Kamis, 11 Juni 2020

Jenis - Jenis Sistem Kemudi Pada Kendaraan Dan Cara Kerjanya

Jenis - Jenis Sistem Kemudi Pada Kendaraan Dan Cara Kerjanya - Jika fungsi sistem kemudi pada kendaraan & cara kerjanya sudah dijelaskan sebelumnya, maka kali ini akan dijelaskan mengenai jenis - jenis sistem kemudi pada kendaraan dan cara kerjanya.


Berikut Jenis - Jenis Sistem Kemudi Pada Kendaraan Dan Cara Kerjanya


Sistem kemudi pada kendaraan dapat dibedakan menjadi dua kategori utama, yaitu :
  • Sistem kemudi manual (manual steering)
  • Sistem kemudi daya (power steering)

Sistem Kemudi Manual (Manual Steering)

Sistem kemudi secara manual ini jarang dipakai terutama pada mobil-mobil modern. Pada sistem ini dibutuhkan adanya tenaga yang besar untuk mengemudikannya.

Tenaga yang dibutuhkan membelokkan roda dari tenaga dari putaran setir (roda kemudi) yang diputar oleh pengemudi. Akibatnya pengemudi akan cepat lelah ketika mengendarai mobil terutama pada jarak jauh. 


Sistem kemudi manual dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Sistem kemudi manual tipe recirculating ball
Sistem kemudi manual tipe recirculating ball ini memiliki gaya pengemudian lebih ringan karena bisa mereduksi putaran kemudi secara maksimal. Hanya saja, pengemudi perlu memutar roda kemudi hingga 4 kali untuk membuat roda berbelok mentok.

Selain menghasilkan pergerakan roda kemudi yang lebih halus dan linear, mekanisme pada sistem kemudi recirculating ball juga memberikan keunggulan mekanikal berupa kemampuan �leverage� sehingga dapat memaksimalkan tenaga putar tangan pengemudi menjadi tenaga putar yang lebih besar atau lebih kuat untuk menggerakkan roda depan.
Kontruksi Sistem Kemudi Manual Tipe Recirculating Ball


Keuntungan :
  • Komponen gigi kemudi relative besar, bisa digunakan untuk mobil ukuran sedang, mobil besar dan kendaraan komersial.
  • Keausan relative kecil dan pemutaran roda kemudi relative ringan.

Kerugian :
  • Dibutuhkan tenaga yang besar untuk menggerakkan roda kemudi.
  • Pengemudi lebih cepat lelah.
  • Konstruksi rumit karena hubungan antara gigi sector dan gigi pinion tidak langsung.
  • Biaya perbaikan lebih mahal.

Cara kerja sistem kemudi manual tipe recirculating ball
Saat pengemudi memutar roda kemudi (stir), poros utama yang dihubungkan dengan roda kemudi langsung membelok. 

Di ujung poros utama kerja dari gigi cacing dam mur pada bak roda gigi kemudi menambah tenaga dan memindahkan gerak putar dari roda kemudi ke gerakan mundur maju lengan pitman (pitman arm).

Lengan-lengan penghubung (linkage), batang penghubung (relay rod), tie rod, lengan idler (idler arm) dan lengan nakel arm dihubungkan dengan ujung pitman arm. 

Mereka memindahkan gaya putar dari kemudi ke roda-roda depan dengan memutar ball joint pada lengan bawah (lower arm) dan bantalan atas untuk peredam kejut. Jenis ini biasanya digunakan pada mobil penumpang atau komersial.

2. Sistem kemudi manual tipe rack and pinion
Rack and pinion adalah satu jenis sistem kemudi terlama, yang mulai muncul di era tahun 1980-an di Indonesia dan salah satu pelopornya adalah Toyota Corolla KE70 (Corolla DX).

Tetapi rack and pinion tersebut kurang tepat untuk digunakan pada jenis kendaraan yang ukuran besar seperti truk atau bus, karena bentuk roda giginya yang kecil dan lightweight. Meskipun, sejumlah SUV besar sudah banyak yang menerapkan sistem kemudi rack and pinion steering, seperti Toyota Land Cruiser.
Kontruksi Sistem Kemudi Manual Tipe Rack & Pinion

Keuntungan :
  • Konstruksi ringan dan sederhana
  • Persinggungan antara gigi pinion dan rack secara langsung
  • Pemindahan momen relatif lebih baik, sehingga lebih ringan

Kerugian :
  • Bentuk roda gigi kecil, hanya cocok digunakan pada mobil penumpang ukuran kecil atau sedang
  • Lebih cepat aus
  • Bentuk gigi rack lurus, dapat menyebabkan cepatnya keausan

Cara kerja sistem kemudi manual tipe rack and pinion
Pada waktu roda kemudi diputar, pinion pun ikut berputar. Gerakan ini akan menggerakkan rack dari samping ke samping dan dilanjutkan melalui tie rod ke lengan nakel pada roda-roda depan sehingga satu roda depan didorong.

