Rabu, 03 Juni 2020

Langkah Cara Menyetel Platina Mobil Dengan Mudah Dan Tepat

Langkah Cara Menyetel Platina Dengan Mudah Dan Tepat - Pada mobil yang masih menggunakan sistem pengapian konvensional atau sistem pengapian tipe breaker point (menggunakan platina), celah platina memang harus dilakukan penyetelan secara berkala. Komponen platina ini terletak didalam distributor (delco).

Berikut Cara Menyetel Platina Mobil


Alat Yang Digunakan Untuk Menyetel Platina
  • Kunci pas ring ukuran 19
  • Obengplus (+)
  • Obeng min (-)

Cara Menyetel Platina Mobil
  • 1. Buka tutup distributor (cop delco).
  • 2. Lepas rotor distributor
  • 3. Putar pully poros engkol (crankshaft pulley) menggunakan kunci ring 19
  • 4. Posisikan puncak poros nok (cam / tonjolan) distributor tepat pada posisi ebonit platina, atau posisikan tanda (coakan) puli poros engkol pada angka 0� (nol derajat) posisi TOP 1.
Puncak Poros Nok Distributor Pada Posisi Ebonit Platina

  • 5. Jika posisi poros nok distributor sudah tepat, sebelum menyetel celah platina ukur celah platina menggunakan feeler gauge dengan ukuran 0.45 mm atau sesuai dengan pedoman reparasi mesin.
Ukur Celah Platina Menggunakam Feeler Gauge

  • 6. Lakukan penyetelan apabila celah platina tidak sesuai dengan ukuran feeler gauge.
  • 7. Kendorkan kedua sekrup pengikat platina, kemudian kencangkan lagi sekrup sedikit saja (sekrup tidak terlalu mengikat)
Kendorkan Kedua Sekrup Pengikat Platina

  • 8. Gunakan obeng min (-) untuk menyetel celah platina pada posisi seperti gambar dibawah ini
Menggunakan Oben Min (-) Untuk Menyetel Celah Platina

  • 9. Jika sudah kencangkan kembali dua sekrup pengikat platina
  • 10. Ukur kembali celah platina, apabila saat celah plantina diukur menggunakan feeler gauge terlalu longgar / terlalu kesat ulang kembali proses penyetelan.
  • 11. Buat kondisi saat feeler gauge di masukan ke celah platina tidak terlalu longgar / terlalu kesat
  • 12. Jika celah platina sudah tepat pasang kembali rotor & tutup distributor (cop delco).

Baca Juga : Akibat Dari Penyetelan Platina Yang Kurang Tepat

Jika penyetelan celah platina selesai, maka setel juga saat pengapian (nav dan poor distributor), untuk mengetahui saat pengapian yang tepat dibutuhkan alat Timing Light.

Senin, 25 Mei 2020

Mengenal Jenis - Jenis Busi, Ketahui Perbedaannya

Mengenal Jenis - Jenis Busi, Ketahui Perbedaannya - Busi merupakan komponen pada sistem pengapian yang berfungsi untuk memercikan bunga api.

Berikut Jenis - Jenis Busi Kendaraan


Jenis Busi Berdasarkan Performa

Jika Ditinjau Dari Performa Yang Dihasilkan, Busi Terdapat Beberapa Jenis, Yaitu :

1. Busi Standar
Busi standar merupakan jenis busi yang paling umum ditemui. Busi ini memiliki elektroda berbahan tembaga yang memiliki diameter kurang lebih 2,5 mm. Busi standar menjadi busi bawaan pabrik pada beberapa motor.

Dikarenakan busi ini cocok untuk penggunaan standar. Umur pemakaian busi jenis ini bervariasi tergantung mesin dan pemakaian. Umumnya, penggantian busi jenis ini kisaran 20.000 KM.
Busi Standar

2. Busi Resistor
Busi resistor pada dasarnya sama dengan busi standar karena banyak juga pabrikan yang menggunakannya sebagai busi bawaan. Tetapi perbedaan busi ini memiliki resistor atau tahanan yang ditandai dengan kode "R" pada busi NGK atau kode "U" pada busi Denso.

