Selasa, 22 Oktober 2019

Apa Itu Turbo Charger ? Simak Penjelasannya

Apa Itu Turbo Charger ? Simak Penjelasannya - Turbocharger merupakan sebuah peralatan yang berfungsi untuk menambah jumlah udara masuk pada mesin dengan sebuah kompresor sentrifugal yang sumber tenaganya berasal dari gas buang kendaraan.
Turbocharger

Turbocharger juga merupakan salah satu metode forced induction pada mesin mobil. Forced induction adalah proses mengalirkan udara yang dikompresi kedalam (intake) mesin yang kemudian digunakan untuk proses pembakaran bahan bakar dalam ruang bakar (combustion chamber).

Selain turbocharger, metode forced induction lainnya adalah supercharger dan nitrous oxide. Tenaga penggerak turbocharger berasal dari gas buangan (exhaust), sedangkan tenaga penggerak supercharger adalah putaran crankshaft (kruk as / poros engkol) pada mesin. 

Turbocharger akan anda temukan pada mesin pembakaran dalam seperti mesin bensin dan mesin diesel. Pada kendaraan WRC (Rally), turbocharger sangat berguna untuk menambah torsi secara drastis. Dengan penambahan turbocharger, kendaraan WRC dapat meningkatkan torsinya lebih dari 100%.

Mesin turbo bekerja dengan sistem pelumasan oli pada shaft-nya, dan untuk menjaga suhu pada olinya,turbo dielngkapi dengan watercooler. Setelah itu, agar lebih efisien dalam menurunkan suhu udara yang dimampatkan dari turbocharger kedalam mesin, kendaraan juga dilengkapi intercooler.
Intercooler

Intercooler merupakan suatu alat penukar kalor (heat exchanger) dengan fluida yang didinginkan atau atau gas dan fluida pendinginannya juga udara atau gas.  Intercooler berperan sangat penting karena berfungsi mendinginkan udara yang telah dimampatkan tadi, dan intercooler memiliki porsi perhatian yang cukup besar dalam meningkatkan output mesin khususnya bila digunakan pada daerah yang beriklim panas atau memiliki ketinggian yang jauh dari permukaan laut.

Turbocharger memanfaatkan energy yang terkandung dalam gas buang untuk menggerakkan kompresor sehingga lebih efektif menaikkan mean effective pressure (mep) dibandingkan dengan metode supercharger, tanpa perlu menaikkan kecepatan mesin, jumlah maupun langkah silinder, maupun kecepatan rata-rata piston. Tekanan efektif rata-rata (mep) mesin diesel menggunakan turbocharger mencapai sekitar 160 - 230 psi dengan penambahan daya sekitar 75% - 100 % dibandingkan mesin diesel tanpa turbocharger. 

Persyaratan utama turbocharger terletak pada ketahanan dinding silinder dalam menerima gaya tekan yang meningkat dalam silinder. Dan perbandingan berat dan daya yang dulunya 10 : 1 sekarang dapat mencapai 6 : 1. Untuk mencapai daya output optimum maka efisiensi volumetris dan laju pembilasan gas bekas harus ditingkatkan.

Untuk mencapai keadaan ini maka kompresi rasio harus dikurangi sedikit dan perubahan katup overlap. Secara keseluruhan, semua turbocharger memiliki tiga sistem dasar yaitu turbin, kompressor dan assembling bantalan Perbedan-perbedaan yang ada adalah pada variasi peningkatan tekanan dan debit udara yang dimasukkan dalam ruang silinder. 
Aliran Gas Turbocharger

Rumah turbin, desain roda turbin dan konstruksi yang berbentuk volute ataupun nozzle sangat menentukan kecepatan aliran gas yang akan menggerakkan poros kompressor. Ketika mesin mulai digerakkan maka gas buang akan memasuki rumah turbin yang berbentuk volute dengan variasi ruang yang semakin kecil dengan kecepatan yang sangat tinggi. 

Kecepatan gas yang sangat tinggi ini akan digunakan untuk memutar turbin, yang kemudian keluar melalui pipa buang ke atmosfir Aliran Gas Turboharger Akibat perputaran turbin maka compressor juga akan ikut berputar dan menyebabkan terjadinya tekanan vakum pada sisi hisap compressor. 

Akibatnya tekanan atmosfer akan memaksa udara ke dalam saluran hisap compressor pada kecepatan relative tinggi. Udara ini kemudia memasuki diffuser dan mengalami penekanan lagi pada rumah compressor dan dikeluarkan melalui sisi tekan ke ruang silinder.

Pengoperasian Turbocharger Ada 2 Cara, Yaitu

1. Turbocharger dua tingkat
Jenis ini digunakan untuk meningkatkan batas torsi mesin dan tekanan efektif rata-rata (mep). Beberapa jenis mesin V dan inline menggunakan dua atau empat turbocharger dan aftercooler (masing-masing satu untuk pipa manifold buang).