Sedangkan satu roda tertarik, hal ini menyebabkan roda-roda berputar pada arah yang sama. Kemudi jenis rack and pinion jauh lebih efisien bagi pengemudi untuk mengendalikan roda-roda depan.

Pinion yang dihubungkan dengan poros utama kemudi melalui poros intermediate, berkaitan denngan rack.

    Sistem Kemudi Daya (Power Steering)

    Munculnya sistem kemudi daya ini didasari oleh kekurangan yang didapat pada sistem kemudi manual dimana rendahnya kemampuan di dalam pengemudian terutama pada perjalanan yang jauh, dan pada kecepatan rendah sehingga membuat pengemudi cepat lelah. 

    Disamping itu kekakuan pada kemudi manual turut mempengaruhi pengembangan sistem kemudi kendaraan. Pengembangan sistem kemudi saat ini sudah menjangkau pada sistem pengontrolan secara otomatis. Penggunaan power steering memberikan keuntungan seperti:
    • Mengurangi daya pengemudian (steering effort)
    • Kestabilan yang tinggi selama pengemudian.

    Sistem kemudi daya (power steering) dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

    1. Hydraulic power steering (HPS)
    Sistem kemudi daya hidrolik (Hydraulic Power Steering ini memiliki sebuah booster hidraulis dibagian tengah mekanisme kemudi agar kemudi menjadi lebih ringan. Dalam keadaan normal beratnya putaran roda kemudi adalah 2-4 kg.

    Sistem power steering direncanakan untuk mengurangi usaha pengemudian bila kendaraan bergerak pada putaran rendah dan menyesuaikan pada tingkat tertentu bila kendaraan bergerak, mulai kecepatan medium sampai kecepatan tinggi.

    Hydraulic power steering ada 2 tipe, yaitu :

    a. Hydrolic power steering tipe integral

    Hydrolic power steering tipe integral dapat ditemukan pada kendaraan berbobot besar seperti bus dan truk. Ciri khas steering tipe ini, terletak pada mekanisme penggerak kemudinya. Sistem ini tidak menggunakan rack steer melainkan menggunakan gear box.

    Dengan memggunakan gear box, maka putaran roda kemudi akan mengalami pengubahan momentum, oleh sebab itu untuk membelokan bus, supir bus bisa memutar roda kemudi hingga beberapa kali putaran. Dinamakan integral karena mekanisme penambahan tenaga terjadi secara langsung didalam gear box.
    Hydrolic Power Steeeing Tipe Integral

    b. Hydrolic power steering tipe rack and pinion

    Pada tipe HPS ini menggunakan rack gear dan pinion gear. Rack steer merupakan batang memanjang yang memiliki roda bergerigi, sementara pinion gear adalah roda gigi yang berkaitan dengan rack gear. Pinion ini tersambung dengan roda kemudi, sehingga putaran roda kemudi sama dengan putaran pinion gear.

    Sementara mekanisme penambahan tenaga, terletak terpisah (tidak didalam perkaitan antara rack gear dan pinion gear). Tepatnya ada pada sisi samping dari rack gear yang memiliki piston untuk menangkap energi tekan dari fluida.
    Hydrolic Power Steeeing Tipe Rack and Pinion


    2. Electric power steering (EPS)
    Tujuan dari pengembangan EPS adalah meningkatkan efisiensi kerja kendaraan dengan melakukan perubahan proses kerja power steering.

    Perubahan ini mengalihkan sistem hidrolik ke elektrik. Power steering yang proses kerjanya dibantu arus listrik ini dapat mereduksi pemakaian energi kendaraan yang tidak perlu. 
    Kontruksi Electric Power Steering

    Umumnya sistem Electric Power Steering (EPS) menggunakan beberapa perangkat elektronik yang sama, seperti :
    • Control Module: Sebagai komputer untuk mengatur kerja EPS.
    • Motor elektrik: Bertugas langsung membantu meringankan perputaran setir.
    • Vehicle Speed Sensor: Terletak di girboks dan bertugas memberitahu control module tentang kecepatan mobil.
    • Torque Sensor: Berada di kolom setir dengan tugas memberi informasi ke control module jika setir mulai diputar oleh pengemudi.
    • Clutch: Kopling ini ada di antara motor dan batang setir. Tugasnya untuk menghubungkan dan melepaskan motor dengan batang setir sesuai kondisi.
    • Noise Suppressor: Bertindak sebagai sensor yang mendeteksi mesin sedang bekerja atau tidak.
    • On-board Diagnostic Display: berupa indikator di panel instrumen yang akan menyala jika ada masalah sengan sistem EPS.

