Jumat, 21 Juni 2019

Review Hotel: Sotis Residence Pejompongan


Beberapa bulan yang lalu, omnya Duo Lynns menikah. Berhubung acaranya pagi sekali, maka semua anggota keluarga menginap di hotel terdekat dengan lokasi resepsi. Hotel yang dipilih adalah Sotis Residence Pejompongan. Hotel yang satu ini sering kami lewati. Lambangnya yang unik ini membuat kami penasaran juga dengan hotel yang satu ini.

Hotel Sotis Pejompongan terletak di daerah Bendungan Hilir. Hotel ini tidak terlalu besar tetapi cukup untuk acara-acara keluarga. Ada dua tipe kamar yang ditawarkan, yaitu deluxe twin dan deluxe double. Oleh si om, kami dipesankan kamar deluxe twin, tetapi ranjangnya dijadikan satu. Jadi lebih besar.

Saat kami datang, proses check in berlangsung cepat. Kombinasi aroma terapi melati dan AC yang dingin membuat lobby hotel terasa begitu nyaman, apalagi kami dari luar yang begitu panas. Kami pun diantar ke kamar kami.
Lobby hotel yang nyaman. 
Penampakan pertama saat kami masuk adalah kamar kami terasa nyaman. Dengan luas kamar 19 meter persegi ini terasa begitu lega. Di setiap kamar disediakan ketel air panas. TV di kamar pun bisa untuk mirroring dari smartphone
Dua ranjang twin yang disatukan.
Sofa dan air yang disediakan. 
Bagian yang tidak kalah penting bagi kami adalah kamar mandi. Kamar mandinya luas dan cukup bersih walau arah shower air panas dan air dingin terbalik. Di kamar mandi ini juga disediakan hair dryer.
Shower room. 
Kamar yang kami ambil tidaklah termasuk sarapan. Tetapi di sekitar sini juga banyak tempat makan dan minimarket. Walaupun demikian, saat di malam hari kami bersama seluruh keluarga besar makan malam di restoran yang ada. Restorannya cukup besar, dan di bagian belakang ada masakan Jepang. Kabarnya sih masakan Jepangnya cukup enak. Sedangkan makanan yang kami makan adalah makanan all you can eat yang seperti prasmanan. Untuk rasa, memang biasa saja. Namun memang memudahkan semua keluarga besar yang berkumpul.

Selama kami menginap di sini, menurut kami Sotis dapat dijadikan alternatif menginap untuk keluarga besar dan jika banyak melakukan kegiatan di sekitar sini.

Sekilas Info
Sotis Residence Pejompongan
Jl. Pejompongan 1 No.10B, Jakarta Pusat.


Selasa, 18 Juni 2019

Dunia dalam Berita di Museum Macan


Sebagai homeschooler, kami paling senang mengunjungi museum. Mengapa? Karena saat mengunjungi museum, anak-anak dapat memelajari hal-hal baru dengan lebih menarik. Dari museum sejarah seperti Sumpah PemudaMuseum satwaMuseum AngkutMuseum Tubuh, atau bahkan Museum Science baik di Indonesia maupun di luar negeri. Kali ini kami berkesempatan mengunjungi Museum Macan.

Diawali dengan keisengan si mama untuk mengikuti kuis di Detik dan memenangkan hadiah dua tiket ke Museum Macan. Saya pun bertanya tentang prosedurnya kepada pihak Museum Macan dan ditanggapi dengan luar biasa baik oleh pihak Museum Macan. Mereka menginfokan bahwa setiap Minggu ada tour anak yang akan dimulai pukul 14.00. Kami pun janjian untuk mengunjungi Museum Macan di hari Minggu.
Another free tickets for the girls. Thank you Museum Macan :) 
Museum Macan (Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara) yang berlokasi di daerah Jakarta Barat bukanlah berisi tentang hewan-hewan seperti macan alias harimau, tetapi berisi karya seni. Museum ini sudah cukup terkenal, terutama saat Yayoi Kusama mengadakan pameran di sini. Kali ini tema yang ada adalah Dunia dalam Berita.
Masriadi Sang Pemenang karya I Nyoman Masriadi.
Mendengar kata-kata diatas, pastilah kita yang lahir sebelum tahun 90-an familiar dengan kata-kata tersebut. Terbayang di benak kita bahwa waktu telah menunjukkan pukul 21.00 dan waktunya mendengarkan berita di televisi. apapun stasiun TV yang ditonton, pasti semua secara serentak menampilkan Dunia dalam Berita pada pukul 21.00. 