Kode ini menunjukan bahwa busi ini sudah dilengkapi Resistor. Fungsi resistor pada busi jenis ini untuk mencegah aliran listrik secara berlebihan saat pengapian. Busi tipe resistor digunakan pada mesin EFI yang sudah dilengkapi ECU.
Busi Resistor

3. Busi Platinum
Busi platinum jika dilihat secara fisik menyerupai busi standar. Tetapi terdapat perbedaan pada elektroda yang digunakan. Busi platinum menggunakan elektroda berbahan platinum, tujuannya untuk memperpanjang umur pemakaian busi. Bahan nikel yang terdapat pada ujung elektroda dapat mengurangi radiasi panas dari mesin. 

Umur busi ini dapat mencapai pemakaian 30.000 KM. Harga busi platinum lebih mahal dari jenis busi lainya. Meskipun harganua cukup mahal, busi jenis ini sangat diminati untuk keperluan touring dikarenakan memiliki daya tahan cukup baik dalam pemakaian jangka waktu lama.
Busi Platinum

4. Busi Iridium

Busi iridium ini juga memiliki bentuk fisik yang hampir sama dengan jenis busi lain. Tetapi, perbedaannya terletak pada elektroda busi. Elektroda pada busi iridium berbahan logam campuran yang mengandung iridium dan dilapisi nikel pada ujung elektroda.

Selain dapat bertahan dalam pemakaian lama, busi ini juga dapat menghasilkan performa mesin maksimal. Busi jenis ini, banyak digunakan pada motor diatas 150 cc dan mobil berkapasitas lebih dari 2.5 L.
Busi Iridum

5. Busi Racing
Busi racing dirancang khusus untuk menghasilkan performa yang maksimal tanpa menimbulkan panas yang berlebih. Elektroda pada busi racing dibuat dari perpaduan beberapa logam dengan ujung meruncing. Sehingga menghasilkan daya hantar listrik yang kuat dengan ketahanan yang kuat pula.

Meski memiliki performa yang maksimal, busi ini memiliki umur yang lebih pendek. Sesuai namanya busi racing memang diperuntukan untuk keperluan balapan. Busi jenis ini kurang tepat jika digunakan untuk sehari - hari.

Jenis Busi Berdasarkan Heat Resistance

Jika Ditinjau Dari Reaksi Terhadap Daya Hantar Panas, Busi Terdapat 2 Jenis, Yaitu :

1. Busi Dingin
Busi dingin memiliki jumlah isolator keramik yang lebih sedikit, sehingga panas didalam busi dapat tersalurkan ke blok mesin. Inilah sebabnya disebut dengan nama busi dingin. Karena mudah melepaskan panas.

Busi dingin juga disebut busi racing, karena kemampuanya bertahan dalam kinerja ekstrem. Disaat mesin bekerja cukup ekstrem, busi ini akan mentransfer panas mesin keluar melalui elektroda. Sehingga over heating dapat dihindari.
Busi Dingin

2. Busi Panas
Busi panas memiliki daya hantar panas yang lebih kecil dibandingkan busi dingin. Sehingga suhu busi relatif lebih panas ketika bekerja. Tujuanya, agar proses pembakaran mesin terjaga. Busi panas akan menjaga suhu kerja mesin tetap ideal, sehingga pembakaran pada mesin bisa lebih maksimal.

Didalam busi ini, memiliki isolator berupa keramik yang lebih banyak. Sehingga panas dari elektroda tidak langsung diteruskan ke blok mesin. Busi ini cocok untuk penggunaan sehari - hari baik pada mesin motor maupun mesin mobil.
Busi Panas

Busi Berdasakan Bentuk Celahnya 

Celah busi menjadi faktor apakah percikan mampu keluar ataukah tidak. Celah busi yang terlalu renggang membutuhkan muatan lebih besar untuk dapat terjadi percikan bunga api. Jika arus tersebut standar maka percikan bunga api yang dihasilkan juga lebih kecil. Sehingga dapat menyebabkan miss fire.