    Cara kerja electric power steering (EPS)
    a. Saat kunci ON mesin mati

    Control Module memperoleh arus listrik untuk kondisi stand-by. Seketika itu pula, indikator EPS pada panel instrumen menyala.

    b. Saat mesin hidup

    Noise Suppressor segera menginformasikan pada Control Module untuk mengaktifkan motor listrik dan clutch pun langsung menghubungkan motor dengan batang setir.

    Torque Sensor Salah satu sensor yang terletak pada steering rack bertugas memberi informasi pada Control Module ketika setir mulai diputar, dan mengirimkan informasi tentang sejauh apa setir diputar dan seberapa cepat putarannya.

    Dengan dua informasi itu, Control Module segera mengirim arus listrik sesuai yang dibutuhkan ke motor listrik untuk memutar gigi kemudi. Dengan begitu proses memutar setir menjadi ringan.

    Vehicle Speed Sensor bertugas menyediakan informasi bagi control module tentang kecepatan kendaraan. Pada kecepatan tinggi, umumnya dimulai sejak 80 km/jam, motor elektrik akan dinonaktifkan oleh Control Module. Dengan begitu setir menjadi lebih berat sehingga meningkatkan safety.

    Jadi sistem EPS ini mengatur besarnya arus listrik yang dialirkan ke motor listrik hanya sesuai kebutuhan saja. Selain mengatur kerja motor elektrik berdasarkan informasi dari sensor, Control Module juga mendeteksi jika ada malfungsi pada sistem EPS.

    Lampu indikator EPS pada panel instrumen akan menyala berkedip tertentu andai terjadi kerusakan. Selanjutnya ia juga menonaktifkan motor elektrik dan clutch akan melepas hubungan motor dengan batang setir. 

    Tetapi karena sistem kemudi yang dilengkapi EPS ini masih terhubung dengan setir via batang baja, maka mobil masih dimungkinkan untuk dikemudikan. Walau memutar setir akan terasa berat seperti kemudi tanpa power steering.

    Rem Tromol Sepeda Motor : Komponen, Cara Kerja Dan Jenisnya

    Rem Tromol Sepeda Motor : Komponen, Cara Kerja Dan Jenisnya - Sistem Rem secara garis besar berfungsi untuk mengurangi laju kendaraan. Sistem pengereman pada sepeda motor, dapat diklasifikasikan menjadi dua sistem, yaitu sistem rem mekanik atau tromol dan yang ke dua yaitu sistem rem hidrolik atau disc brake.
    Rem Tromol Sepeda Motor

    Berikut Komponen Rem Tromol Sepeda Motor Dan Fungsinya


    Komponen - Komponen Rem Tromol Sepeda Motor

    1. Brake Drum (Tromol Rem)
    Brake drum atau tromol rem berfungsi sebagai media gesekan dengan kampas rem saat pengereman dilakukan, agar laju roda kendaraan dapat dihentikan. Tromol rem (brake drum) ini terletak tengah roda motor.

    2. Brake Shoe (Sepatu Rem)
    Sepatu rem atau brake shoe berfungsi sebagai tempat untuk kampas rem. Kampas rem rem tromol berbeda dengan kampas rem piringan atau cakram. Kampas rem tromol ini berbentuk persegi panjang dan melengkung.

    Sepatu rem untuk motor umumnya dijual sudah lengkap dengan kampas rem, sehingga ketika kampas rem mulai tipis maka penggantiannya juga beserta sepatu remnya. 

    3. Brake Lining (Kampas Rem)
    Kampas rem terbuat dari bahan komposit yang berfungsi sebagai media gesek bersama dengan tromol rem. Selama proses pengereman dilakukan, bahan dari kampas rem ini kelamaan akan semakin menipis. Untuk itu dalam waktu tertentu kampas rem dapat habis dan perlu dilakukan penggantian.

    4. Tuas Penggerak
    Saat pedal / tuas rem ditekan tuas penggerak rem berfungsi sebagai penggerak sepatu rem agar menekan tromol rem. Tuas rem bekerja secara mekanik melalui brake cam yang terhubung di ujungnya.

    5. Brake Cam
    Brake cam berfungsi untuk menekan / mendorong sepatu rem saat tua penggerak rem bekerja. Brake cam (nok / tonjolan) terletak di ujung tuas penggerak.

    6. Return Spring (Pegas Pengembali)
    Return spring atau pegas pengembali berfungsi untuk mengembalikan posisi sepatu rem setelah rem digunakan. Pegas ini terletak didalam sistem rem tromol diantara dua buah sepatu rem. Setelah pengereman dilakukan, pegas akan menarik sepatu rem agar renggang dengan tromol, sehingga roda dapat kembali berputar.

    7. Anchor Pin
    Anchor pin terletak dipangkal sepatu rem yang fungsinya sebagai center sepatu rem. Anchor pin akan menjaga sepatu rem pada area pangkal agar dapat bergerak membuka dan menutup.

    8. Tuas Penghubung
    Tuas penghubung terletak diluar sistem utama rem tromol, komponen ini berupa batang besi yang menghubungkan tuas penggerak rem dengan pedal rem. Tuas penghubung ada pada sistem rem tromol motor versi pedal injak.