Namun seiring dengan era reformasi, Dunia dalam berita pun bukan satu-satunya berita yang dapat dilihat. Setiap stasiun TV boleh membuat berita. Kebebasan dan perubahan mulai terlihat. Nah, di pameran ini akan ditampilkan karya-karya dari dua generasi yang berbeda, yaitu mereka yang memiliki bahasa artistik yang seiring dengan pengalaman mereka pada  masa perubahan sosial dan politik seputar reformasi dan mereka yang lahir setelahnya dengan pendekatan yang lebih bersifat grafis.

Saat kami datang, kami disambut oleh kak Galuh sebagai tour leaderuntuk anak-anak. Kami diajak untuk masuk ke instalasi pertama, yaitu Elevation di instalasi Matter and Place. Di Elevationini anak-anak mengeksplorasi keragaman rumah adat Indonesia berdasarkan tingkat ketinggian rumah-rumah itu dari atas tanah.
Joglo dengan ketinggian 80 cm diatas tanah.
Rumah adat Toraja dengan ketinggian 2 M diatas tanah.
Rumah adat dengan posisi tertinggi yang ada di Papua dengan ketinggian 2.6 M diatas tanah.
Setelah selesai melihat-lihat rumah adat Indonesiayang beraneka ragam, anak-anak diajak untuk bereksplorasi dengan menggambar di dinding dengan menggunakan tangan. Spot ini tentunya menarik bagi anak-anak karena anak-anak bebas menggambar dan menulis yang mereka sukai.

