah saklar. Beberapa kendaraan, seperti mobil sport all-wheel-drive, memiliki transfer case secara permanen (yang tidak dapat dipilih). Transfer case tersebut "terkunci" secara permanen dalam all-wheel-drive ("4-wheel-drive").

Ketika roda depan berputar lebih cepat dari poros belakang, drive shaft juga berputar pada kecepatan yang berbeda. Ini tidak ada masalah ketika kendaraan berjalan pada permukaan yang gembur seperti pasir atau salju karena ban akan slip pada permukaan jalan yang gembur.

Tetapi, ketika berjalan pada aspal, perbedaan kecepatan menyebabkan ban slip. Beberapa desain transfer case menggunakan diferensial pusat untuk memberikan distribusi torsi yang proporsional ke as roda sesuai dengan permukaan dan kondisi jalan.

Transfer case dirancang untuk digunakan off-road (misalnya ketika salah satu as roda adalah pada permukaan licin atau terjebak dalam lumpur, sedangkan yang lain memiliki traksi yang lebih baik), secara mekanis dapat mengunci as roda depan dan belakang bila diperlukan yang disebut dengan differensial lock. Defferensial lock ada yang secara manual atau otomatis.

Jenis - Jenis Transfer Case Pada Kendaraan


Transfer case terpasang pada bagian belakang transmisi. Memiliki poros input tunggal yang terhubung pada poros output transmisi dan dua poros output, satu untuk penggerak roda depan dan satu untuk penggerak roda belakang. Transfer case dapat dibedakan berdasar beberapa klasifikasi antara lain:

A. Transfer Case Menurut Tipe Penggerak

Ada dua desain transfer case yang telah digunakan secara umum yaitu :

1. Penggerak Gear-Driven
Transfer Case Gear-Driven

Transfer case tipe gear-driven / transfer case tipe roda gigi menggunakan set roda gigi untuk menggerakan poros penggerak roda depan dan belakang. Transfer case dengan roda gigi ini umumnya kuat, unit berat yang digunakan dalam truk-truk besar, namun saat ini ada beberapa transfer case yang menggunakan penggerak roda untuk mobil penumpang.

2. Penggerak Rantai Chain-Driven 
Transfer Case Chain Type

Transfer case menggunakan rantai untuk menggerakkan poros penggerak roda depan, tetapi dapat menggerakkan kedua as roda. Transfer case ini lebih tenang dan lebih ringan daripada yang penggerak roda gigi, digunakan pada kendaraan seperti truk ringan, truk ukuran penuh, Jeep dan SUV.

B. Transfer Case Menurut Tipe Konstruksi Bodi (Housing) 

Transfer case menurut tipe kontruksinya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :

1. Transfer Case Bodi Menyatu
Transfer Case Bodi Menyatu

Transfer case tipe ini menyatu dengan transmisi serta tepasang langsung ke transmisi, biasanya antara poros output transmisi dan driveshaft (poros ptopeler) belakang. Terkadang transfer case ini merupakan bagian integral dari transmisi dan dua komponen dengan bodi yang sama.

2. Transfer Case Body Terpisah
Transfer Case Bodi terpisah

Sebuah transfer case yang terpisah atau independen benar-benar terpisah dari transmisi. Hal ini terletak di bagian bawah driveline dan terhubung dengan driveshaft (poros penggerak) yang pendek. Tranfer case ini digunakan pada kendaraan dengan wheelbase yang sangat panjang, seperti truk  komersial atau truk militer.

C. Transfer Case Menurut Tipe Sistem Pengoperasiannya

1. Manual Shift On-the-Fly (MSOF)
Tuas Transfer Case Dalam Cabin

Transfer case manual ini memiliki tuas pemilih pada sisi lantai ruang pengemudi dan juga memiliki pengunci hub otomatis pada as roda depan atau selector secara manual hub poros axle roda depan "LOCK" dan "UNLOCK" ("FREE").

2. Elektronik Shift On-the-Fly (ESOF) 
Elektronik Shift On The Fly

Transfer case elektronik ini memiliki selector switch atau tombol pada dasbor dengan pengunci poros hub depan otomatis atau pada beberapa model juga memiliki apa yang disebut SelecTrac, yang memiliki saklar slider di console tengah. Berbeda dengan transfer case manual, sistem ini memiliki motor transfer case. Untuk melakukan sistem four-wheel-drive.