    Sedangkan pada motor matic yang menggunakan tuas rem tangan, maka menggunakan kawat kabel untuk menghubungkan tuas rem dengan batang penggerak rem. Diujung tuas penggerak dilengkapi dengan adjusting screw yang berfungsi untuk menyetel sepatu rem.

    9. Pedal Rem / Tuas Rem
    Pedal rem berfungsi sebagai komponen untuk mengaktifkan sistem pengereman. Pedal rem dibedakan menjadi dua macam yaitu, pedal rem injak yang ada pada sepeda motor bebek dan pedal rem tipe tuas yang ada pada motor matic. Meskipun berbeda tetapi memiliki fungsi yang sama.

    Cara Kerja Rem Tromol Sepeda Motor

    Rem Mekanik / Tromol (drum brake) di operasikan secara mekanis dan sedangkan rem hidrolik dioperasikan secara hidraulic dengan memakai tekanan fluida.

    1. Saat Belum Bekerja
    • Ada jarak antara tromol rem dan kanvas rem
    • Tidak ada gesekan

    2. Saat Setengah Pengereman
    • Sepatu rem menyentuh lembut pada tromol rem 
    • Gesekan kecil - pengereman kecil

    3. Saat Pengereman Penuh
    • Sepatu rem menempel penuh pada tromol rem
    • Gesekan besar - pengereman besar

    4. Saat Pelepasan Penuh
    • Sepatu rem kembali ke sisi semula karena tarikan per
    • Tidak ada gesekan

    Rem Tromol Pada Sepeda Motor Dibedakan Menjadi 2 Jenis

    1. Jenis Leading & Trailing
    Dengan sebuah cam yang di gunakan secara paksa, 2 buah sepatu rem yang mempunyai pengaruh pengereman kuat, adalah "leading shoe" dan yang lain "Trailing shoe".

    Gaya pengereman leading shoe (gaya yang searah dengan putaran roda) di paksa bergerak oleh "cam", maka terjadilah gaya gesek yang searah dengan putaran roda. Gaya pengereman trailing yaitu gaya pengereman yang berlawanan dengan arah putaran roda.
    Leading & Trailing

    2. Jenis Two Leading Shoe
    Dua buah "cam" digunakan untuk menekan dua buah sepatu rem , sehingga dapat bekerja seperti leading shoe. jadi dapat menghasilkan gaya pengereman kira kira 1,5 kali.
    Two Leading Shoe

    Minggu, 24 Mei 2020

    Komponen Chasis (Sasis) Mobil Dan Fungsinya

    Komponen Chasis (Sasis) Mobil Dan Fungsinya - Sasis merupakan bagian dari kendaraan yang secara garis besar berfungsi sebagai pengaman kendaraan, menambah kenyamanan pengemudi dan mengarahkan laju kendaraan.

    Secara umum sasis mobil tersusun dari komponen powertrain dan suspensi. Tetapi komponen sasis pada kendaraan terdiri dari beberapa komponen penting lainnya.

    Berikut Komponen Chasis (Sasis) Mobil Beserta Fungsinya


    1. Kopling

    Kopling

    Kopling berfungsi untuk menghubungkan dan memutus putaran dari mesin ke transmisi. Dengan adanya kopling proses pemidahan gigi transmisi menjadi lebih halus.

    Kopling terdiri dari dua buah logam yang berputar, yaitu : flywheel (roda gila) dan pressure plate (plat penekan), dan juga terdapat kampas kopling yang berada ditengah dua logam tersebut.

    Saat pressure plate menekan kearah flywheel akan menyebabkan kampas kopling terjepit dan hal itu membuat putaran mesin terhubung ke transmisi.

    Tetapi jika pada kopling otomatis (torque converter), kopling bekerja berdasarkan gaya tekan fluida. Gaya tekan fluida akan menjadi semakin besar seiring dengan bertambahnya putaran mesin, sehingga tidak perlu melakukan pengoperasian kopling secara manual.

    2. Transmisi

    Transmisi

    Transmisi berfungsi untuk memanipulasi output mesin. Dalam beberapa kondisi sebuah mobil memerlukan torsi besar dan juga kondisi yang menuntut mobil memiliki kecepatan tinggi. Transmisi ini bertugas untuk mengatasi kondisi tersebut, dengan mengatur rasio perpindahan antar roda gigi.

    Pada posisi 1, maka perbandingan roda gigi cenderung besar sehingga putaran output transmisi jauh lebih kecil dibandingkan input transmisi. Tetapi torsi menjadi besar.

    Ketika gigi 2 dan seterusnya perbandingan gigi akan semakin kecil, hal itu membuat tingkat percepatan output semakin besar tetapi torsi maksimal menjadi semakin menurun.