Celah busi yang terlalu dekat, akan menyebabkan percikan lebih besar dan tidak terarah. Dalam hal ini, panas pada busi akan cepat terbentuk sehingga dapat mempengaruhi pembakaran mesin.

Jika Ditinjau Dari Bentuk Celahnya Terdapat 2 Jenis Celah Busi, Yaitu :

1. Single Elektrode
Jenis single elektroda memiliki satu buah ground point dan celah vertikal diujung elektroda. Tipe ini akan menghasilkan percikan dengan bentuk memanjang. Cocok digunakan untuk mesin dengan kapasitas sedang.
Single Elektrode

2. Multi Elektrode
Jenis multi elektrode memiliki ground point dua atau lebih yang terletak disamping elektroda. Percikan yang dihasilkan pada busi jenis ini terletak disamping elektroda dengan jumlah sesuai jumlah ground point. Busi ini memiliki diameter lebih besar dan umumnya digunakan pada mesin berkapasitas lebih dari 500 cc tiap silinder.
Multi Elektrode

Untuk ukuran celah, ada banyak variasi celah busi. Hal ini tergantung spesifikasi tiap mesin. Umumnya, celah busi berkisar 0,8 hingga 1,0 mm.

Sabtu, 02 Mei 2020

Warna Kabel Spul Honda Mega Pro Beserta Fungsinya

Warna Kabel Spul Honda Mega Pro Beserta Fungsinya - Sebelumnya penting untuk di ketahui bahwa sistem pengapian pada motor Mega Pro Primus menganut sistem pengapian CDI - DC. Untuk mengetahui perbedaan sistem pengapian CDI - AC / DC motor dan cara kerjanya, penjelasaan dapat dilihat disini.

Berikut Warna Kabel Spul Honda Mega Pro Beserta Fungsinya


Kabel Spul Honda Mega Pro

1. Kabel Warna Kuning
Kabel ini digunakan untuk arus pengisian dari spul menuju ke kiprok.

2. Kabel Warna Kuning
Kabel warna kuning ini juga digunakan untuk arus pengisian seperti kabel nomor 1 diatas, intinya ke 2 kabel kuning ini digunakan sebagai jalur arus pengisian dari spul ke kiprok.


3. Kabel Warna Hijau Muda Garis Merah
Kabel ini bukan termasuk kabel dari spul, tetapi dari bagian blok mesin sebelah kiri, tetapi kabel ini juga berada diantara kabel spul, kabel ini berfungsi sebagai massa untuk lampu indikator netral.

4. Kabel Warna Biru Garis kuning
Kabel ini adalah kabel pulser yang akan menuju ke CDI, fungsi pulser adalah sebagai pemberi signal ke CDI untuk menentukan waktu busi memercikan bunga api.

5. Kabel Warna Hijau
Kabel ini dihubungkan ke massa / body motor, bisa juga dihubungkan dengan kabel massa lain nya atau disambungkan dengan body saja.

Sabtu, 04 April 2020

Sistem Pengapian DLI (Distributor Less Ignition) & Cara Kerjanya

Sistem Pengapian DLI (Distributorless Ignition) & Cara Kerjanya - Sistem pengapian DLI (Distributorless Ignition) atau sistem pengapian tanpa distributor adalah sistem pengapian ESA (Electronic Spark Advance) yang sudah tidak menggunakan distributor. Sistem ini tidak dilengkapi distributor karena mengusung coil pack.