Selanjutnya mereka diajak untuk melihat karya A Blank Spot in My TVoleh FX Harsono. Di setiap gambar terdapat blank spot dibagian mulut mereka. Kak Galuh menjelaskan bahwa sebelum era reformasi tahun 1998 media massa sangat dikendalikan oleh negara. Itu sebabnya kata-kata yang dikeluarkan akan disensor dan diperiksa. Namun setelah masa reformasi, orang bebas mengemukakan pendapat dan berbicara. Walaupun demikian, setiap kata-kata yang dikeluarkan haruslah dapat dipertanggungjawabkan dengan benar. 
A Blank Spot on My TV
Karya selanjutnya yang dilihat anak-anak adalah I Eat You Eat Me karya Mella Jaarsma. Di karya ini anak-anak diajak melihat video tentang orang yang menyuapi pasangan di depannya. Karya ini terinspirasi oleh tradisi pernikahan orang Jawa yang melambangkan kerukunan dan saling berbagi. Memang karya-karya Mella Jaarsma berfokus pada berbagai bentuk keragaman ras dan budaya yang tercermin lewat pakaian, makanan, dan tubuh.
I Eat You Eat Me.
Refugee Only, lengkap dengan perlengkapan darurat.
Shameless Gold dari kepompong liar dan kasar.
Seakan menyindir bahwa semua orang dapat memakai emas.
Zipper Zone, ada foto di dalamnya loh.
Setelah selesai melihat karya Mella Jaarsma, anak-anak langsung diajak untuk melihat karya Krisna Murti yang berjudul Makanan Tidak Mengenal Ras. Di instalasi ini terdapat 12 kloset duduk merah muda. Didalam setiap kloset terdapat gambar makanan yang ada di Indonesia. Dan makanan-makanan ini ternyata merupakan makanan khas negara-negara lain seperti China, India, Arab. Dengan kata lain, makanan tidaklah mengenal ras.
Makanan Tidak Mengenal Ras.
Martabak Asin yang ternyata dari India.
Wedang ronde yang berasal dari China. 
Di samping instalasi terdapat spot Education Station yang menyediakan kertas dan alat-alat tulis. Ternyata spot ini merupakan spot untuk membuat zine atau magazine atau majalah. Tentu saja anak-anak dengan senang hati duduk dan mengambil peralatan untuk membuat majalah.
Ramai-ramai membuat Zine. 
Walaupun Museum Macan merupakan tempat yang children friendly, namun tetap saja ada karya yang hanya untuk 18+. Seperti karya Agus Suwage yang berjudul Pressure and Pleasure. Karya ini dibuat pada tahun 1999, satu tahun setelah reformasi. Instalasi ini cukup unik karena menggunakan tenda militer. Memang pada tahun 1998 tenda militer sering terlihat di tempat-tempat umum. Namun uniknya tenda ini dibuat dari poster-poster bioskop zaman kami masih kecil, yang gambarnya agak sensual. Apa artinya ya?
Pressure and Pleasure karya Agus Suwage.
Viva la Muerte (Panjang Umur Kematian) karya S Teddy D.
Predator dari baja dan barel minyak yang biasa digunakan di militer.
Setelah anak-anak dipaksa selesai membuat majalah, mereka pun diajak untuk melihat Operation Control Mind karya Heri Dono. Instalasi yang dibuat di tahun 1999 ini menggambarkan bagaimana orde baru mengendalikan setiap media massa. Di bagian bawah tersedia injakan yang dapat diinjak oleh anak-anak. Dan saat diinjak, maka si pengendali akan mengendalikan setiap orang di dalam gelas dan menghasilkan siluet seperti wayang.
Operation Control Mind.
Karya Heri Dono ini merupakan karya terakhir yang dilihat anak-anak di ruang pameran. Anak-anak diajak untuk beranjak ke Children’s Art Space. Di sini terdapat instalasi Main Getah atau Rubberscape karya seniman Malaysia Shooshie Sulaiman. Di sini anak-anak seakan memasuki hutan karet, lengkap dengan bunyi hewan dan bau daun karet. Mereka diajak mengeksplorasi kegunaan karet dalam kehidupan sehari-hari.
Rubberscape
Biji karet yang dapat digunakan jadi biji congklak.
Stempel yang dibuat dari karet.
Karet warna-warni.
Instalasi berikutnya yang kami kunjungi adalah Infinity Room. Infinity Room merupakan karya seniman Jepang Yayoi Kusama. Di tempat ini kami dibatasi untuk masuk berdua-berdua karena ruangannya yang kecil. Dan waktu yang diberikan untuk berfoto adalah 30 detik.
Cantik kan lampunya. 
Di lantai atas terdapat pameran Hari-Hari di Cicadas karya Jeihan. Jeihan merupakan pelukis asal Bandung. Cicadas merupakan tempat tinggal dari Jeihan. Ciri khas dari lukisan Jeihan adalah bagian mata yang dihitamkan. Ini menggambarkan keprihatinan Jeihan akan masa depan bangsa.
Mata gelap khas Jeihan. 
Selain lukisan, Jeihan juga membuat puisi. Seperti Remi Silado, Jeihan dengan rekan pujangganya terkenal dengan puisinya yang mbeling atau nakal.
Puisi Mbeling karya Jeihan.
Selesai sudah kunjungan kami di Museum Macan. Anak-anak pun senang, apalagi dipandu oleh kak Galuh yang begitu ramah terhadap anak-anak. Pameran Dunia dalam Berita ini akan terus ada hingga 21 Juli mendatang. Kami menyarankan untuk datang di hari Minggu bagi orang tua yang membawa anak-anak.
Quote yang bagus.
Sekilas Info
Museum Macan
Alamat: AKRTower Level M, Jalan Panjang No.5 Kebon Jeruk, JakartaBarat
Jam Operasional: 10.00 – 18.00 (libur hari Senin).
HTM: Rp 100.000,00 (dewasa) dan Rp 80.000,00 (anak-anak)


Senin, 27 Mei 2019

Naik MRT di Jakarta!!