Jumat, 26 Juni 2020

Fungsi Sistem Kemudi Pada Kendaraan Dan Cara Kerjanya

Fungsi Sistem Kemudi Pada Kendaraan Dan Cara Kerjanya - Fungsi sistem kemudi adalah untuk  mengatur  arah kendaraan dengan cara membelokkan roda-roda depan. Dan untuk membelokkan mobil sesuai dengan keinginan pengemudi dengan sudut derajat belok yang diinginkan dan radius yang dihasilkan.
Sistem Kemudi


Fungsi Sistem Kemudi Pada Kendaraan


  • 1. Mengatur arah laju kendaraan saat dijalan
  • 2. Menjaga kestabilan saat kendaraan mulai melaju
  • 3. Meminimalisir keausan pada ban
  • 4. Memberikan efek meluruskan lagi kendaaran setelah berbelok

Syarat - Syarat Yang Harus Dimiliki Sistem Kemudi
  • 1. Kelincahannya baik.
  • 2. Usaha pengemudian yang baik.
  • 3. Recovery (pengembalian) yang halus.
  • 4. Pemindahan kejutan dari permukaan jalan harus seminimal mungkin

Pada Umumnya Sistem Kemudi Dapat Dibagi Menjadi 4 Bagian Utama
  • 1. Steering whell (kemudi)
  • 2. Steering main shaft (poros utama kemudi)
  • 3. Steering gear housing (rumah poros kemudi)
  • 4. Steering linkage (reduksi gigi kemudi)

Cara Kerja Sistem Kemudi Pada Kendaraan

Ketika roda kemudi diputar maka steering shaft (batang kemudi) akan meneruskan tenaga putarannya diteruskan ke steering gear, dalam steering gear ini, momen putarnya menjadi lebih besar yang selanjutnya momen putar ini diteruskan ke steering linkage untuk kemudian diteruskan ke roda depan kiri dan kanan kendaraan.

Roda kemudi (setir) atau steering wheel terletak diruang kabin kendaraan. Pada umumnya roda kemudi berbentuk lingkaran yang memiliki diameter tertentu. Diameter roda kemudi antara mobil satu dengan yang lainnya belum tentu sama besar. Diamater pada roda kemudi ini akan mempengaruhi gaya yang diperlukan pengendara untuk membelokkan kendaraan. 

Semakin besar diameter kemudi maka gaya yang diperlukan pengendara untuk membelokkan kendaraan akan semakin ringan. Diameter roda kemudi besar memiliki keuntungan tenaga yang dibutuhkan untuk memutarkan roda kemudi ringan tetapi momen yang dipindahkan besar dan lebih stabil, tetapi roda kemudi diamter besar juga ada kekurangannya yaitu membutuhkan space yang besar.

Sebaliknya, diameter roda kemudi semakin kecil maka gaya yang diperlukan pengemudi untuk membelokkan kendaraan akan menjadi semakin besar atau semakin berat. Roda kemudi dengan diameter kecil memiliki keuntungan tidak membutuhkan tempat yang besar. Tetapi memiliki kekurangan terhadap setiap gerakan dan gaya serta tenaga yang dilakukan pengemudi untuk memutarkan roda kemudi menjadi lebih besar / berat.

Tetapi pengaruh besar kecilnya diameter roda kemudi (setir) tersebut hanya berlaku pada sistem kemudi manual (manual steering). Jika pada sistem kemudi daya (power steering) besar kecilnya roda kemudi tidak mempengaruhi efisiensi gaya dan tenaga yang diberikan pengemudi saat memutar setir. 

Kamis, 11 Juni 2020

Jenis - Jenis Sistem Kemudi Pada Kendaraan Dan Cara Kerjanya

Jenis - Jenis Sistem Kemudi Pada Kendaraan Dan Cara Kerjanya - Jika fungsi sistem kemudi pada kendaraan & cara kerjanya sudah dijelaskan sebelumnya, maka kali ini akan dijelaskan mengenai jenis - jenis sistem kemudi pada kendaraan dan cara kerjanya.


Berikut Jenis - Jenis Sistem Kemudi Pada Kendaraan Dan Cara Kerjanya


Sistem kemudi pada kendaraan dapat dibedakan menjadi dua kategori utama, yaitu :
  • Sistem kemudi manual (manual steering)
  • Sistem kemudi daya (power steering)

Sistem Kemudi Manual (Manual Steering)

Sistem kemudi secara manual ini jarang dipakai terutama pada mobil-mobil modern. Pada sistem ini dibutuhkan adanya tenaga yang besar untuk mengemudikannya.