Cara kerja:
  • Udara mengalir dari saringan udara ke rumah kompressor tingkat pertama (low pressure turbocharger), kemudian keluar dari kompressor tingkat pertama dan masuk kompressor tingkat kedua. 
  • Setelah udara ditekan pada kompressor tingkat dua maka udara keluar melewati aftercooler menuju pipa hisap silinder. Pada keadaan ini temperatur udara dikurangi sampai 223�F (1060� C) dan tekanan berkisar 204,5 kpa.
  • Gas buang hasil pembakaran memasuki pipa manifold tipe pulsa yang kemudian memasuki rumah turbin tingkat dua. 
  • Gas buang kemudian meninggalkan turbin tingkat dua dan memasuki turbin tingkat pertama yang akan menggerakkan roda turbin dengan sisa-sisa energi yang terkandung dalam gas buang. 
  • Kemudian gas ini dibuang melalui pipa saluran buang ke atmosfer. Dengan metode ini diperkirakan diperoleh daya tambahan sebesar 75 HP dan torsinya meningkat sampai putaran 700 rpm.

2. Turbocharger majemuk
Berdasarkan uji coba eksperimental, maka dengan metode ini efisiensi total mesin diesel dapat mencapai 46,5%. Sistem yang mencakup roda turbin dan porosnya dihubungkan ke sebuah kopling fluida. Kemudian turbin ini dihubungkan dengan roda gigi reduksi dan poros outputnya dihubungkan dengan crankshaft.

Cara kerja:
  • Gas buang menggerakkan roda turbin yang selanjutnya akan menggerakkan kopling fluida yang akan menyebabkan turbin ikut berputar. 
  • Perputaran turbin akan menggerakkan ruda gigi reduksi yang akan membantu pergerakan crankshaft. 
  • Gas buang yang meninggalkan rumah turbin diarahkan ke turbocharger yang akan menggerakkan turbin dan kompressor didalamnya. 
  • Akibat pergerakan kompressor maka udara atmosfer akan ditarik ke dalam kompressor dan ditekan melalui aftercooler masuk ke dalam ruang silinder sehingga suhunya senantiasa konstan.

    Senin, 21 Oktober 2019

    Komponen Pengapian CDI Motor Beserta Fungsinya

    Komponen Pengapian CDI Motor Beserta Fungsinya - Sistem pengapian elektronik (CDI) pada motor dibagi menjadi 2 yaitu : Sistem Pengapian Magnet Elektronik (CDI - AC) & Sistem Pengapian Baterai Elektronik (CDI - DC)

    Berikut Komponen Sistem Pengapian CDI Motor Beserta Fungsinya


    1. Baterai / Accu
    Baterai / accu / aki berfungsi sebagai penyedia arus bagi sistem kelistrikan yang ada pada kendaraan dengan jenis arus DC (arus searah). Selain itu accu atau baterai berfungsi untuk menyimpan arus yang dihasilkan oleh sistem pengisian pada kendaraan.

    Pada sistem pegapian CDI DC baterai berperan penting, karena digunakan sebagai sumber arus utama pada sistem pengapian CDI DC. Jika baterai mengalami kerusakan maka sistem pengapian tidak akan berjalan dengan baik.

    Tetapi pada sistem pengapian CDI AC baterai tidak berperan sebagai sumber utama, tetapi digunakan untuk sumber arus pada rangkaian kelistrikan, contohnya untuk starter elektrik.
    Accu / Baterai

    2. Spul (Stator Coil) Dan Rotor Magnet
    Spul dan rotor magnet berfungsi untuk merubah putaran dari poros engkol (crank shaft) mesin menjadi arus listrik searah (AC). Arus ini yang kemudian digunakan untuk sistem pengisian, mensuplai kelistrikan pada beban / lampu dan juga digunakan untuk mensuplai arus ke unit CDI (untuk tipe sistem pengapian CDI AC). 

    Spul dan rotor magnet terdiri dari 2 komponen, yaitu :
    • a. Komponen yang berputar (magnet rotor), magnet rotor berbentuk tromol yang terhubung ke poros engkol mesin. Pada sepeda motor, magnet rotor ini juga berfungsi sebagai fly wheel.
    • b. Komponen yang diam spul (stator coil), spul komponen yang berbentuk kumparan statis yang terletak didalam rotor magnet.
    Spul & Rotor Magnet

    3. Pulser (Pick Up Coil)
    Pulser (pick up coi) berfungsi untuk menghasilkan tegangan pulsa (signal) untuk mengontrol penguat tegangan (pada sistem CDI DC dan pengontrol atau pemicu SCR.

    Fungsi pulser yang lain pada motor yaitu sebagai penentu waktu CDI atau TCI untuk mematikkan listrik yang diteruskan ke proses pengapian sampai ke busi.