    Pada transmisi, torsi berbanding terbalik dengan RPM mesin. Transmisi dibagi menjadi 2 jenis yaitu transmisi manual dan transmisi otomatis (matic).

    3. Poros Propeller

    Poros Propeller (Propeller Shaft)

    Poros propeller (propeller shaft) atau disebut juga poros kopel merupakan salah satu bagian dari sistem pemindah tenaga. Poros propeller berfungsi untuk meneruskan atau memindahkan tenaga putar dari transmisi menuju ke gardan (differential).

    Kontruksi poros propeller dibuat sedemikian rupa supaya saat memindahkan tenaga putar dari transmisi ke differential dapat dilakukan dengan lembut tanpa dipengaruhi dari kondisi permukaan jalan dan beratnya beban pada kendaraan.

    4. Universal Joint

    Antara transmisi dan rear axle (as roda) belakang mobil memiliki ketinggian yang tidak tetap / sejajar. Hal tersebut dikarenakan letak as roda yang berada di bawah suspensi sementara transmisi berada di bodi mobil. Sehingga perlu komponen tambahan agar poros propeller dapat berfungsi tanpa terganggu oleh hal tersebut.

    Universal joint merupakan komponen yang didesain secara fleksibel untuk menghubungkan moment puntir dari sudut dan arah manapun. Umumnya ada dua buah universal joint yang terletak dibelakang transmisi dan didepan gardan.

    5. Diferential / Gardan

    Diferential / Gardan

    Gardan atau differential berfungsi untuk membedakan putaran roda kiri dan kanan mobil. Mengapa putaran roda mobil harus dibedakan? Misalnya, saat kendaraan belok kiri, maka jarak yang ditempuh roda kiri dan kanan akan berbeda. Jika roda tidak dibedakan putarannya maka akan terjadi selip disalah satu roda dan cepat menimbulkan keusan pada ban.

    6. Rear Axle (As Roda)

    Rear axle (as roda) adalah sebuah poros berbentuk batang yang menghubungkan diferential (gardan) dengan poros roda. Diujung poros akan dipasangkan wheel bearing sebagai bantalan poros terhadap body mobil. Ada dua macam rear axle yang dipakai pada mobil, yaitu tipe rigid axle dan tipe indipendent axle.

    Pada tipe rigid axle, antara roda kiri dan kanan terletak pada satu poros kaku sehingga jika salah satu roda terkena efek suspensi maka roda satunya akan terpengaruh.

    Sementara pada tipe indipendent, terdapat fleksibel joint yang dipasangkan pada kedua ujung poros axle. Fungsinya agar roda kiri dan kanan bisa terbebas ketika salah satu roda terkena efek suspensi.

    7. Sistem Suspensi

    Sistem Suspensi

    Sistem suspensi pada kendaraan berfungsi untuk menyerap kejutan dari permukaan jalan yang tidak rata agar getaran tidak sampai ke dalam kabin (ruang pengemudi) sehingga pengemudi akan merasa nyaman.

    8. Sistem Kemudi

    Sistem Kemudi

    Sistem kemudi berfungsi untuk mengendalikan arah roda & untuk meringankan gaya pengemudian. Sistem kemudi terdapat 2 jenis yaitu : sistem kemudi manual & sistem kemudi daya (power steering). Sistem kemudi power steering dibagi menjadi 2 macam yaitu tipe hidrolik dan tipe elektrik.

    9. Sistem Rem

    Sistem rem berfungsi untuk mengurangi kecepatan kendaraan secara signifikan. Prinsip kerja sistem rem memanfaatkan gaya gesek yang mengkonversi energi putar roda menjadi energi panas.

    Pada sistem rem, dua buah material yang berbahan besi dan asbes akan bergesekan. Sehingga akan mengurangi laju putarannya. Sistem rem dibagi menjadi 2 jenis yaitu : rem tromol dan rem cakram.

    10. Roda Dan Ban

    Roda dan ban berfungsi untuk mengkonversi energi putar dari powertrain untuk menjalankan kendaraan. Roda tersusun dari velg dan ban, velg atau rims merupakan rangka roda yang menjadi tumpuan kendaraan. Untuk itu kekuatan rims juga tidak bisa sepelekan.

    Sementara ban berfungsi menyerap getaran kecil pada jalan dan menimbulkan traksi agar roda tidak selip. Ban sendiri, ada beberapa tipe antara lain tipe hard, medium dan soft. Ban tipe soft memiliki struktur yang lunak sehingga akan cepat aus tapi gripnya cukup baik.

    Jenis - Jenis Universal Joint Mobil

    Jenis - Jenis Universal Joint Mobil - Gerakan bodi atau rangka mobil yang naik turun menyebebabkan posisi mesin menjadi tidak simetris dengan posisi roda. Hal tersebut tentu akan mengganggu proses penyaluran putaran dari transmisi ke roda belakang yang disalurkan oleh poros propeller (propeller shaft).