Sejak akhir bulan Maret kemarin, warga Jakarta lagi mengalami yang namanya norak. Norak apaan sih? Norak naik MRT. Setelah sebelumnya mengalami kemacetan karena proses pembangunan MRT fase 1, akhirnya MRT fase 1 ini selesai. Kalau dahulu rencana pembangunan MRT hanya sekedar rencana, tanpa realisasi yang jelas, namun sejak 10 Oktober 2014 warga Jakarta mulai melihat titik terang dari pembangunan MRT ini.
Informasi mengenai MRT.
Sejak diresmikan pada 24 Maret 2019, banyak warga yang antusias untuk menjajal MRT ini, apalagi gratis. Hanya sayangnya semua terlihat berantakan karena banyak warga yang tidak tahu bagaimana caranya bertingkah laku saat naik kendaraan umum. Kami pun menunda untuk menjajal, demi keamanan dan kenyamanan.

Akhirnya awal bulan ini, kami bersama-sama teman-teman homeschooler yang lain menjajal MRT Jakarta. Kami pun mengambil titik awal dari stasiun Bundaran HI dan akan berhenti di stasiun Lebak Bulus, biar terasa naik MRT. Untuk titik bertemunya, kami memilih bertemu di Plaza Indonesia, supaya adem dan bisa mampir ke pameran Laut Kita.
Menggiring bocah.
Setelah semua kumpul, kami bersama-sama berjalan ke pintu B yang di dekat kedutaan Jepang. Menurut teman yang sudah sering menggunakan MRT, jika berjalan bersama anak-anak kecil, terutama dibawah 6 tahun, lebih baik masuk dari pintu di dekat kedutaan karena ada eskalator dan lift untuk turun. Sedangkan di pintu A yang dekat dengan Plaza Indonesia hanya ada eskalator naik dan turun menggunakan tangga yang cukup curam.
Tangga turun di Pintu A. Curam sekali bukan.
Sama seperti MRT di negara lain, untuk menggunakan MRT di Jakarta dibutuhkan satu kartu per satu orang, tidak bisa satu kartu untuk sekeluarga. Kartu yang dapat digunakan adalah Flazz BCA, E-Money Mandiri, TapCash, Brizzi, dan Jakcard. Jika tidak punya kartu pun dapat membeli kartu lepasan yang disebut kartu single trip. Harga kartu single trip tersebut Rp 15.000,00 dan dapat di-refund saat selesai naik. Tarif maksimal dalam line ini adalah Rp 14.000,00 saja (HI-Lebak Bulus). Saat kami pergi MRT Jakarta masih memberikan diskon 50% sehingga kami hanya membayar Rp 7.000,00 saja.
Kartu-kartu yang dapat digunakan.
Tempat pembelian kartu.
Untuk saat ini, di Jakarta belum ada tarif khusus anak atau pelajar atau lansia. Setiap anak yang tingginya diatas 90 cm harus membayar tarif full. Yang harus diperhatikan adalah card reader-nya agak lama membaca kartu. Hal ini dapat membuat antrian yang lumayan jika ada banyak orang yang mau naik MRT. Disarankan sih untuk membawa beberapa kartu E-Money, untuk jaga-jaga kalau kartu yang dipakai tidak dapat dibaca.
Tap kartu dulu ya.
Kalau mau isi ulang bisa di sini.
Karena stasiun Bundaran HI merupakan stasiun ujung dalam fase 1, maka kami pun langsung naik ke dalam kereta yang diberi nama Ratangga ini. Kata ratangga berasal dari bahasa Jawa kuno yang berarti kereta. Sampai saat ini ada 16 kereta yang beroperasi dan setiap kereta terdiri dari 6 gerbong.
Muka-muka norak bahagia naik MRT.
Karena di stasiun ujung, jadi masih kosong.
Dari stasiun Bundaran HI, kami akan melewati 11 stasiun dan akan berhenti di stasiun ke-12, yaitu Lebak Bulus. Jadi total ada 13 stasiun dalam jalur satu ini. Dari stasiun HI sampai Senayan, semuanya berada di bawah tanah. Namun setelah dari Senayan, jalurnya berada di atas.
Tanda stasiun Bundaran HI. 
Keren euy....
Sesampainya di stasiun Lebak Bulus, kami harus keluar dulu baru masuk kembali ke dalam platform untuk menuju Bundaran HI. berbeda saat kami naik dari stasiun Bundaran HI, di stasiun Lebak Bulus ini kami harus melalui pemeriksaan sekuriti dan juga pemeriksaan tinggi badan untuk anak-anak. Dan mungkin karena sudah jam istirahat kantor, maka yang naik MRT pun banyak.
Pose dulu di Stasiun Lebak Bulus.
Masih banyak kekurangan yang ada di MRT Jakarta. Tetapi ini merupakan langkah awal dari perkembangan kota Jakarta. Asalkan ada perawatan yang konsisten, baik dari penumpang maupun dari pengelola, pastinya MRT akan tetap terjaga dengan baik.
Antrian saat mau keluar karena banyak kartu yang tidak dapat dibaca oleh mesin di pintu.
Awalnya kami berpikir 30 menit menuju stasiun Lebak Bulus akan lebih seru untuk anak-anak. Ternyata baru di tengah perjalanan saja beberapa anak bertanya kapan kita turun. Dan saat sampai di Lebak Bulus pun kami langsung masuk kembali untuk menuju ke stasiun Bundaran HI. Jadi semakin bingunglah anak-anak ini karena baru turun, lalu naik lagi.
Adik harus bayar sendiri juga, karena sudah diatas 90 cm.
Mmm, mungkin lain kali kami berhenti di stasiun Istora yang dekat dengan Pacific Place atau di stasiun Senayan yang dekat dengan Plaza Senayan ataupun di stasiun Blok M yang menyatu dengan Blok M Plaza.