    Atau dapat dikatakan pulser berfungsi sebagai pendeteksi posisi piston motor berdasarkan posisi Pick Up pada magnet rotor yang selanjutnya akan dikirim ke CDI maupun TCI.
    Pulser

    4. Kunci Kontak (Ignition Switch)
    Kunci kontak berfungsi sebagai saklar utama untuk menghubung dan memutus (On-Off) rangkaian pengapian dan rangkaian kelistrikan lainnya pada motor.

    5. Voltage Converter
    Voltage converter atau pengkonversi tegangan diperlukan untuk memaksimalkan arus discharge, prinsip kerja sistem pengapian CDI berbeda dengan sistem pengapian konvensional yang masih menggunakan platina.

    Pada sistem pengapian konvensional, induksi pada coil akan terjadi ketika platina memutuskan arus primer coil. Tetapi pada sistem pengapian CDI, induksi akan terjadi ketika arus primer dialiri oleh arus discharger.

    Agar induksi berjalan dengan maksimal dan cepat, maka arus discharge yang mengalir ke kumparan primer juga harus bertegangan lebih tinggi.

    Converter inilah yang memungkinkan arus discharge memiliki tegangan lebih tinggi. Dalam satuan milisecon, tegangan listrik dari spul bisa dinaikan menjadi sekitar 300 Volt untuk mengisi Capasitor.

    6. Unit CDI  (Capacitor Discharge Ignition)
    CDI (Capacitor Discharge Ignition) pada sepeda motor sangatlah mempengaruhi performa sepeda motor. Sistem pengapian yang baik bisa membakar dengan tuntas dan sempurna sehingga panas yang dihasilkan lebih optimal.
    CDI (Capacitor Discharge Ignition)

    CDI merupakan serangkaian komponen elektronik yang berfungsi sebagai saklar rangkaian primer pengapian, menghubungkan dan memutuskan arus listrik yang dimanfaatkan untuk melakukan pengisian (charge) dan pengosongan (discharge) muatan kapasitor.

    Kemudian dialirkan melalui kumparan primer koil pengapian untuk menghasilkan arus listrik tegangan tinggi pada kumparan sekunder dengan cara induksi elektromagnet.
    Basic Circuit CDI AC
    Keterangan :
    • 1. Dari Sumber Tegangan (Alternator)
    • 2. Dari Signal Generator (Pick Up Coil)
    • 3. Ke Ignition Coil
    • 4. Massa CDI

    7. Sekering / Fuse
    Fuse atau sekering berfungsi sebagai pengaman rangkaian listrik ketika terjadi konsleting listrik. Begitu pula pada sistem pengapian CDI (terutama pada CDI - DC).

    Sekering juga berungsi untuk mencegah terjadinya kerusakan pada komponen - komponen kelistrikan lainnya ketika terjadi konsleting atau terjadi kelebihan arus listrik.

    8. Koil Pengapian (Ignition Coil)
    Koil berfungsi untuk menaikkan tegangan yang diterima dari sumber tegangan spul dan magner rotor menjadi tegangan tinggi yang diperlukan untuk pengapian.

    Dalam koil pengapian terdapat kumparan primer dan kumparan sekunder yang dililitkan pada tumpukan-tumpukan plat besi tipis.

    Diameter kawat pada kumparan primer 0,6 - 0,9 mm dengan jumlah lilitan 200 - 400 kali, sedangkan diameter kawat pada kumparan sekunder 0,05 - 0,08 mm dengan jumlah lilitan sebanyak 2000 - 15.000 kali.

    Untuk mengalirkan tegangan tinggi dari kumparan sekunder ke busi, digunakan kabel tegangan tinggi (kabel busi) yang terpasang antara terminal sekunder dengan busi.
    Koil Pengapian

    9. Kabel Busi
    Kabel busi berfungsi sebagai penyalur listrik bertegangan tinggi dari ignition coil. Kabel busi memang memiliki bentuk seperti kabel pada umumnya, namun kabel ini memiliki diameter lebih besar, mungkin bisa sampai 5 mm.

    Biasanya kabel busi menggunakan satu helai kawat tembaga dengan diameter besar, dan ada beberapa helai serabut tembaga yang mengitarinya (tanpa bersentuhan). 

    10. Busi (Spark Plug)
    Busi (spark ignition) berfungsi untuk memercikkan bunga api yang nantinya percikkan bunga api yang dihasilkan ini digunakan untuk membakar campuran bahan bakar dan udara di dalam silinder untuk menghasilkan tekanan atau usaha.
    Busi

    11. Cop Busi
    Cop busi adalah ujung dari kabel busi yang ditempelkan pada ujung busi. Meski fungsinya hanya sebagai penghubung antara kabel busi dan busi, bentuk cop busi ini juga tak boleh sembarangan.