Tenaga yang dibutuhkan membelokkan roda dari tenaga dari putaran setir (roda kemudi) yang diputar oleh pengemudi. Akibatnya pengemudi akan cepat lelah ketika mengendarai mobil terutama pada jarak jauh. 


Sistem kemudi manual dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Sistem kemudi manual tipe recirculating ball
Sistem kemudi manual tipe recirculating ball ini memiliki gaya pengemudian lebih ringan karena bisa mereduksi putaran kemudi secara maksimal. Hanya saja, pengemudi perlu memutar roda kemudi hingga 4 kali untuk membuat roda berbelok mentok.

Selain menghasilkan pergerakan roda kemudi yang lebih halus dan linear, mekanisme pada sistem kemudi recirculating ball juga memberikan keunggulan mekanikal berupa kemampuan �leverage� sehingga dapat memaksimalkan tenaga putar tangan pengemudi menjadi tenaga putar yang lebih besar atau lebih kuat untuk menggerakkan roda depan.
Kontruksi Sistem Kemudi Manual Tipe Recirculating Ball


Keuntungan :
  • Komponen gigi kemudi relative besar, bisa digunakan untuk mobil ukuran sedang, mobil besar dan kendaraan komersial.
  • Keausan relative kecil dan pemutaran roda kemudi relative ringan.

Kerugian :
  • Dibutuhkan tenaga yang besar untuk menggerakkan roda kemudi.
  • Pengemudi lebih cepat lelah.
  • Konstruksi rumit karena hubungan antara gigi sector dan gigi pinion tidak langsung.
  • Biaya perbaikan lebih mahal.

Cara kerja sistem kemudi manual tipe recirculating ball
Saat pengemudi memutar roda kemudi (stir), poros utama yang dihubungkan dengan roda kemudi langsung membelok. 

Di ujung poros utama kerja dari gigi cacing dam mur pada bak roda gigi kemudi menambah tenaga dan memindahkan gerak putar dari roda kemudi ke gerakan mundur maju lengan pitman (pitman arm).

Lengan-lengan penghubung (linkage), batang penghubung (relay rod), tie rod, lengan idler (idler arm) dan lengan nakel arm dihubungkan dengan ujung pitman arm. 

Mereka memindahkan gaya putar dari kemudi ke roda-roda depan dengan memutar ball joint pada lengan bawah (lower arm) dan bantalan atas untuk peredam kejut. Jenis ini biasanya digunakan pada mobil penumpang atau komersial.

2. Sistem kemudi manual tipe rack and pinion
Rack and pinion adalah satu jenis sistem kemudi terlama, yang mulai muncul di era tahun 1980-an di Indonesia dan salah satu pelopornya adalah Toyota Corolla KE70 (Corolla DX).

Tetapi rack and pinion tersebut kurang tepat untuk digunakan pada jenis kendaraan yang ukuran besar seperti truk atau bus, karena bentuk roda giginya yang kecil dan lightweight. Meskipun, sejumlah SUV besar sudah banyak yang menerapkan sistem kemudi rack and pinion steering, seperti Toyota Land Cruiser.
Kontruksi Sistem Kemudi Manual Tipe Rack & Pinion

Keuntungan :
  • Konstruksi ringan dan sederhana
  • Persinggungan antara gigi pinion dan rack secara langsung
  • Pemindahan momen relatif lebih baik, sehingga lebih ringan

Kerugian :
  • Bentuk roda gigi kecil, hanya cocok digunakan pada mobil penumpang ukuran kecil atau sedang
  • Lebih cepat aus
  • Bentuk gigi rack lurus, dapat menyebabkan cepatnya keausan

Cara kerja sistem kemudi manual tipe rack and pinion
Pada waktu roda kemudi diputar, pinion pun ikut berputar. Gerakan ini akan menggerakkan rack dari samping ke samping dan dilanjutkan melalui tie rod ke lengan nakel pada roda-roda depan sehingga satu roda depan didorong.

Sedangkan satu roda tertarik, hal ini menyebabkan roda-roda berputar pada arah yang sama. Kemudi jenis rack and pinion jauh lebih efisien bagi pengemudi untuk mengendalikan roda-roda depan.

Pinion yang dihubungkan dengan poros utama kemudi melalui poros intermediate, berkaitan denngan rack.

    Sistem Kemudi Daya (Power Steering)

    Munculnya sistem kemudi daya ini didasari oleh kekurangan yang didapat pada sistem kemudi manual dimana rendahnya kemampuan di dalam pengemudian terutama pada perjalanan yang jauh, dan pada kecepatan rendah sehingga membuat pengemudi cepat lelah. 