Sabtu, 25 Mei 2019

Pameran Laut Kita


Berbicara tentang alam Indonesia, tentunya semua akan terkagum-kagum dengan alam Indonesia yang indah. Namun sayangnya keindahan alam Indonesia mulai terganggu dengan adanya polusi-polusi dan pencemaran lainnya. Salah satunya adalah pencemaran di laut. Tentunya banyak sekali yang mulai membuat masyarakat melek akan pencemaran di laut. Salah satunya di Pameran Laut Kita.
Pose dulu di depan, ah...
Pameran Laut Kita mengambil tema tentang masalah sampah plastik sekali pakai yang bermuara di laut dan tidak dapat terurai selama puluhan tahun. Di pameran ini ada enam area instalasi, yaitu Keindahan Alam Indonesia, Polusi Plastik, Instalasi Bawah Laut, Ruang Ajakan, Ruang Solusi, dan Ruang Janji.
Lukisan mengenai keindahan alam Indonesia.
Polusi plastik yang disumbangkan oleh masyarakat.
Inti dari pameran ini adalah untuk mengingatkan bahwa sampah-sampah ini tentunya bukan merupakan hal yang baik. Oleh sebab itu, kita harus mengurangi penggunaan plastik, demi alam yang lebih baik lagi. Pesan dari pameran ini kurang lebih sama dengan kegiatan Greenpeace yang kami ikuti tahun lalu.
Instalasi bawah laut, semua menggunakan plastik. Kreatif sekali.
Para aktivis lingkungan mengajak kita untuk menjaga lingkungan.
Mengharapkan Indonesia yang bebas sampah plastik
Di pameran ini juga ada pameran Sejauh Mata Memandang. Sejauh Mata Memandang merupakan label fashion dari Chitra Subyakto dengan konsep slow fashion, yaitu konsep pembuatan pakaian yang mempertimbangkan dampak lingkungan, serta memperhatikan kesejahteraan sosial dan ekonomi pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatannya.
Sejauh Mata Memandang dengan pakaian yang keren tetapi go green.
Hasil dari penjualan produk Sejauh Mata Memandang akan disalurkan untuk program edukasi bebas plastik di sekolah kawasan pesisir Indonesia. Pameran yang diadakan di lantai 2 North ini terbuka untuk umum dan akan berlangsung hingga 16 Juni.
Walau sudah 19 tahun, namun belum terurai juga plastik kemasan mie instan ini.
Apa yang dapat kita lakukan supaya mengurangi pencemaran di laut? Cara yang paling sederhana adalah mengurangi konsumsi plastik, seperti sedotan plastik dan bawalah plastik saat berbelanja. Kunjungan kami di sini tidaklah begitu lama, karena kami akan kembali melanjutkan petualangan kami dengan menaiki MRT.