    Karena kalau kawat dari kabel busi tidak melekat dengan sempurna ke konduktor didalam cop busi maka tegangan yang sampai ke busi menjadi lebih kecil.
    Cop Busi

    Sistem Pengapian CDI AC Dan CDI DC Motor + Cara Kerjanya

    Sistem Pengapian CDI AC Dan CDI DC Motor + Cara Kerjanya - CDI (Capacitor Discharge Ignition) adalah jenis sistem pengapian pada kendaraan bermotor yang memanfaatkan arus pengosongan muatan (discharge current) dari capasitor / kondensator, sebagai pencatu daya kumparan pengapian (ignition coil).

    Sistem Pengapian Elektronik CDI Pada Motor Dibagi Menjadi 2 Jenis


    1. Sistem Pengapian Magnet Elektronik CDI - AC

    Sistem pengapian CDI - AC merupakan dasar dari sistem pengapian CDI, dan menggunakan pencatu daya dari sumber Arus listrik bolak-balik yang berasal dari spul motor (dinamo AC/alternator).  sehingga arus yang digunakan merupakan arus bolak-balik (AC).

    Cara Kerja Sistem Pengapian CDI - AC

    Skema Sistem Pengapian CDI - AC

    a. Saat Kunci Kontak OFF

    Kunci kontak dalam posisi terhubung dengan massa, Arus listrik yang dihasilkan sumber tegangan (Alternator) dibelokkan ke massa melalui kunci kontak. Tidak ada arus yang mengalir ke unit CDI sehingga sistem pengapian tidak bekerja dan motor tidak dapat dihidupkan.

    b. Saat Kunci Kontak ON Mesin Hidup

    Saat mesin mulai hidup maka magnet rotor pada motor akan berputar mengikuti putaran krug as dalam mesin, dari putaran tersebut timbulah tegangan, tegangan yang dihasilkan magnet rotor ini bernilai 100 - 400 volt. Lalu diode di dalam unit CDI akan merubah arus menjadi arus AC (Searah), kemudian arus ini akan mengisi kapasitor sehingga muatan kapasitor penuh.

    Capasitor tidak akan melepaskan arus di dalamnya sebelum SCR (Silicon Controlled Rectifier) aktif. Untuk mengaktifkan SCR maka terminal gate pada SCR harus mendapatkan sinyal tegangan positif terlebih dahulu sebagai pemicu (trigger).

    Signal yang digunakan sebagai pemicu (trigger) didapatkan dari signal pulser (pick up coil). Spul akan memberikan signal tegangan ketika tonjolan pada rotor magnet melewati spul. Ketika terminal gate mendapatkan tegangan positif dari tegangan spul maka terminal anoda dan katoda pada SCR akan terhubung. 

    Ketika terminal anoda dan katoda terhubung maka capasitor akan melepaskan arus (discharge) dengan cepat ke kumparan primer koil pengapian sehingga terjadi induksi pada kumparan primer koil.

    Pada kumparan primer koil pengapian dihasilkan tegangan induksi sendiri sebesar 200 - 300 V. Akhirnya pada kumparan sekunder koil pengapian akan timbul induksi tegangan tinggi sebesar � 20 KVolt ? disalurkan melalui kabel busi ke busi untuk diubah menjadi pijaran api listrik.


    2. Sistem Pengapian Baterai Elektronik CDI - DC

      Sistem pengapian CDI - DC menggunakan pencatu daya dari sumber arus listrik searah (misalnya dinamo DC, Batere, maupun Accu). Arus listrik yang berasal dari accu masih belum mampu digunakan untuk mencatu CDI tersebut, sehingga dalam CDI - DC ini masih membutuhkan rangkaian penaik tegangan yang disebut inverter.

      Cara Kerja Sistem Pengapian CDI - DC

      Skema Sistem Pengapian DC-CDI

      a. Saat Kunci Kontak OFF

      Hubungan sumber tegangan dengan rangkaian sistem pengapian terputus, tidak ada arus yang mengalir sehingga motor tidak dapat dihidupkan.

      b. Saat Kunci Kontak ON

      Kunci kontak menghubungkan sumber tegangan positif (+) Accu dengan rangkaian sistem pengapian, sehingga arus listrik dari baterai dapat disalurkan ke unit CDI (DC - DC Conventer).

      Ketika rotor alternator (magnet) berputar, reluctor ikut berputar. Pada saat reluctor mulai mencapai lilitan pick up coil, lilitan pick up coil akan menghasilkan sinyal listrik yang dimanfaatkan untuk mengaktifkan Switch Transistor (Tr) pada DC - DC Conventer.

      Kumparan primer dan sekunder (Kump.) pada DC - DC Conventer akan bekerja secara induksi menaikkan tegangan sumber ? disearahkan lagi oleh dioda (D) ? mengisi kapasitor (C) sehingga muatan kapasitor penuh.

      Sinyal yang dihasilkan lilitan pick up coil tersebut belum mampu membuka gerbang (Gate) Thyristor switch (SCR) sehingga SCR belum bekerja.