Keuntungan Sistem Pengapian Distributor Less Ignition (DLI)

Dengan menghilangkan distributor maka akan meningkatkan reliabilitas system pengapian dengan mengurangi sejumlah komponen mekanik & keuntungan lainnya, yaitu :

1. Lebih banyak waktu untuk koil dalam menghasilkan medan magnet yang cukup untuk menghasilkan bunga api untuk membakar campuran udara bahan bakar di dalam silinder sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya miss firing

2. koil pengapian dapat ditempatkan dekat dengan busi sehingga kabel tegangan tinggi dapat diperpendek dan dihilangkan, sehingga dapat mengurangi suara berisik dan memperbesar tegangan tinggi.

3. saat pengapian dapat dikontrol dengan range yang lebih lebar karena tidak ada lagi rotor pada distributor yang dapat menyebabkan salah pengapian ke silinder yang lain.

4. Dengan tidak adanya distributor dan platina maka sistem pengapian DLI tidak memerlukan penyetelan sehingga kemungkinan gangguan - gangguan pada komponen akan menjadi sedikit.

5. Dengan diatur oleh ECU maka pembakaran lebih akurat

6. Efisiensi lebih baik

Kelemahan Sistem Pengapian Distributor Less Ignition (DLI)

1. Apabila terjadi masalah pada sistem  pengapian maka membutuhkan alat khusus untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan, biasa menggunakan alat scanner.

2. Harga komponen - komponen sistem pengapian lebih mahal

3. Melibatkan komponen - komponen elektronik yang rumit

Komponen Utama Sistem Pengapian DLI (Distributor Less Ignition)

Ada tiga komponen utama dalam sistem distributor less ignition. Komponen tersebut adalah sensor sebagai pendeteksi, Control sebagai komponen pengontrol dan pengatur, serta aktuator selaku eksekutor perintah. Untuk lebih detail simak komponen sistem DLI dibawah :

1. Komponen Sensor
Komponen sensor merupakan semua komponen elektronika yang berfungsi sebagai alat untuk mendeteksi suatu keadaan. Komponen ini akan mendeteksi beberapa data yang diperlukan ECU untuk proses pengapian.

Sensor - sensor yang terdapat pada sistem pengapian DLI :
  • Magnetic triggering (CMP dan CKP sensor)
  • Temperatur sensor ( ECT dan IAT)
  • Knock sensor
  • Throtle position sensor
  • Manifold absolute pressure

Sensor - sensor tersebut akan mendeteksi beberapa data yang diperlukan ECM untuk proses pengapian. Data yang dideteksi meliputi :
  • Suhu udara intake
  • Posisi camshaft
  • Crankshaft
  • Sudut pembukaan katup.

Nantinya data yang dideteksi oleh beberapa sensor ini dikirimkan melalui nominal tegangan ke komponen control.

2. Komponen Control
Komponen control terdiri dari :
  • Ignition coil module / ICM (terletak menyatu dengan coil pack), ICM berfungsi sebagai pemutus arus primer dan penghasil tegangan tinggi pada coil sekunder yang selanjutnya akan disalurkan ke busi.
  • ECU (Electronic Control Unit), Berfungsi sebagai pengolah data-data yang diperoleh dari sensor untuk menentukan timing pengapian sesuai beban dan kecepatan mesin.
  • Komponen actuators, komponen ini disebut sebagai eksekutor yang akan mengeksekusi segala perintah dari komponen control. dalam hal ini busi (spark plug) berfungsi sebagai eksekutor yang akan melanjutkan perintah dari ECU. Busi akan mengkonversi tegangan sekunder menjadi loncatan bunga api.

Cara Kerja Sistem Pengapian DLI (Distributor Less Iginition)

Sistem pengalian DLI bekerja dengan cara mengganti fungsi distributor dan platina pada mesin konvensional, yang diganti dengan menggunakan komponen elektronik.

Sehingga kedua sistem pengapian tersebut memiliki prinsip kerja yang sama. Tetapi, pada sistem pengapian DLI penyaluran percikan bunga api berlangsung secara elektrik.

1. Saat kunci kontak ON Mesin Mati
Kunci kontak mengaktifkan main relay dan relay ignition. Baterai mulai mensuplay arus ke ECM dan Coil pack, sehingga terdapat arus stand by pada kumparan coil sekunder.