    Untuk mencegah terjadinya loss power (hilang tenaga) serta memaksimalkan aliran putaran, maka pada setiap poros propeller dipasang komponen yang bernama universal joint. Universal joint dipasang diantara sambungan yang bergerak seperti siku lengan. Konstruksinya kuat dan fleksibel sehingga dengan naik turunnya bodi kendaraan tidak akan mempengaruhi proses pentransperan tenaga.

    Jenis - Jenis Universal Joint


    Jika ditinjau dari kontruksinya terdapat beberapa jenis universal joint, yaitu :

    1. Hook Joint
    Pada umumnya poros propeller menggunakan konstruksi tipe ini, karena selain konstruksinya yang sederhana tipe ini juga berfungsi secara akurat dan konstan.

    Hook joint ini menggunkan dua yoke, salah satu digabungkan dengan propeller shaft (poros propeller) dan lainnya dengan sleeve, diantaranya dipasangkan spider dan bearing. Untuk mencegah keausan maka bagian spider yang berhubungan dengan roller bearing dibuat lebih keras.

    Dan untuk mengurangi gesekan yang terjadi maka bentuk bearing menggunakan model roller bearing yang ditutup dengan cup. Supaya bearingnya tidak lepas pada waktu propeller shaft berputar dengan kecepatan tinggi, maka snap ring atau lock plate dipasangkan pada yoke.
    Hock Joint

    Ada dua tipe hook joint yaitu shell bearing cup type dan solid bearing cup type. Pada tipe shell bearing cup universal joint tidak bisa dibongkar sedangkan pada tipe solid bearing cup bisa dibongkar. Ilustrasi konstruksi kedua tipe universal joint tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :
    Hook joint tipe shell bearing cup


    Hook joint tipe solid bearing cup


    Baca Juga : Fungsi Gardan (Differential) Dan Komponen - Komponennya

    2. Flexible Joint
    Flexible joint terdiri dari coupling, rubber coupling dan sleeve yoke yang dihubungkan atau diikat dengan baut. Model ini mempunyai keuntungan tidak mudah aus, tidak berisik dan tidak memerlukan minyak/ grease. 

    Tetapi apabila sudut antara drive shaft dan driven shaft melebihi 7-100 maka akan timbul vibrasi. Untuk menghindari hal ini maka dipasangkan center ring ball pada ujungnya. Konstruksi dari universal joint model flexible joint dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
    Konstruksi Flexible Joint


    3. Trunion Joint
    Model ini berusaha menggabungkan tipe hook joint dan slip joint, namun hasilnya masih dibawah slip joint sendiri, sehingga jarang digunakan. Di dalam bodi terdapat alur sebagai tempat masuknya propeller shaft dan di ujung pin di pasangkan ball. Konstruksinya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
    Konstruksi Trunion Joint

    4. Uniform Velocity Joint
    Model ini dapat membuat kecepatan sudut yang lebih baik, sehingga dapat mengurangi vibrasi dan suara bising. Akan tetapi harganya relatif lebih mahal. Tipe ini digunakan pada kendaraan yang menggunakan sistem pemindah daya tipe front engine front drive. Konstruksinya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
    Konstruksi Uniform Velocity Joint

    5. Slip Joint
    Bagian ujung propeller yang dihubungkan dengan poros out-put transmisi terdapat alur-alur untuk pemasangan slip joint. Hal ini memungkinkan panjangnya propeller shaft sesuai dengan jarak output transmisi dengan differential. Konstruksinya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
    Konstruksi Slip Joint

    Rabu, 20 Mei 2020

    Jenis - Jenis Chassis Mobil

    Jenis - Jenis Chassis Mobil - Chassis / rangka pada mobil berfungsi sebagai penopang berat kendaraan, mesin serta penumpang. Biasanya chassis terbuat dari kerangka baja yang memegang body dan engine dari sebuah kendaraan. Saat proses manufaktur body kendaraan dibentuk sesuai dengan struktur chassisnya.

    Chassis mobil biasanya terbuat dari logam ataupun komposit. Material tersebut harus memiliki kekuatan untuk menopang beban dari kendaraan. Chassis juga berfungsi untuk menjaga agar mobil tetap rigid, kaku dan tidak mengalami bending.

    Komponen Utama Chassis Mobil

    1. Frame (Kerangka)
    Frame adalah struktur dari beberapa batang yang dihubungkan dengan sambungan (pin ataupun rigid joint) dimana pada frame ini terdapat variasi gaya aksial, gaya lintang dan momen pada batang itu sendiri.

    Lain halnya dengan truss (rangka batang) yang merupakan struktur yang dibentuk dari batangan - batangan yang pada kedua ujung masing - masing batang dihubungkan oleh pin. Pada truss ini beban terletak di titik sambungan atau joint dimana batang hanya mampu menerima beban aksial ( batang 2 gaya).