      Pada saat yang hampir bersamaan (saat pengapian), arus sinyal yang dihasilkan oleh signal generator (pick up coil) mampu membuka gerbang SCR sehingga SCR menjadi aktif dan membuka hubungan arus listrik dari kaki Anoda (A) ? Katoda (K).

      Hal ini akan menyebabkan kapasitor terdischarge (dikosongkan muatannya) dengan cepat ? melalui kumparan primer koil pengapian ? massa koil pengapian.

      Pada kumparan primer koil pengapian dihasilkan tegangan induksi sendiri sebesar 200 � 300 V. Akhirnya pada kumparan sekunder koil pengapian akan timbul induksi tegangan tinggi sebesar � 20 KVolt ? disalurkan melalui kabel busi ke busi untuk diubah menjadi pijaran api listrik.

          Minggu, 20 Oktober 2019

          Cara Jumper Aki Menggunakan Battery Charging (Cas Aki)

          Cara Jumper Aki Menggunakan Battery Charging (Cas Aki) - Pada beberapa model Battery Charging (Cas Aki), dilengkapi dengan posisi charging booster, posisi ini digunakan untuk melakukan bantuan starter. Penggunaan bantuan starter dengan alat ini lebih riskan dibandingkan dengan baterai, karena tergangan yang dihasilkan biasanya lebih tinggi yaitu 15 -18 volt. Dengan tegangan sebesar itu dapat merusak komponen elektronik.

          Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan bantuan starter dengan battery charging antara lain:
          • Pastikan battery charging yang digunakan untuk bantuan starter dilengkapi dengan posisi starter booster. Penggunaan battery charging biasa dapat menyebabkan battery charging terbakar.
          • Kendaraan yang memiliki komponen elektronik bila mungkin dihindari melakukan bantuan starter dengan alat ini, lebih aman melepaskan baterai dan memasangnya dengan baterai yang telah diisi untuk menghidupkan kendaraan.
          • Bila terpaksa malakukan bantuan starter dengan komponen elektronik, perlu gunakan pelindung gelombang. 

          Pada kendaraan yang tidak menggunakan komponen elektronik penggunaan lebih aman. Prosedur penggunaannya adalah:
          • Buka kap kendaraan yang akan dilakukan jum starting
          • Cek terminal baterai bersihkan dari karat atau kotoran Bantuan Starter
          • Hubungkan terminal positip baterai kendaraan yang akan dihidupkan dengan kabel positip battery charging (kabel warna merah), dan terminal negatip dengan kabel negatip (kabel warna hitam)
          • Atur selector battery charging pada posisi Booster, dan tegangan sesuai dengan tegangan sumber kendaraan yaitu 12V atau 24V.
            Arahkan Selector Pada Posisi Jumper
            • Hidupkan battery charging
            • Pastikan transmisi pada posisi netral dan rem parkir aktif
            • Lakukan starter mesin
            • Setelah mesin hidup, matikan battery charging
            • Lepas kabel negatif battery charging terlebih dahulu, kemudian baru lepas kabel positif.
            Hati-hati, jangan melepas kabel battery charging pada kondisi battery charging masih hidup, sebab akan terjadi percikan api pada terminal.
            •  Rapikan battery charging, kemudian tutup kap kendaraan.

            Beberapa produsen peralatan otomotif telah meluncurkan alat dengan nama Booster Pac, alat ini merupakan baterai merupakan baterai yang didisain khusus secara kompak, jenis baterai yang digunakan adalah baterai Gel cell atau baterai kering, desain alat dalam suatu kotak dan dilengkapi dengan kabel penghubung yang cukup besar.

            Kabel ini digunakan untuk dihubungkan ke baterai pada kendaraan yang akan dihidupkan. Kemampuan baterai 250-1000 CCA. Model banyak digunakan di bengkel yang professional karena penggunaan efektif dan aman

            Booster Pac

            Cara Melepas & Memasang Aki Dengan Benar

            Cara Melepas & Memasang Aki Dengan Benar - Terdapat 3 hal yang sering dilakukan terkait dengan pelepasan baterai, ketiga hal tersebut adalah :
            • Melepas baterai untuk tujuan perawatan baterai, penggantian elektrolit dan mengisi baterai (charging).
            • Melepas baterai untuk melakukan perbaikan kendaraan yang menuntut untuk melepas baterai.
            • Melepas baterai untuk mengganti baterai dengan baterai baru.

            Sebelum melepaskan baterai ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, agar tidak terjadi kerusakan pada baterai maupun sistem kelistrikan yang lain. Hal-hal yang harus diperhatikan yaitu:


            Pastikan apakah kendaraan dipasang dengan sistem pengaman (alarm) yang dapat berbunyi kapanpun bila baterai tidak tersambung. Ini sebagai upaya untuk mengatasi situasi bila seorang pencuri melepas baterai untuk mematikan sistem alarm, tetapi sistem alarm malahan akan berbunyi ketika pencuri itu melepaskan sambungan baterai. 