2. Saat Kunci Kontak ON Mesin Hidup (Engine Start)
Crankshaft dan camshaft mulai berputar sehingga CKP sensor & CMP sensor mulai ikut bekerja mengirimkan signal PWM ke ECM. Signal ini bervariasi tergantung dari RPM mesin.

CKP sensor akan mengirimkan data RPM mesin, sedangkan CMP sensor mengirimkan data posisi top silinder satu.  Sinyal kemudian dikirim ke ECM untuk dikelola bersama data - data dari sensor lain untuk menentukan timing pengapian sesuai kondisi mesin. Hasil output dari ECM berupa sinyal tegangan yang dikirim ke ICM (Ignition Coil Module).

Pada pengapian konvensional platina akan memutuskan arus primer saat posisi top. Tetapi pada sistem pengapian DLI, ECM yang akan memutuskan arus primer saat posisi top.

Di ICM terdapat rangkaian transistor yang berfungsi sebagai gate untuk mengkonversi sinyal ECM untuk bisa memutuskan arus primer di setiap coil. sehingga dapat terbentuk tegangan tinggi pada coil sekunder.

Tegangan coil sekunder di salurkan ke spark plug untuk pemercikan api di masing-masing silinder.

Terdapat 2 Tipe Rangkaian Sistem Pengapian DLI Yang Umum Digunakan Pada Mobil

1. Dual - Coil pack
Rangkaian ini menggunakan dua buah coil untuk menghasikan tegangan tinggi. Artinya, satu coil melayani dua busi. Sehingga dua busi akan menyala bersamaan pada langkah yabg berbeda.

2. Individual - Coil pack
Rangkaian individual - coil pack menggunakan 4 buah coil pada mesin 4 silinder. Artinya satu coil hanya melayani satu busi saja. Biasanya tipe ini tidak dilengkapi kabel busi karena coil terpasang diatas head silinder.
Diagram Blok Sistem Pengapian DLI Individual - Coil Pack

Sabtu, 28 Maret 2020

Warna Kabel Spul Honda Grand / Supra Series Beserta Fungsinya

Warna Kabel Spul Honda Grand / Supra Series Beserta Fungsinya - Pada setiap spul (stator coil) sepeda motor tentu tidak terlepas dari kabel yang berfungsi untuk menyalurkan arus atau penghubung arus dari komponen satu ke lainnya, serta kabel tersebut mempunyai warna yang berbeda antara satu dengan lainnya.

Spul pada motor honda grand mempunyai persamaan warna kabel dengan spul motor honda lain, diantaranya yaitu :
  • Astrea 800
  • Astrea Star
  • Astrea Prima
  • Honda win
  • Supra
  • Astrea Legenda
  • Supra X
  • Supra Fit
  • Fit X/S

Kabel spul motor honda grand terdapat 4 kabel dengan warna berbeda, setiap kabel mempunyai fungsi yang berbeda-beda pula. Akan tetapi kabel tersebut saling ketergantungan antara kabel satu dengan kabel lainnya. Maksudnya ketika satu kabel tidak berfungsi kemungkinan dapat mempengaruhi fungsi kerja komponen lain, hal tersebut tentu akan menyebabkan komponen lain tidak dapat berfungsi dengan normal.

Warna Kabel Spul Motor Honda Grand Supra Serie Beserta Fungsinya


Warna Kabel Spul

1. Warna Kabel Hitam - Garis Merah
Warna kabel hitam garis merah dari spul digunakan sebagai kabel arus awal pada sistem pengapian. Kabel spul ini berfungsi sebagai spul pengapian atau sumber pengapian yang dikeluarkan oleh busi, jika spul ini lemah atau rusak maka sepeda motor tidak akan mengeluarkan api dari busi.

Untuk motor jenis ini tahanan spul pengapian berkisar 500 - 600 ohm, jika nilai tahanan lebih dari nilai tersebut maka dipastikan adanya kerusakan pada lilitan spul tersebut.