    2. Dudukan mesin
    Dudukan mesin merupakan tempat yang utama dalam peletakan mesin pada suatu kendaraan dan juga harus disesuaikan dengan model kenderaan yang dibuat.

    Berikut Jenis - Jenis Chassis / Sasis Pada Mobil


    1. Ladder Frame

    Ladder Frame

    Ladder frame memiliki kerangka berbentuk tangga yang berada di bagian bawah body mobil. Kerangka tangga ini berkonstruksi solid dan kuat yang terpisah dari body. Artinya, body kendaraan dapat dipisahkan (dibongkar) dari sasis. Karena konstruksinya, sasi jenis ladder frame memiliki bobot yang berat dan kendaraan menjadi terlihat lebih tinggi.

    Antara kerangka dan body disatukan dengan dudukan (mounting) yang dibaut. Keberadaan mounting ini juga membantu menyerap guncangan dari jalan sehingga tidak langsung disalurkan ke body atau kabin. Ini karena pada mounting tersebut sudah ditambahkan karet peredam kejut yang ditimbulkan oleh jalan yang tidak rata.

    Sasis jenis ladder frame digunakan pada kendaraan - kendaraan besar yang memang difungsikan untuk mengangkat beban berat seperti bus, truk dan kendaraan niaga lainnya. Tetapi sasis jenis Ladder frame ada juga yang digunakan pada mobil - mobil MPV (Multi Purpose Vehicle), alasannya karena ketangguhan dari sasis jenis ini yang dapat digunakan disemua medan perjalan.

    2. Monocoque / Monokok

    Monocoque / Monokok

    Sasis jenis monoque merupakan penggabungan antara kerangka dan body kendaraan. Pada sasis jenis ini tidak akan melihat adanya kerangka pada mobil, apalagi melihat konstruksi tangga pada bagian bawah kendaraan seperti pada sasis jenis ladder frame.

    Konstruksi kerangka monoque dapat  membuat mobil menjadi lebih rendah ke tanah sesuai dengan yang diinginkan. Tetapi, beban yang diangkut sasis jenis ini terbatas, karena tidak adanya penopang yang kuat pada bagian bawah. Hal tersebutlah yang menjadi salah satu kelemahan sasis jenis monokok.

    Karakteristik dari sasis monoque ini adalah beratnya yang ringan jika dibandingkan dengan jenis ladder frame. Hal ini juga bermanfaat untuk efisiensi konsumsi bahan bakar. Sasis jenis ini juga memiliki handling atau pegendalian yang baik.

    Sasis monocoque banyak digunakan pada mobil pribadi dan mobil kecil lainnya seperti hatchback dan sedan. Crossover dan SUV perkotaan juga menggunakan sasis monocoque untuk memaksimalkan pengendalian (handling) dan efisiensi konsumsi BBM berkat bobotnya yang lebih ringan.

    3. Backbone Frame

    Backbone Frame

    Sasis jenis backbone merupakan jenis sasis yang memiliki konstruksi yang mirip dengan desain sasis ladder frame. Seperti namanya backbone (tulang punggung) sasis jenis ini hanya terdiri dari satu batang besi kuat seperti pada tulang punggung manusia. Konstruksi kerangka ini kuat, yang langsung menghubungkan suspensi bagian depan dan belakang serta langsung menjadi dudukan bearing dari beberapa komponen.

    Desainnya sangat sederhana, dimana hanya terdiri dari sebuah besi bulat yang mana didalamnnya terdapat rumah poros penggerak dari mesin bagian depan ke roda - roda belakang. Soal keamanan, sasis jenis ini tidak memiliki tingkat keamanan yang tinggi bagi pengemudinya apabila terjadi tabrakan dari samping.

    4. Tubular Space Frame

    Tubular Space Frame

    Sasis jenis tubular merupakan sasis yang menggunakan puluhan besi berbentuk bulat (pipa) dan beberapa mungkin menggunakan besi berbentuk persegi untuk menghubungkan konstruksi yang lebih mudah ke panel bodi, walaupun sebenarnya menggunakan besi jenis bulat akan memberikan kekuatan yang maksimum.

    Sasis jenis ini umumnya diaplikasikan pada kendaraan balap / mobil balap. Untuk kuat lemahnya sasis tubular space frame in dipengaruhi oleh dua hal, yang pertama adalah kualitas mutu bahan yang digunakan untuk sasis, yang kedua adalah kualitas dari sambungan sambungan las nya.

    5. Alumunium Space Frame

     Alumunium Space Frame

    Dari sejarahnya jenis rangka space frame pertama kali diaplikasikan pada Audi A8. Mobil ini diproduksi massal yang pertama menggunakan chassis Aluminium Space Frame (ASF). Pengembangannya dilakukan bersama dengan pabrik aluminium di Amerika Serikat yaitu Alcoa. Sasis jenis  ASF ini untuk dijadikan pengganti sasis monocoque.