            Pada model ini sistem alarm mempunyai suplai tenaga secara terpisah. Sistem ini memiliki kabel yang dihubungkan dengan baterai sebagai sensor tegangan. Ketika kabel ini mendeteksi tidak ada tegangan (baterai tidak tersambung) alarm menjadi aktif dan sirene akan berbunyi.

            Banyak kendaraan yang dipasang dengan radio yang akan hilang memorinya bila beterai tidak tersambung, sehingga saat baterai dihubungkan kembali perlu setting gelombang lagi. Melakukan setting kembali gelombang stasiun pada beberapa radio cukup memerlukan waktu.

            Pada beberapa model sistem audio dilengkapi sistem pengaman, untuk melakukan setting gelombang radio memerlukan kode atau password, kode atau password tersebut hanya diketahui oleh pemilik kendaraan. Pemasangan sistem pengaman tersebuti sebagai upaya mengatasi pencurian sistem audio.

            Beberapa kendaraan yang menggunakan sistem kontrol elektronik atau electronic management system bila kabel baterai dilepas akan mengakibatkan electronic control unit (ECU) kehilangan memori elektroniknya sehingga ECU tidak dapat bekerja dan kendaraan tidak dapat dihidupkan. Mengatasi hal tersebu maka ECU harus diprogram ulang.

            Metode melepas baterai pada jenis kendaraan dengan karakteristik dan teknologi diatas dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

            1. Sambungkan baterai dengan sumber baterai lain sebelum melakukan pemutusan sambungan baterai. Sumber tenaga listrik yang kecil ini cukup untuk menjalankan memori komputer pada kendaraan tanpa menimbulkan bahaya atau gangguan.

            2. Jangan menyalakan komponen yang memerlukan listrik saat baterai tidak tersambung agar energi listrik pada baterai pengganti tidak cepat habis.

            3. Ketika memasang kembali baterai, pastikan bahwa baterai telah tersambung dengan baik sebelum melepaskan �baterai penganti�.

            Cara Melepas & Memasang Accu (Aki) Dengan Benar :

            1. Langkah Melepas Accu (Aki)
            • Matikan semua perangkat yang memerlukan energi listrik seperti lampu, sistem audio dan sebagainya.
            • Buka tutup / kap mobil
            • Pasang pelindung / fender cover (Jika diperlukan) untuk melindungi cat dari kemungkinan tergores atau tumpahan asam.
            • Kendorkan terminal baterai negatif dahulu dengan kunci yang tepat, dan hati-hati jangan meletakkan kunci diatas baterai, hal ini dapat menyebabkan hubungan singkat
            • Bila terminal tersebut melekat dengan kuat pada skun baterai, jangan memukul atau mencungkil skun pada terminal baterai karena dapat merusak skunb dan terminal baterai. 
            Metode melepas adalah kendorkan mur pengikat terminal baterai, gunakan obeng untuk melebarkan terminal, kemudian tarik terminal dengan traker khusus.
            • Lepas klem baterai dengan melepas mur pada tangkai pengikat.
              Melepas terminal baterai
              • Angkat baterai dari kendaraan 

              2. Keselamatan Kerja Saat Accu (Aki)
              • Baterai pada umumnya berukuran besar dan berisi larutan asam sulfat, oleh karena itu harus hati - hati jangan sampai cairan baterai mengenahi pakaian, kulit maupun kendaraan.
              • Saat melepas baterai untuk menguji baterai perlu diperhatikan keamanan awal yang diperlukan untuk menghindari pemakai atau kerusakan alat elektronik akibat pelepasan baterai.
              • Gunakan alat pelindung atau alat pengaman, termasuk pemakaian alas kaki yang sesuai dan pelindung mata
              • Putuslah hubungan kabel baterai pada saat akan memperbaiki beberpa bagian dari suatu sistem rangkaian kelistrikan.
              • Kendorkan terminal baterai negatif dahulu dengan kunci yang tepat, dan hati-hati jangan meletakkan kunci diatas baterai, hal ini dapat menyebabkan hubungan singkatrangan
              Bahaya meletakkan kunci sembarangan

              • Lepas hubungan terminal baterai ke ground (-) terlebih dahulu, karena bila melepas terminal positif (+) akan kemungkinan terjadi hubungan pendek melalui kunci ke kodi kendaraan. Pemutusan terminal ground baterai.


              Ingatlah baterai mudah menimbulkan arus energi listrik pada tenggang tinggi, sehingga jam tangan logam perhiasan dan gelang sebaiknya tidak dikenakan pada saat anda bekerja dengan baterai.
              Saat memasang baterai pasang terminal positip terlebih dahulu.