    Disamping itu kekakuan pada kemudi manual turut mempengaruhi pengembangan sistem kemudi kendaraan. Pengembangan sistem kemudi saat ini sudah menjangkau pada sistem pengontrolan secara otomatis. Penggunaan power steering memberikan keuntungan seperti:
    • Mengurangi daya pengemudian (steering effort)
    • Kestabilan yang tinggi selama pengemudian.

    Sistem kemudi daya (power steering) dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

    1. Hydraulic power steering (HPS)
    Sistem kemudi daya hidrolik (Hydraulic Power Steering ini memiliki sebuah booster hidraulis dibagian tengah mekanisme kemudi agar kemudi menjadi lebih ringan. Dalam keadaan normal beratnya putaran roda kemudi adalah 2-4 kg.

    Sistem power steering direncanakan untuk mengurangi usaha pengemudian bila kendaraan bergerak pada putaran rendah dan menyesuaikan pada tingkat tertentu bila kendaraan bergerak, mulai kecepatan medium sampai kecepatan tinggi.

    Hydraulic power steering ada 2 tipe, yaitu :

    a. Hydrolic power steering tipe integral

    Hydrolic power steering tipe integral dapat ditemukan pada kendaraan berbobot besar seperti bus dan truk. Ciri khas steering tipe ini, terletak pada mekanisme penggerak kemudinya. Sistem ini tidak menggunakan rack steer melainkan menggunakan gear box.

    Dengan memggunakan gear box, maka putaran roda kemudi akan mengalami pengubahan momentum, oleh sebab itu untuk membelokan bus, supir bus bisa memutar roda kemudi hingga beberapa kali putaran. Dinamakan integral karena mekanisme penambahan tenaga terjadi secara langsung didalam gear box.
    Hydrolic Power Steeeing Tipe Integral

    b. Hydrolic power steering tipe rack and pinion

    Pada tipe HPS ini menggunakan rack gear dan pinion gear. Rack steer merupakan batang memanjang yang memiliki roda bergerigi, sementara pinion gear adalah roda gigi yang berkaitan dengan rack gear. Pinion ini tersambung dengan roda kemudi, sehingga putaran roda kemudi sama dengan putaran pinion gear.

    Sementara mekanisme penambahan tenaga, terletak terpisah (tidak didalam perkaitan antara rack gear dan pinion gear). Tepatnya ada pada sisi samping dari rack gear yang memiliki piston untuk menangkap energi tekan dari fluida.
    Hydrolic Power Steeeing Tipe Rack and Pinion


    2. Electric power steering (EPS)
    Tujuan dari pengembangan EPS adalah meningkatkan efisiensi kerja kendaraan dengan melakukan perubahan proses kerja power steering.

    Perubahan ini mengalihkan sistem hidrolik ke elektrik. Power steering yang proses kerjanya dibantu arus listrik ini dapat mereduksi pemakaian energi kendaraan yang tidak perlu. 
    Kontruksi Electric Power Steering

    Umumnya sistem Electric Power Steering (EPS) menggunakan beberapa perangkat elektronik yang sama, seperti :
    • Control Module: Sebagai komputer untuk mengatur kerja EPS.
    • Motor elektrik: Bertugas langsung membantu meringankan perputaran setir.
    • Vehicle Speed Sensor: Terletak di girboks dan bertugas memberitahu control module tentang kecepatan mobil.
    • Torque Sensor: Berada di kolom setir dengan tugas memberi informasi ke control module jika setir mulai diputar oleh pengemudi.
    • Clutch: Kopling ini ada di antara motor dan batang setir. Tugasnya untuk menghubungkan dan melepaskan motor dengan batang setir sesuai kondisi.
    • Noise Suppressor: Bertindak sebagai sensor yang mendeteksi mesin sedang bekerja atau tidak.
    • On-board Diagnostic Display: berupa indikator di panel instrumen yang akan menyala jika ada masalah sengan sistem EPS.

    Cara kerja electric power steering (EPS)
    a. Saat kunci ON mesin mati

    Control Module memperoleh arus listrik untuk kondisi stand-by. Seketika itu pula, indikator EPS pada panel instrumen menyala.

    b. Saat mesin hidup

    Noise Suppressor segera menginformasikan pada Control Module untuk mengaktifkan motor listrik dan clutch pun langsung menghubungkan motor dengan batang setir.