    Audi mengklaim ASF A8 beratnya 40% lebih ringan dan 40% lebih kaku dari pada monocoque baja terdahulunya. Ini memungkinkan A8 yang dilengkapi 4WD (Four wheel Drive) lebih ringan dari BMW 740i. ASF sendiri terdiri dari bagian aluminium ekstrusi, komponen die casting vakum dan lembaran aluminium dengan ketebalan yang berbeda. Mereka semua terbuat dari paduan aluminium dengan kekuatan yang sangat tinggi.

    Pada sudut dan sambungan yang sangat diperhatikan, bagian yang diekstrusi dihubungkan dengan pengecoran logam aluminium yang kompleks (node). Selain itu, metode pengencangan dengan mekanisme terbaru dikembangkan untuk menyambung bagian - bagian komponen yang lain. Jenis rangka ini cukup rumit dan biaya produksi jauh lebih tinggi daripada monocoque baja yang biasa. Sehingga harga jual mobilnya pun lebih mahal.

    Jumat, 17 April 2020

    Komponen Master Rem (Master Silinder Rem) + Fungsinya

    Komponen Master Rem (Master Silinder Rem) + Fungsinya - Berikut ini komponen - komponen yang terdapat pada master rem (master silinder rem) & fungsinya :
    Komponen Master Rem (Master Silinder Rem)

    1. Reservoir Tank
    Resevoir tank berfungsi untuk menampung minyak cadangan dan mengisi minyak rem pada sistem hidrolik apabila mulai berkurang. Karena reservoir berfungsi sebagai penampung cadangan minyak rem maka harus tertutup rapat. sehingga jangan sampai lupa menutup kembali setelah mengisi minyak di reservoir tank.

    Reservoir tank terdapat tutup dengan seal karet supaya dapat menutup dengan rapat agar minyak rem tidak tumpah. Pada reservoir tank terdapat garis low dan full ataupun min dan max. Perhatikan garis ini apabila minyak pada level low/min maka harus diisi sampai lever full/max.

    2. Return Port
    Return port berfungsi sebagai lubang katup pengembali minyak rem dari ruang tekanan ke tangki cadangan atau reservoir tank.

    3. Primary Piston & Secondary Piston
    Primary piston & secondary piston berfungsi untuk mengkompresikan atau memampatkan minyak di dalam ruang master silinder dengan adanya gaya dorong mekanik dari push rod (batang pendorong), untuk menghasilkan gaya dorong hidrolik yang dapat menggerakkan piston pada caliper rem cakram ataupun pada silinder roda rem tromol, agar dapat mendorong kampas supaya terjadi gesekan untuk memperlambat bidang putar (rotor dan tromol) pada saat pedal rem diinjak.

    4. Piston Seal (Seal piston)
    Piston seal atau seal piston berfungsi mencegah aliran minyak pada ruang depan  piston dengan ruang belakang piston (low pressure air). Selain itu, seal piston juga berfungsi mencegah gesekan antara piston dan dinding ruang silinder pada saat piston bergerak. oleh karena itu, seal piston terbuat dari karet (rubber) sehingga elastis.

    5. Pegas Pengembali (Return Spring)
    Pegas pengembali berfungsi untuk mengembalikan primary piston ataupun secondary piston agar dapat kembali ke posisi semual pada saat pedal rem tidak diinjak.

    6. Saluran Bypass (Bypass Ports)
    Saluran bypass adalah saluran di antara reservoir dan ruang master silinder. Saluran bypass (bypass ports) berfungsi untuk untuk memungkinkan piston master silinder kembali ke posisi semula dengan cepat dan mencegah udara dapat masuk ke dalam master silinder. 

    7. Saluran Kompensasi (Compensating Port)
    Adalah lubang kecil yang menghubungkan antara  master silinder dengan ruang kerja (sisi depan dari piston master silinder). Ketika piston master silinder berada dalam posisi bebas (tidak ada pengereman), seal piston berada di antara lubang kompensasi dan lubang penambahan (bypass port).

    Fungsi Compensating port / saluran kompensasi :
    • Compensating port/ saluran kompensasi berfungsi untuk memungkinkan ekspansi normal dan pengembangan minyak rem karena perubahan suhu.
    • Juga merupakan saluran pengembali cairan setelah pedal rem dibebaskan.

    8. Inlet Port
    Inlet port berfungsi sebagai lubang masuk atau pengisian minyak rem dari tangki cadangan ke ruang tekanan.

    9. Outlet Port
    Outlet port berfungsi sebagai lubang keluar minyak rem yang bertekanan menuju saluran system rem dan seterusnya ke silinder roda atau ke piston caliper.

    10. Outlet Check Valve
    Pada beberapa master rem terdapat outlet check valve yang berfungsi untuk mempertahankan tekanan sisa pada pipa rem (1 kg/cm2) untuk mencegah terlambatnya pengereman.
    Kontruksi Outlet Check Valve