              3. Langkah Memasang Accu (Aki)
              • Bersihkan tempat atau dudukan baterai pada kendaraan
              • Angkat baterai dan tempatkan pada kedudukannya. 
              • Perhatikan jangan sampai posisinya terbalik.
              • Pasang klem baterai. Baterai harus terikat kuat agar baterai tidak goyang saat kendaraan berjalan. Bila baterai goyang akan menyebabkan kotak baterai retak atau elektrolit tumpah.
              • Berikan grease atau vet pada terminal baterai sebelum memasang terminal. Pemberian vet pada kutup dan terminal untuk mencegah terminal maupun post baterai cepat berkarat.
              • Pasang terminal positif (+) sebelum terminal negatif (-). 
              • Pasang terminal baterai dengan kuat, pemasangan yang kuat akan mengurangi kerugian tegangan pada terminal, panas yang timbul pada terminal ataupun korosi.
              • Lindungi terminal baterai positip dengan penutup karet atau isolator guna menghindari hubungan pendek. 
              • Baterai yang selalu mendapat perawatan yang baik akan mempunyai umur yang panjang dibandingkan yang tidak mendapat perawatan dengan baik.

                  Kamis, 17 Oktober 2019

                  Fungsi PCV Valve (Positive Crankcase Ventilation)

                  Fungsi PCV Valve (Positive Crankcase Ventilation) - Dalam ruang bakar mesin terjadi proses pembakaran campuran udara dan bahan bakar untuk menggerakkan mesin. Pada proses pembakaran tersebut, tidak semua campuran udara dan bahan bakar yang terbakar keluar melalui katup / klep buang (exhaust valve).

                  Ada sebagian gas sisa pembakaran dan uap oli yang menyelinap, gas tersebut disebut blow-by gas. Pada kendaraan lama blow-by gas ini dibuang ke udara bebas agar tidak terjadi kelebihan tekanan pada ruang blok mesin.

                  Tetapi, blow-by gas ini adalah polutan yang beracun dan berbahaya karena mengandung hidrokarbon yang tidak terbakar dan uap oli. Untuk itu pada kendaraan baru seperti sekarang digunakanlah sistem PCV (Positive Crankcase Ventilation) Valve.
                  PCV Valve

                  Fungsi PCV Valve (Positive Crankcase Ventilation) 


                  PCV (Positive Crankcase Ventilation) merupakan sistem ventilasi pada blok mesin, sistem ini digunakan untuk ventilasi pada blok mesin agar uap sisa pembakaran dan uap oli (blow-by gas) yang mengandung polutan, yang memungkinkan masuk ke dalam ruang engkol dapat dibakar kembali ke dalam silinder.

                  70% sampai 80% blow-by gas yang terdapat di dalam crankcase adalah gas yang tidak terbakar (HC), sedangkan sisanya 20% sampai 30% terdiri atas hasil tambahan dari pembakaran (uap air dan berbagai jenis asam).

                  Semuanya dapat merusak oli mesin, menghasilkan lumpur atau menyebabkan karat di dalam crankcase (bak engkol). Untuk mencegahnya maka blow-by gas dikeluarkan ke intake manifold untuk kemudian disalurkan kembali ke ruang bakar untuk dibakar kembali. 


                  Cara Kerja PVC Valve (Positive Crankcase Ventilation)

                  1. Saat Mesin Berhenti Atau Back Firing (Pembakaran Balik)

                  Saat Mesin Berhenti
                  Katup menutup karena beratnya sendiri dan berat pegas.

                  2. Saat Idling Atau Perlambatan


                  Saat Idling Atau Perlambatan
                  Pada saat idling kevacuuman di intake manifold besar sehingga katup PCV terangkat (terbuka). Blow-by gas yang mengalir ke intake sedikit Karena saluran di katup PCV sempit

                  3. Saat Normal


                  Saat Normal
                  Kevacuuman di intake manifold normal, katup sedikit turun dari posisi idling, saluran terbuka semakin lebar.

                  4. Saat Percepatan Atau Beban Berat 

                  Saat Percepatan / Beban Berat
                  Kevacuuman di intake manifold kecil, katup PCV semakin turun, saluran terbuka penuh, semakin banyak blow-by gas yang mengalir ke intake manifold.

                  Akibat PCV Valve Rusak

                  Jika PCV Valve mampet atau tidak dapat membuka aliran blow-by gas, ruang mesin  kelamaan akan mendapatkan tekanan berlebih akibat blow-by gas yang tidak dapat dialirkan atau dibuang, sehingga mampu membuat oli rembes melalui celah seal cover blok mesin.

                  Jika PCV valve ngelos atau terbuka terus, suara mesin akan kasar dan rpm stasioner cenderung naik. Selain itu, ketika backfiring akan menyebabkan tekanan balik ke arah ruang mesin. 

                  PCV valve yang mampet atau ngelos kemungkinan kotor dan pergerakan plunger terhambat, cara mengatasinya dapat disemprot dengan cairan pembersih atau WD40 kemudian dikocok. 