    Torque Sensor Salah satu sensor yang terletak pada steering rack bertugas memberi informasi pada Control Module ketika setir mulai diputar, dan mengirimkan informasi tentang sejauh apa setir diputar dan seberapa cepat putarannya.

    Dengan dua informasi itu, Control Module segera mengirim arus listrik sesuai yang dibutuhkan ke motor listrik untuk memutar gigi kemudi. Dengan begitu proses memutar setir menjadi ringan.

    Vehicle Speed Sensor bertugas menyediakan informasi bagi control module tentang kecepatan kendaraan. Pada kecepatan tinggi, umumnya dimulai sejak 80 km/jam, motor elektrik akan dinonaktifkan oleh Control Module. Dengan begitu setir menjadi lebih berat sehingga meningkatkan safety.

    Jadi sistem EPS ini mengatur besarnya arus listrik yang dialirkan ke motor listrik hanya sesuai kebutuhan saja. Selain mengatur kerja motor elektrik berdasarkan informasi dari sensor, Control Module juga mendeteksi jika ada malfungsi pada sistem EPS.

    Lampu indikator EPS pada panel instrumen akan menyala berkedip tertentu andai terjadi kerusakan. Selanjutnya ia juga menonaktifkan motor elektrik dan clutch akan melepas hubungan motor dengan batang setir. 

    Tetapi karena sistem kemudi yang dilengkapi EPS ini masih terhubung dengan setir via batang baja, maka mobil masih dimungkinkan untuk dikemudikan. Walau memutar setir akan terasa berat seperti kemudi tanpa power steering.

    Rem Tromol Sepeda Motor : Komponen, Cara Kerja Dan Jenisnya

    Rem Tromol Sepeda Motor : Komponen, Cara Kerja Dan Jenisnya - Sistem Rem secara garis besar berfungsi untuk mengurangi laju kendaraan. Sistem pengereman pada sepeda motor, dapat diklasifikasikan menjadi dua sistem, yaitu sistem rem mekanik atau tromol dan yang ke dua yaitu sistem rem hidrolik atau disc brake.
    Rem Tromol Sepeda Motor

    Berikut Komponen Rem Tromol Sepeda Motor Dan Fungsinya


    Komponen - Komponen Rem Tromol Sepeda Motor

    1. Brake Drum (Tromol Rem)
    Brake drum atau tromol rem berfungsi sebagai media gesekan dengan kampas rem saat pengereman dilakukan, agar laju roda kendaraan dapat dihentikan. Tromol rem (brake drum) ini terletak tengah roda motor.

    2. Brake Shoe (Sepatu Rem)
    Sepatu rem atau brake shoe berfungsi sebagai tempat untuk kampas rem. Kampas rem rem tromol berbeda dengan kampas rem piringan atau cakram. Kampas rem tromol ini berbentuk persegi panjang dan melengkung.

    Sepatu rem untuk motor umumnya dijual sudah lengkap dengan kampas rem, sehingga ketika kampas rem mulai tipis maka penggantiannya juga beserta sepatu remnya. 

    3. Brake Lining (Kampas Rem)
    Kampas rem terbuat dari bahan komposit yang berfungsi sebagai media gesek bersama dengan tromol rem. Selama proses pengereman dilakukan, bahan dari kampas rem ini kelamaan akan semakin menipis. Untuk itu dalam waktu tertentu kampas rem dapat habis dan perlu dilakukan penggantian.

    4. Tuas Penggerak
    Saat pedal / tuas rem ditekan tuas penggerak rem berfungsi sebagai penggerak sepatu rem agar menekan tromol rem. Tuas rem bekerja secara mekanik melalui brake cam yang terhubung di ujungnya.

    5. Brake Cam
    Brake cam berfungsi untuk menekan / mendorong sepatu rem saat tua penggerak rem bekerja. Brake cam (nok / tonjolan) terletak di ujung tuas penggerak.

    6. Return Spring (Pegas Pengembali)
    Return spring atau pegas pengembali berfungsi untuk mengembalikan posisi sepatu rem setelah rem digunakan. Pegas ini terletak didalam sistem rem tromol diantara dua buah sepatu rem. Setelah pengereman dilakukan, pegas akan menarik sepatu rem agar renggang dengan tromol, sehingga roda dapat kembali berputar.

    7. Anchor Pin
    Anchor pin terletak dipangkal sepatu rem yang fungsinya sebagai center sepatu rem. Anchor pin akan menjaga sepatu rem pada area pangkal agar dapat bergerak membuka dan menutup.