2. Warna Kabel Kuning 
Warna kabel kuning pada spul motor difungsikan sebagai arus awal dari lampu penerangan motor yang melewati kiprok terlebih dahulu untuk merubah arus AC dari spul menjadi arus DC ke lampu utama.

3. Warna Kabel Putih 
Warna kabel putih dari spul motor berfungsi sebagai spul pengisian untuk sistem pengisian (cas) Accu, agar tegangan Accu tetap stabil ketika dipakai untuk sistem beban.

Warna kabel putih ini akan masuk terlebih dahulu ke kiprok (regulator) kemudian akan dibatasi tegangannya menjadi 14,50 Volt sebelum masuk ke Accu.

4. Warna Kabel Biru - Garis Kuning 
Warna kabel biru garis dari spul berfungsi sebagai pulse, yang menormalkan ataupun menstabilkan sistem pengapian pada sepeda motor.

Untuk cara pemeriksaan setiap kabel spul tersebut dengan cara menempelkan ujung kabel tersebut ke massa (-) atau ke body motor, jika percikan api keluar maka kabel tersebut masih normal akan tetapi jika di kabel tidak mengeluarkan percikan api spulnya rusak.

Sementara untuk pemeriksaan pada pulser tidak dapat dilakukan dengan cara manual, cara pemeriksaan pulser memerlukan alat bantu yaitu AVOmeter atau multitester.

Jumat, 27 Maret 2020

Cara Membaca Pin Soket CDI Motor Suzuki

Padang sistem pengapian  Capacitor Discharge Ignition (CDI) terdapat 2 jenis yaitu : Sistem pengapian CDI AC & sistem pengapian CDI DC.

Pada CDI terdapat soket dan memiliki warna kabel yang berbeda-beda pada setiap pabrikan merk sepeda motor baik itu motor Suzuki, honda, kawasaki dan yang lainnya. Oleh sebab itu sudah menjadi ciri khas dari setiap pabrikan motor tersebut, bahkan warna kabel body nya pun juga berbeda dalam penerapan pada komponen kelistrikan sepeda motor tersebut.

Berikut Cara Membaca Pin Socket CDI Motor Suzuki


1. Suzuki Satria 150F

Pin Soket Satria 150F
  • 1. Koil (Putih/Biru)
  • 2. Massa (Hitam/Putih)
  • 3. Pulser (Biru/Kuning)
  • 4. Massa (Hijau/putih)
  • 5.Tachometer
  • 6. 12Volt (Orange)

2. Suzuki Satria 120R

Pin Soket Satria 120R
  • 1. 12 Volt  (Hijau/Putih)
  • 2. Nol
  • 3. Pulser (Biru/Kuning)
  • 4. Massa (Hitam/Putih)
  • 5. Massa (Orange)
  • 6. Koil (Putih/Biru)

3. Suzuki Smash

Pin Soket Smash
  • 1. Koil
  • 2. Massa
  • 3. Pulser
  • 4. Massa
  • 5. Nol
  • 6. 12Volt

4. Suzuki Spin 125

Pin Soket Spin 125
  • 1. Koil
  • 2. Massa
  • 3. Nol
  • 4. Pulser
  • 5. Nol
  • 6. 12Volt

5. Shogun 110

Pin Soket Shogun 110
  • 1. Massa
  • 2. Pulser
  • 3. Koil
  • 4. Nol
  • 5. 12 Volt
  • 6. Nol

6. Shogun 125

Pin Soket Shogun 125
  • 1. Massa
  • 2. Pulser
  • 3. Koil
  • 4. Nol
  • 5. 12 Volt
  • 6. Nol

7. Thunder 250

Pin Soket Thunder 125
  • 1. Massa
  • 2. Nol
  • 3. 12 Volt
  • 4. Koil
  • 5. Nol
  • 6. Nol
  • 7. Massa
  • 8. Pulser