                  Jika masih tidak bisa juga, solusi terbaiknya adalah mengganti PCV. Untuk keadaan darurat atau PCV valve dengan ukuran yang sama tidak tersedia, bisa juga dipasang PCV valve universal secara seri di ujung PCV valve yang rusak bila PCV valve nya ngelos atau terbuka terus. 

                  Jika PCV valve mampet, alternatif daruratnya adalah dengan membuang blow-by gas ke udara dan menutup selang ke intake.

                  Tetapi, perlu diingat bahwa membuang blow-by gas ke udara bebas dapat  menyebabkan pencemaran udara. Selain itu, blow-by gas juga berbahaya ketika terhirup oleh manusia. Sebisa mungkin hindari membuang blow-by gas ke udara bebas.

                  Cara Mengecek PCV Valve

                  1. Lepaskan selang di ujung PCV valve, kemudian lepaskan PCV valve. Tiup PCV valve dari bagian yang menancap di ruang mesin. 

                  Jika dapat ditiup, maka PCV valve dalam kondisi normal dan valve dapat membuka aliran udara, tetapi sebaliknya, jika tidak dapat ditiup berarti PCV valve mampet.



                  2. Tiup PCV valve dari bagian yang menancap ke selang intake (arah sebaliknya). Jika tidak bisa ditiup berarti PCV valve dalam kondisi normal dan dapat menutup aliran udara ketika backfiring. 

                  Dan sebaliknya jika dapat ditiup, maka artinya PCV valve ngelos dan tidak dapat menutup.

                  Fungsi Sensor ECT (Engine Coolant Temperature)

                  Fungsi Sensor ECT (Engine Coolant Temperature) - Sensor ECT di tempatkan di blok mesin atau pada rumah thermostat bagian bawah.
                  Posisi Letak ECT Sensor

                  Fungsi Sensor ECT (Engine Coolant Temperature) 


                  ECT (Engine Coolant Temperature) atau bisa juga disebut WTS (Water Temperature Sensor) digunakan untuk mengukur suhu air pendingin mesin pada mesin, lebih tepatnya untuk memonitor suhu air pendingin di dalam blok mesin dan kepala silinder yang menyerap panas dari silinder ketika mesin sedang berjalan.

                  ECT sensor mendeteksi perubahan suhu dan sinyal dari ECU sehingga dapat mengetahui apakah mesin dingin, pemanasan, pada suhu operasi normal atau overheating.

                  Sensor suhu air pendingin ini sangat penting karena masukan sensor digunakan ECU untuk mempengaruhi strategi operasi dari seluruh sistem manajemen mesin. Itu sebabnya sensor pendingin sering disebut sensor "master".

                  Bagaimana Sensor ECT (Engine Coolant Temperature) Mepengaruhi Kerja Mesin?

                  ECT sensor mendeteksi temperatur air pendingin mesin menggunakan komponen elektronika yaitu thermistor tipe NTC (Negative Temperature Coefisien).
                  Thermistor Tipe NTC Pada Sensor ECT

                  Bekerjanya sensor ECT ketika suhu air pendingin naik maka tahanan atau resistansi pada sensor ini akan menurun. Dan sebaliknya ketika suhu air pendingin ini turun maka tahanan atau resistansi pada sensor ini akan naik.

                  Sensor ECT dihubungkan ke ECU (Engine Control Unit), ECU akan memberikan signal tegangan sumber sebesar 5 volt ke sensor melalui terminal THW.

                  Tegangan output dari sensor ECU ini akan berubah - ubah besarnya sesuai dengan nilai tahanan atau resistansi yang ada pada sensor ECT ini.

                  Kemudian output signal sensor ECT ini (pada terminal E2) akan dikirim kembali ke ECU dan akan menjadi signal inputan ECU, yang nantinya akan digunakan sebagai data masukkan untuk mengontrol aktuator-aktuator pada mesin EFI.

                  Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar sirkuit kelistrikan sensor ECT di bawah ini :
                  Sirkuit ECT Sensor

                  ECT sensor juga digunakan oleh ECU untuk mengendalikan kipas pendingin / cooling fan. Data dari ECT pula digunakan untuk menyediakan bacaan untuk mengukur suhu pendingin di dashboard.

                  Untuk menguji kerusakan ECT sensor, dapat dilakukan tes senderhana dengan cara memanaskan mesin & posisi kap mobil tertutup lalu tunggu beberapa menit.

                  Dengan posisi mobil berhenti namun mesin menyala seharusnya berangsur - angsur suhu coolant / air pendingin akan meningkat dan menyebabkan kipas pendingin berputar rendah.

                  Jika dalam 15 menit tidak berputar kemungkinan sensor ECT-nya rusak, meskipun ini jarang terjadi. Dan kemungkinan lain jika kipas pendingin (cooling fan) tidak beroperasi maka  kerusakan terjadi pada motor elektrik cooling fan.