    8. Tuas Penghubung
    Tuas penghubung terletak diluar sistem utama rem tromol, komponen ini berupa batang besi yang menghubungkan tuas penggerak rem dengan pedal rem. Tuas penghubung ada pada sistem rem tromol motor versi pedal injak.

    Sedangkan pada motor matic yang menggunakan tuas rem tangan, maka menggunakan kawat kabel untuk menghubungkan tuas rem dengan batang penggerak rem. Diujung tuas penggerak dilengkapi dengan adjusting screw yang berfungsi untuk menyetel sepatu rem.

    9. Pedal Rem / Tuas Rem
    Pedal rem berfungsi sebagai komponen untuk mengaktifkan sistem pengereman. Pedal rem dibedakan menjadi dua macam yaitu, pedal rem injak yang ada pada sepeda motor bebek dan pedal rem tipe tuas yang ada pada motor matic. Meskipun berbeda tetapi memiliki fungsi yang sama.

    Cara Kerja Rem Tromol Sepeda Motor

    Rem Mekanik / Tromol (drum brake) di operasikan secara mekanis dan sedangkan rem hidrolik dioperasikan secara hidraulic dengan memakai tekanan fluida.

    1. Saat Belum Bekerja
    • Ada jarak antara tromol rem dan kanvas rem
    • Tidak ada gesekan

    2. Saat Setengah Pengereman
    • Sepatu rem menyentuh lembut pada tromol rem 
    • Gesekan kecil - pengereman kecil

    3. Saat Pengereman Penuh
    • Sepatu rem menempel penuh pada tromol rem
    • Gesekan besar - pengereman besar

    4. Saat Pelepasan Penuh
    • Sepatu rem kembali ke sisi semula karena tarikan per
    • Tidak ada gesekan

    Rem Tromol Pada Sepeda Motor Dibedakan Menjadi 2 Jenis

    1. Jenis Leading & Trailing
    Dengan sebuah cam yang di gunakan secara paksa, 2 buah sepatu rem yang mempunyai pengaruh pengereman kuat, adalah "leading shoe" dan yang lain "Trailing shoe".

    Gaya pengereman leading shoe (gaya yang searah dengan putaran roda) di paksa bergerak oleh "cam", maka terjadilah gaya gesek yang searah dengan putaran roda. Gaya pengereman trailing yaitu gaya pengereman yang berlawanan dengan arah putaran roda.
    Leading & Trailing

    2. Jenis Two Leading Shoe
    Dua buah "cam" digunakan untuk menekan dua buah sepatu rem , sehingga dapat bekerja seperti leading shoe. jadi dapat menghasilkan gaya pengereman kira kira 1,5 kali.
    Two Leading Shoe

    Minggu, 24 Mei 2020

    Komponen Chasis (Sasis) Mobil Dan Fungsinya

    Komponen Chasis (Sasis) Mobil Dan Fungsinya - Sasis merupakan bagian dari kendaraan yang secara garis besar berfungsi sebagai pengaman kendaraan, menambah kenyamanan pengemudi dan mengarahkan laju kendaraan.

    Secara umum sasis mobil tersusun dari komponen powertrain dan suspensi. Tetapi komponen sasis pada kendaraan terdiri dari beberapa komponen penting lainnya.

    Berikut Komponen Chasis (Sasis) Mobil Beserta Fungsinya


    1. Kopling

    Kopling

    Kopling berfungsi untuk menghubungkan dan memutus putaran dari mesin ke transmisi. Dengan adanya kopling proses pemidahan gigi transmisi menjadi lebih halus.

    Kopling terdiri dari dua buah logam yang berputar, yaitu : flywheel (roda gila) dan pressure plate (plat penekan), dan juga terdapat kampas kopling yang berada ditengah dua logam tersebut.

    Saat pressure plate menekan kearah flywheel akan menyebabkan kampas kopling terjepit dan hal itu membuat putaran mesin terhubung ke transmisi.

    Tetapi jika pada kopling otomatis (torque converter), kopling bekerja berdasarkan gaya tekan fluida. Gaya tekan fluida akan menjadi semakin besar seiring dengan bertambahnya putaran mesin, sehingga tidak perlu melakukan pengoperasian kopling secara manual.

    2. Transmisi

    Transmisi

    Transmisi berfungsi untuk memanipulasi output mesin. Dalam beberapa kondisi sebuah mobil memerlukan torsi besar dan juga kondisi yang menuntut mobil memiliki kecepatan tinggi. Transmisi ini bertugas untuk mengatasi kondisi tersebut, dengan mengatur rasio perpindahan antar roda gigi.

    Pada posisi 1, maka perbandingan roda gigi cenderung besar sehingga putaran output transmisi jauh lebih kecil dibandingkan input transmisi. Tetapi torsi menjadi besar.

    Ketika gigi 2 dan seterusnya perbandingan gigi akan semakin kecil, hal itu membuat tingkat percepatan output semakin besar tetapi torsi maksimal menjadi semakin menurun.

    Pada transmisi, torsi berbanding terbalik dengan RPM mesin. Transmisi dibagi menjadi 2 jenis yaitu transmisi manual dan transmisi otomatis (matic).

    3. Poros Propeller

    Poros Propeller (Propeller Shaft)

    Poros propeller (propeller shaft) atau disebut juga poros kopel merupakan salah satu bagian dari sistem pemindah tenaga. Poros propeller berfungsi untuk meneruskan atau memindahkan tenaga putar dari transmisi menuju ke gardan (differential).

    Kontruksi poros propeller dibuat sedemikian rupa supaya saat memindahkan tenaga putar dari transmisi ke differential dapat dilakukan dengan lembut tanpa dipengaruhi dari kondisi permukaan jalan dan beratnya beban pada kendaraan.

    4. Universal Joint

    Antara transmisi dan rear axle (as roda) belakang mobil memiliki ketinggian yang tidak tetap / sejajar. Hal tersebut dikarenakan letak as roda yang berada di bawah suspensi sementara transmisi berada di bodi mobil. Sehingga perlu komponen tambahan agar poros propeller dapat berfungsi tanpa terganggu oleh hal tersebut.

    Universal joint merupakan komponen yang didesain secara fleksibel untuk menghubungkan moment puntir dari sudut dan arah manapun. Umumnya ada dua buah universal joint yang terletak dibelakang transmisi dan didepan gardan.

    5. Diferential / Gardan

    Diferential / Gardan

    Gardan atau differential berfungsi untuk membedakan putaran roda kiri dan kanan mobil. Mengapa putaran roda mobil harus dibedakan? Misalnya, saat kendaraan belok kiri, maka jarak yang ditempuh roda kiri dan kanan akan berbeda. Jika roda tidak dibedakan putarannya maka akan terjadi selip disalah satu roda dan cepat menimbulkan keusan pada ban.

    6. Rear Axle (As Roda)

    Rear axle (as roda) adalah sebuah poros berbentuk batang yang menghubungkan diferential (gardan) dengan poros roda. Diujung poros akan dipasangkan wheel bearing sebagai bantalan poros terhadap body mobil. Ada dua macam rear axle yang dipakai pada mobil, yaitu tipe rigid axle dan tipe indipendent axle.

    Pada tipe rigid axle, antara roda kiri dan kanan terletak pada satu poros kaku sehingga jika salah satu roda terkena efek suspensi maka roda satunya akan terpengaruh.

    Sementara pada tipe indipendent, terdapat fleksibel joint yang dipasangkan pada kedua ujung poros axle. Fungsinya agar roda kiri dan kanan bisa terbebas ketika salah satu roda terkena efek suspensi.

    7. Sistem Suspensi

    Sistem Suspensi

    Sistem suspensi pada kendaraan berfungsi untuk menyerap kejutan dari permukaan jalan yang tidak rata agar getaran tidak sampai ke dalam kabin (ruang pengemudi) sehingga pengemudi akan merasa nyaman.

    8. Sistem Kemudi

    Sistem Kemudi

    Sistem kemudi berfungsi untuk mengendalikan arah roda & untuk meringankan gaya pengemudian. Sistem kemudi terdapat 2 jenis yaitu : sistem kemudi manual & sistem kemudi daya (power steering). Sistem kemudi power steering dibagi menjadi 2 macam yaitu tipe hidrolik dan tipe elektrik.

    9. Sistem Rem

    Sistem rem berfungsi untuk mengurangi kecepatan kendaraan secara signifikan. Prinsip kerja sistem rem memanfaatkan gaya gesek yang mengkonversi energi putar roda menjadi energi panas.

    Pada sistem rem, dua buah material yang berbahan besi dan asbes akan bergesekan. Sehingga akan mengurangi laju putarannya. Sistem rem dibagi menjadi 2 jenis yaitu : rem tromol dan rem cakram.

    10. Roda Dan Ban

    Roda dan ban berfungsi untuk mengkonversi energi putar dari powertrain untuk menjalankan kendaraan. Roda tersusun dari velg dan ban, velg atau rims merupakan rangka roda yang menjadi tumpuan kendaraan. Untuk itu kekuatan rims juga tidak bisa sepelekan.

    Sementara ban berfungsi menyerap getaran kecil pada jalan dan menimbulkan traksi agar roda tidak selip. Ban sendiri, ada beberapa tipe antara lain tipe hard, medium dan soft. Ban tipe soft memiliki struktur yang lunak sehingga akan cepat aus tapi gripnya cukup baik.

    Jenis - Jenis Universal Joint Mobil

    Jenis - Jenis Universal Joint Mobil - Gerakan bodi atau rangka mobil yang naik turun menyebebabkan posisi mesin menjadi tidak simetris dengan posisi roda. Hal tersebut tentu akan mengganggu proses penyaluran putaran dari transmisi ke roda belakang yang disalurkan oleh poros propeller (propeller shaft).

    Untuk mencegah terjadinya loss power (hilang tenaga) serta memaksimalkan aliran putaran, maka pada setiap poros propeller dipasang komponen yang bernama universal joint. Universal joint dipasang diantara sambungan yang bergerak seperti siku lengan. Konstruksinya kuat dan fleksibel sehingga dengan naik turunnya bodi kendaraan tidak akan mempengaruhi proses pentransperan tenaga.

    Jenis - Jenis Universal Joint


    Jika ditinjau dari kontruksinya terdapat beberapa jenis universal joint, yaitu :

    1. Hook Joint
    Pada umumnya poros propeller menggunakan konstruksi tipe ini, karena selain konstruksinya yang sederhana tipe ini juga berfungsi secara akurat dan konstan.

    Hook joint ini menggunkan dua yoke, salah satu digabungkan dengan propeller shaft (poros propeller) dan lainnya dengan sleeve, diantaranya dipasangkan spider dan bearing. Untuk mencegah keausan maka bagian spider yang berhubungan dengan roller bearing dibuat lebih keras.

    Dan untuk mengurangi gesekan yang terjadi maka bentuk bearing menggunakan model roller bearing yang ditutup dengan cup. Supaya bearingnya tidak lepas pada waktu propeller shaft berputar dengan kecepatan tinggi, maka snap ring atau lock plate dipasangkan pada yoke.
    Hock Joint

    Ada dua tipe hook joint yaitu shell bearing cup type dan solid bearing cup type. Pada tipe shell bearing cup universal joint tidak bisa dibongkar sedangkan pada tipe solid bearing cup bisa dibongkar. Ilustrasi konstruksi kedua tipe universal joint tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :
    Hook joint tipe shell bearing cup


    Hook joint tipe solid bearing cup


    Baca Juga : Fungsi Gardan (Differential) Dan Komponen - Komponennya

    2. Flexible Joint
    Flexible joint terdiri dari coupling, rubber coupling dan sleeve yoke yang dihubungkan atau diikat dengan baut. Model ini mempunyai keuntungan tidak mudah aus, tidak berisik dan tidak memerlukan minyak/ grease. 

    Tetapi apabila sudut antara drive shaft dan driven shaft melebihi 7-100 maka akan timbul vibrasi. Untuk menghindari hal ini maka dipasangkan center ring ball pada ujungnya. Konstruksi dari universal joint model flexible joint dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
    Konstruksi Flexible Joint


    3. Trunion Joint
    Model ini berusaha menggabungkan tipe hook joint dan slip joint, namun hasilnya masih dibawah slip joint sendiri, sehingga jarang digunakan. Di dalam bodi terdapat alur sebagai tempat masuknya propeller shaft dan di ujung pin di pasangkan ball. Konstruksinya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
    Konstruksi Trunion Joint

    4. Uniform Velocity Joint
    Model ini dapat membuat kecepatan sudut yang lebih baik, sehingga dapat mengurangi vibrasi dan suara bising. Akan tetapi harganya relatif lebih mahal. Tipe ini digunakan pada kendaraan yang menggunakan sistem pemindah daya tipe front engine front drive. Konstruksinya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
    Konstruksi Uniform Velocity Joint

    5. Slip Joint
    Bagian ujung propeller yang dihubungkan dengan poros out-put transmisi terdapat alur-alur untuk pemasangan slip joint. Hal ini memungkinkan panjangnya propeller shaft sesuai dengan jarak output transmisi dengan differential. Konstruksinya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
    Konstruksi Slip Joint